16 • Malu

4.5K 370 8
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****

Satu bulan telah berlalu, testpack yang Revan beli pada malam itu menunjukan garis dia, menandakan jika lelaki manis itu sekarang sedang mengandung. Revan juga sudah mengajak Kenzie ke dokter kandungan untuk memastikan keadaan mereka baik-baik saja.

Jarum jam menunjukan kurang lebih pukul sebelas siang, di salah satu kelas dan di salah satu murid, terdapat seorang remaja laki-laki dengan parasnya yang manis, dan terdapat kerurutan halus di dahinya menandakan jika ia tengah kesal.

Kenzie menatap soal matematika nya itu dengn pandangan kesal, hari ini kelas nya guru matematika mengadakan ulangan harian. Semalam Kenzie dan Revan sudah belajar bersama karena sebelum nya guru matematika ini sudah menginformasikan kalau hari ini akan ulangan dan materi apa yang akan di jadikan soal.

Walaupun semalam ia dan Revan sudah belajar bersama bahkan ia memahami nya namun saat sudah waktunya Kenzie mendadak amnesia dengan rumus dan cara pengerjaan nya yang sudah Revan bahas semalam.

Karena dari semua soal yang tertera tidak ada satu pun soal yang sudah dia jawab bahkan waktu ulangan yang sudah di berikan tinggal sebentar lagi. Sudut mata Kenzie melirik ke samping dimana Revan duduk, terlihat jika lelaku itu baru saja menyelesaikan ulangan nya.

Pemuda manis itu dengan sengaja menyengg kaki suami nya di bawah meja, sontak saja sang empu menolehkan kepalanya ke samping dengan alis yang terangkat sebelah, apalagi saat melihat wajah melas dari suami kecil nya.

"Apa?" Tanya Revan.

Kenzie yang mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Revan langsung saja mendengus, tidak peka. "Ish, Ken liat jawabannya dong Evan." Ucap Kenzie sembari mata bobanya dengan penuh harapan.

"Kerjain sendiri. Buat apa semalam belajar kalau ujung-ujungnya nyontek ke gue?" Balas Revan

Sebenarnya Revan sama sekali tidak merasa keberatan kalau suami kecil nya yang manis ini menyalin semua jawaban nyw. Hanya saja, Revan ingin sekali menjahili Kenzie membuat lelaku manis itu kesal sampai nangis. Revan menikmati ekspresi wajah Kenzie yang basah karena air mata, Revan menyukainya walaupun sudah terlampui sering ia melihat, Revan sama sekali tidak merasa bosan.

Remaja laki-lak itu terlihat berdecak sebal saat Revan membalas seperti itu, Kenzie memegang tangan Revan sambil menggoyangkan nya persis seperti anak kecil yang meminta sesuatu pada ibu nya namun tidak di turuti. "Gak bisa Evan~~Ken lupa..." Imhuh Kenzie merengek.

"Ayolah..."

Revan menggelengkan kepalanya seolah menolak dengan keinginan lelaku manis itu. "Gak. Ck! Gue cape-cape mikir buat dapetin jawaban nya dan lo dengan enaknya nyalin jawaban punya gue? Kalau satu sih oke, gue gak masalah, lah ini? Semua." Ujar Revan sambil melihat lembar jawaban Kenzie yang masih kosong bahkan bisa di bilang masih bersih karena tidak ad satu pun angka atau huruf di sana, terlihat benar-benar masih bersih seperti kertas yang baru saja di bagikan.

"Pelit! Orang pelit kuburan nya sempit."

Setelah mengatakan itu, Kenzie menyertakan lengan Revan yang tadi dia pegang dengan kasar. Raut wajah nya sekarang terlihat sangat kesal setelah Revan mengatakan kalimat itu, lelaki manis itu menolehkan kepalanya kearah jendela melihat kearah lapang basket yang terdapat dua orang laki-laki yang terlihat sedang cekcok atau adu mulut, entah apa yang mereka ributkan Kenzie tidak tahu.

Soalnya dia ad kelas bukan di lapang basket.

Ngambek nih ceritanya?

Revan terkekeh kecil tanpa Kenzie ketahui, lelaki jangkung itu mengambil lembar jawaban milik Kenzie yang masih kosong kemudian Revan mulai menulis menyalun semua jawaban miliknya. Kenzie masih belum menyadari kalau lembar jawaban miliknya di ambil sama Revan, kedu bola matanya masih terfokus pada dua sejoli yang berada di lapangan basket.

REVZIE || Not ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang