Chapter 58

6.9K 385 2
                                    

"Maafkan aku, atas segalanya, Julia. Aku pria bodoh yang hanya mementingkan kehormatan keluarga, sampai lupa yang terpenting sesungguhnya ... adalah keluargaku sendiri. Aku menghancurkannya, karena ambisi kosong itu, karena rasa takutku. Aku terlalu takut kehilangan harga diri sampai aku lupa, aku harusnya lebih takut kehilangan kalian semua.

Aku mohon, jangan tinggalkan aku sendiri ....

Maafkan aku, Julia.

Maafkan aku.

Adnan, Haniel, maafkan Papah, Papah berjanji akan menjadi ayah yang lebih baik untuk kalian berdua.

Julia, aku juga berjanji untuk menjadi suami yang baik, seperti dulu, menyayangimu sepenuh hati.

Aku berjanji ....

Aku mohon, kembalilah padaku, aku mohon!"

Frans menangis terisak, dia kini ada di hadapan Adnan dan Julia yang berhenti karena ungkapannya tadi. Meringsut ke arah mereka dan memegang tangan keduanya.

"Aku mohon, kembalilah, jangan tinggalkan aku sendirian di sini. Aku tak mau sendirian lagi, aku mohon, aku tak mau." Frans pernah sendirian, setelah kematian ibunya.

Dia takut akan hal itu.

Persetan dengan semua kehormatannya.

Harga diri, atau apalah, ia tak peduli.

"Adnan, Julia, Papah mohon ...."

Adnan dan Julia bertukar pandang sejenak, sebelum akhirnya menatap pria di hadapannya yang masih menangis tersedu. Mereka juga ikut sedih, tetapi ....

"Frans ...." Julia memanggil, membuat Frans terdiam sejenak, wanita itu lalu sedikit membungkukkan tubuhnya. "Terima kasih, karena sudah membuang egomu saat ini, kamu terlihat menjadi ... Frans yang dulu aku kenal."

"Kalau begitu, kita bisa kembali lagi, kan?" Ada senyuman di wajah Frans. "Adnan, Julia, aku berjanji akan jadi suami, sekaligus ayah terbaik untuk kalian. Aku janji!"

Namun, Julia dan Adnan, berpikir sebaliknya.

"Untuk hal itu ... kamu tahu, akan sulit." Senyum Frans hilang, tetapi dia mengerti.

"Aku mengerti, terlalu banyak luka yang aku torehkan pada kalian, memang sebaiknya aku ... dihukum dengan kesepian ini." Frans menyendu.

"Bukan seperti itu, Pak Tua." Adnan mendengkus pelan. "Ini kesempatan kedua dari Mamah, yang percaya Anda masih bisa berubah, kalau begitu peganglah janji Anda menjadi sosok yang lebih baik."

To the point saja bagi Adnan.

Frans, jelas, berseri setelahnya.

"Tapi ingatlah satu hal ... Pah." Adnan masih agak enggan menyebut pria ini ayah, sungguh. "Tak ada kesempatan ketiga."

"Adnan, Papah berjanji akan memanfaatkan kesempatan kedua ini dengan baik. Julia ...." Frans terlihat semakin bahagia. "Terima kasih, meski aku sudah seburuk ini, kamu selalu menjadi Julia berhati malaikat, aku pria terbodoh yang tega menghancurkan hidup wanita sebaik kamu. Maafkan aku, maaf ...."

"Aku yang berengsek ini, dibalas kebaikan olehmu. Terima kasih ...."

"Sekali lagi, peganglah janji itu ... Pah."

Adnan sebenarnya tak mau memberikan kesempatan pada pria ini, tetapi ibunya, yang tahu bagaimana pria itu di masa lalu, meyakinkan Adnan untuk hal tersebut. Untuk awal, berjalan mulus, dan semoga kesempatan kedua ini berbuah manis karena Adnan merasa dia sudah melepaskan singa dari kandangnya.

Entah dia akan mengamuk atau patuh pada pawang, tak ada yang tahu.

Namun, Adnan tak sendiri, banyak insan melindungi, dan sejauh ini Frans selalu mengesampingkan egonya demi mendapat kepercayaan mereka. Terutama kepercayaan Banyu dan Tanaya, Frans bahkan rela menjadi badut demi keduanya tertawa, karena sebagai kakek pasti sangat sedih tak disukai cucu-cucunya. Bahkan, sampai dibenci, meski Frans sadar dia pantas untuk itu.

Hari demi hari berlalu ....

Frans semakin baik menjadi seorang kakek, menjadi seorang 'suami' dan pula ayah, dia benar-benar memanfaatkan kesempatan keduanya dengan sepenuh hati. Dan sejauh ini, tak ada yang mencurigakan, Om Robert yang ahli memata-matai juga menyimpulkan demikian.

Jadi, ini akhir bahagia?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Pak Guru, Mau Jadi Papahku? ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang