07 • Luka Revan

7.7K 562 7
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****


Liburan akhir semester telah tiba, di sebuah rumah lantai dua terlihat seorang remaja lelaki yang usianya sekitar empat belas tahun sedang berjalan di lorong lantai dua.

Jarum jam menunjukan pukul 05:55 wib, dia memutar knop pintu dan menyembuhkan kepalanya di sela-sela pintu yang dia buka.

Keadaan di dalam kamar tersebut terlihat agak sedikit gelap, Gavin masuk ke dalam kamar abangnya. Remaja itu sudah siap dengan kaos, celana training dan juga sepatunya.

Gavin berniat mengajak abangnya olahraga pagi di taman yang deket perempatan komplek perumahan sebelah. Masih inget sama Gavin? Adeknya Daffin, sahabat Kenzie.

"Bang Daffin lari pagi yuk. " Ajak Gavin sambil berjalan ke arah tempat tidur sang abang.

Daffin nampak tak terganggu sama sekali dengan suara Gavin barusan, remaja berusia empat belas tahun itu kembali mencoba membangunkan Daffin.

Gavin mengguncang kan tubuh abangnya. "Bang, temenin gue lari pagi dong. " Pinta Gavin.

Kerutan di dahi Daffin tercetak, lelaki itu menggeliat pelan dalam tidurnya karena merasa terganggu. Ia menepis tangan Gavin yang terus mengguncang kan tubuhnya.

"Berisik dek, gue masih ngantuk. " Balas Daffin lalu membenarkan posisi tidurnya dan menarik selimut.

Melihat itu, Gavin berdecak. "Ayolah bang, temenin gue lari pagi. " Ucap Gavin mengulang kalimat yang sama.

"Pergi sendiri. " Suruh Daffin dengan suara serak nya.

Gavin menggelengkan kepalanya meskipun abangnya tidak melihat. Lelaki itu menarik selimut yang menutupi tubuh Daffin kemudian menarik tangan sang abang hingga jatuh dari atas tempat tidur.

"GAVINO!"

Daffin meringis ketika merasakan sakit pada pinggangnya, tatapan tajam Daffin layangkan pada Gavin. Sementara, si pelaku hanya memperlihatkan cengiran nya dan juga mengacungkan dua jarinya.

Daffin berdiri menatap sang adik dengan tatapan nyalang, sial, pinggangnya terasa sakit juga kepalanya yang sedikit berdenyut nyeri membuat Daffin mengubah sarapan adiknya di dalam hati.

"Keluar lo. " Usir Daffin kesal.

Mendengar itu, Gavin menggelengkan kepala. "Temenin gue lari pagi dulu, baru gue keluar. " Sahut Gavin.

"Pergi sendiri, gue ngantuk mau tidur." Imbuh Daffin, ia berbalik berjalan kearah tempat tidurnya berniat melanjutkan tidur yang sempat terganggu sama makhluk astral yang berkedok sebagai saudaranya.

"Abang ayolah bang, temenin gue lari pagi, gak mau sendiri." Pinta Gavin merengek pada Daffin.

"Gak usah kalau gitu, lagian gue males." Balas Daffin lalu merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur, ia memejamkan matanya.

Melihat itu Gavin berdecak kesal, ia memutar tubuhnya beranjak pergi keluar kamar dengan kaki yang di hentak-hentakan.

"YAUDAH KALO GAK MAU, GUE AJAK KAK HAEDAR AJA, DIA PASTI MAU NEMENIN CALON ADIK IPARNYA LARI PAGI."

*****

Daffin menatap adiknya itu dengan tatapan kesal, setelah mendengar teriakan Gavin yang akan mengajak Haedar lari pagi dengan terpaksa dia mengikuti kemauan lelaki itu meskipun rasa kantuk masih menyerang kedua matanya.

Daffin kira setelah mengikuti kemauan adiknya itu, ajakan yang sempat anak itu katakan benar-benar mengurung kan niatnya yang akan mengajak Haedar.

REVZIE || Not ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang