Cousin

31.1K 458 5
                                    

"Jung..."

Yang dipanggil mengangkat wajahnya menatap Haechan yang menatapnya dengan mata sembab. Lelaki Jung itu sedikit merasa bersalah karena yang menyebabkan Haechan seperti itu adalah dirinya.

"Bagaimana kalau..."

"Kalau?"

"Aku hamil...?"

Mark kembali menunduk duduk di tepi kasur, menautkan kedua tangannya. Jujur ia saat ini juga sedang mencari cara penyelesaiannya. Lagi-lagi mereka melakukan itu tanpa pengaman, bisa saja Haechan hamil karena Haechan salah satu lelaki special yang bisa hamil seperti ibunya Mark.

Mark mengusap kasar wajahnya, memijat pelipisnya. Ia amat menyesal karena telah merosak laki-laki yang dicintai adiknya sekaligus laki-laki yang ia cintai. Walaupun saat ini, ia bisa dikatakan menang dari adiknya karena sudah memiliki Haechan sepenuhnya.

Katakan sajalah Mark egois, karena ia tidak mau mengalah dengan Jeno, adiknya soal Haechan. Sudah cukup selama ini ia memberikan semuanya kepada Jeno namun tidak dengan Haechan.

"Aku akan bertanggungjawab... jika kamu hamil"

Mark mengubah posisinya menyamping menghadap Haechan di ranjang, menggenggam kedua tangan Haechan kemudian menyisir anak rambut Haechan ke telinga.

"Percayalah... aku janji, kamu tau aku bukan tipe yang memungkiri janji" kata Mark menyakinkan Haechan.

"Bagaimana dengan Jeno hiks? Dia p-pasti⎯ "

"Untuk itu biar aku yang uruskan" sela Mark, mengusap lembut pipi Haechan yang basah itu.

Di sini Jeno merupakan kekasih Haechan, hubungan mereka baru saja berjalan selama sebulan lebih. Saat mengetahui Haechan dan Jeno sedang berpacaran, Mark sempat mengira yang ia telah kalah namun hari ini, malam ini, jam ini, saat ini, dan detik ini Haechan telah menjadi miliknya. Sepenuhnya miliknya.

Dan hanya miliknya.

"Lalu bagaimana kalau aku ga hamil?" tanya Haechan lagi.

"Aku tetap akan bertanggungjawab, dan menikahi mu" membawa Haechan ke pelukannya.

Selang beberapa saat setelahnya, Mark merasakan yang dadanya basah, Haechan menangis... punggung Haechan bergemetar, dan tangisnya semakin menjadi-jadi. Mark hanya mengelus punggung Haechan untuk menenangkannya.

.
.
.
.

Beberapa jam sebelumnya

.
.

Satu kata untuk Lee Haechan.

Nakal.

Ya nakal.

Hobinya memancing nafsu orang, entah itu teman, abang atau sepupunya sendiri. Namun setelah berhasil, Haechan akan pergi begitu saja, sehingga beberapa dari mereka hanya pasrah saja melanjutkannya dengan bermain solo.

Ingin memarahinya namun tidak tega, siapa saja yang tega memarahi manusia seimut Haechan. Lagi-lagi saat Haechan mengeluarkan bakat terpendamnya, iaitu aegyo. Walaupun itu satu hal yang amat ia benci.

Contohnya seperti sekarang ini.

"Chenle~" panggil Haechan manja memeluk lengan Chenle.

Yang dipeluk mematung, sekali bingung dengan Haechan yang tiba-tiba menempel padanya. Tidak tau saja yang itu membuat temannya itu tegang. Walaupun bukan sekali karena ia merupakan teman karib Haechan namun tidak seintim ini atau memeluk lengannya seperti ini.

CuTe | Haechan HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang