Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****Di sebuah apartemen, di atas sofa yang berada di ruang tengah terdapat seorang pemuda manis yang seperti sedang menunggu sesuatu, kedua maniknya terus menatap kearah pintu apartemen yang tertutup sedari tadi.
Wajah pemuda tertekuk, bibirnya mencibik, kedua maniknya berkacs-kaca siap menumpahkan tampungan air di kedua matanya. Sudah sekitar hampir satu jam Kenzie menunggu Revan yang sedang pergi keluar, pergi karena ia suruh buat beli ice cream magnum.
Tadi saat ia melanjutkan acara nontonnya yang di tonton nya bersama adik kelasnya dua hari yang lalu, ia terngiur dengan ice cream tersebut yang tiba-tiba saja muncul.
Revan tidak mengetahuinya jika ia menonton flm tersebut karena setiap kali nonton ia selalu berjaga jarak dengan lelaki jangkung itu, bahkan ia menggunakan earphone nya.
Beberapa menit kemudian, pintu apartemen terbuka memperlihatkan Revan sambil membawa satu kantong berlogo alfamart yang berisikan ice cream pesanannya.
Air mata yang terbendung dan sudah dia tahan sedari tadi akhirnya meluncur dengan bebas, Revan yang baru saja masuk tentu saja terkejut. Baru juga datang sudah di sambut dengan tangisan anak itu.
Lelaki jangkung itu dengan cepat melangkahkan kakinya mendekati suami kecilnya yang lagi nangis, Revan menaruh kantong plastik itu di atas meja.
Revan bersimpuh di depan Kenzie. "Hei, kenapa nangis?" Tanya Revan sambil mengusap kedua pipi gembul Kenzie yang basah dengan jari jempolnya
"Lama hiks, padahal Ken cuman minta beliin hiks ice cream doang hiks kenapa lama? Hiks satu jam Ken nunggu hikss huhu...." Jawab Kenzie di iringi dengan isakan tangis.
Revan meringis pelan mendengarnya. "Lama ya? S-sorry, tadi mommy suruh aku ke mansion dulu katanya daddy mau ngomongin sesuatu sama aku, a-aku lupa buat ngasih tahu kamu." Jelas Revan menggaruk kepala bagian belakangnya.
Salah dia juga yang lupa memberitahu Kenzie kalau dia di suruh pulang dulu sama orang tuanya buat ngomongin sesuatu dan bakal pulang telat ke apartemen. Salahkan saja otaknya yang jadi pelupa seperti ini, entah apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini.
Ia sering lupa jika menyangkut hal yang harus di beritahukan kepada Kenzie, entahlah Revan sendiri tak tahu apa penyebabnya. Kenzie menatap Revan yang masih berada di depannya ini dengan derai air mata yang masih mengalir.
"Hiks Evan udah tua ya? Hiks Kenapa jadi hiks pelupa gini enggak hiks kaya biasa hiks." Sahut Kenzie.
Revan yang mendengar itu sontak mendelik tak terima, enak saja ia di katai tua. Tanpa sepatah kata, Revan bangun dan beranjak pergi dari sana masuk ke dalam kamarnya.
Tangis Kenzie tiba-tiba saja terhenti melihat suaminya yang langsung pergi setelah ia mengatakan kalimat itu. Kedua mata yang masih mengeluarkan air mata itu menatap bingung kearah pintu kamar mereka berdua yang tertutup rapat.
Fikiran Kenzie menerawang kemana-mana. Perasaan tadi ia tidak ada mengucapkan kata yang membuat suami nya itu kesal, tadi Kenzie sempat melihat raut wajah kesal lelaki itu..
Apa Revan kesal karena dirinya yang menangis cuman karena perihal lama? Ah ngomong-ngomong soal ice cream Kenzie mengalihkan atensinya dari pintu kamar mereka ke kantong plastik yang terletak di meja, ia mengambil ice cream itu dan mulai memakannya dengan nikmat.
Urusan Revan nanti aja deh belakangan, ia ingin menikmati ice creamnya terlebih dulu sebelum membujuk Revan yang kesal sepertinya marah juga.
Sedangkan di dalam kamar, setelah menutup pintu kamar dengan rapat Revan langsung melempar jaket jeans yang dia pake tadi. Dia duduk di tepi ranjang sambil mengacak-acak rambutnya, sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVZIE || Not Continued
Teen FictionJangan salpak, ini cerita bl/bxb ya. ***** Tentang Revan yang dijodohkan dengan salah satu teman sekelasnya yang bernama Kenzie. [ Book 4 ] ________ "Enggak mau bunda! Emangnya dia doang yang suami? Ken juga suaminya! Berarti dia harus ikut Ken." ...