17 • Ice Cream Olaf

4.1K 364 11
                                    

Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****

Kenzie memalingkan wajahnya kearah lain ketika matanya bersitatap dengan manik Daffin, lelaki manis itu masih malu dengan insiden beberapa menit yang lalu.

Sekarang mereka sudah kembali ke kelas masing-masing karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Kenzie memasukan permen milkita rasa strawberry nya ke dalam mulut dan mulai mengunyah.

Kenzie menatap Revan yang terlihat fokus dengan laptop yang sengaja di bawa dan sesekali dahi lelaki itu mengerut seolah sedang berfikir, ia tidak tahu apa yang sedang Revan lakukan.

Kedua manik Kenzie mengintip melihat apa yang suami itu lakukan dengan laptop milik lelaki itu sendiri, layar nya memperlihatkan sebuah grafik yang sama sekali tidak Kenzie pahami serta di sisi grafik itu terdapat sejumlah nominal uang.

"Lagi ngapain?" Tanya Kenzie penasaran.

Revan melirik sekilas kearah suami kecil nya lalu membenarkan kaca matanya yang melorot. "Kerja." Jawab Revan singkat dan padat.

"H-hah?"

Otak Kenzie ngelag seketika setelah mendengar satu kata itu, sejak kapan Revan kerja? Kok dia baru tahu, dan bukannya mereka masih sekolah ya? Emang boleh kerja?

Revan mengalihkan pandangan nya sejenak dari layar laptop, dia mengusak rambut Kenzie kemudian kekehan kecil terdengar yang berasal dari bilah bibir Revan. Lelaki itu merasa gemas dengan ekspresi kebingungan Kenzie yang di tunjukan nya.

Daffin yang melihat ke uwuwuw an di hadapan nya pun langsung berlaga seolah olah ingin muntah.

"Kerja sayang, kerja." Ulang Revan.

"Sejak kapan? Emang boleh kerja? Kan masih sekolah." Ucap Kenzie penasaran.

"Siapa yang bilang enggak boleh, hm?" Revan mengalihkan atensi nya lagi dari Kenzie kembali fokus pada laptop nya.

Namun, meskipun kembali fokus ia tetap menjawab pertanyaan dari suami kecil itu. "Semenjak awal masuk kelas dua belas, gue kerja nya enggak terlalu sering sih paling di suruh pas Daddy lagi bener-bener cape atau males bisa di bilang juga gue lagi belajar sebelum gantiin posisi Daddy." Lanjut Revan.

Kenzie menganggukan kepalanya sebagai tanggapan walaupun otak nya berpikir mencoba mencerna apa yang Revan jelaskan, maklum lah kapasitas otak nya cuman beberapa mb doang.

"Ngerti?" Tanya Revan.

Dengan polos Kenzie menggeleng kan kepalanya. "Enggak..."

Revan menghela napas mendengarnya, ia diam tidak menanggapi ataupun membalas jawaban anak itu. Kenzie juga ikut diem, sekarang dia bingung harus apa. Mau keluar pun bell masuk sudah berbunyi sekitar dua menit yang lalu, Kenzie menghela napas, sungguh dia merasa bosan.

Tiba-tiba saja Kenzie berdiri dari duduk nya mengundang perhatian dari Revan yang sedang fokus mantau grafik di laptop, lelaki itu menatap suami kecil nya dengan kepala yang sedikit mendongak ke atas.

"Mau kemana?" Tanya Revan.

"Mau ke toilet, kebelet." Jawab Kenzie.

"Gue temenin." Ucap Revan.

Lelaki jangkung itu bersiap berdiri dan akan mematikan menutup laptop terlebih dahulu namun segera di tahan oleh Kenzie. "Ken sendiri aja, kamu lanjutin kerja." Balas Kenzie.

"Gue temenin Ken." Ucap Revan sekali lagi.

Kenzie menggeleng kan kepalanya bermaksud menolak tawaran dari Revan. "Gak usah, lagian cuman ke toilet doang enggak bakal lama juga." Revan menghela napas mendengar nya.

REVZIE || Not ContinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang