Chapter 44

7.4K 473 11
                                    

Waktu persiapan makan malam pun dimulai, sayur akan dilalap, ikan akan dibakar, dan buah akan dirujak nantinya. Para orang dewasa sibuk dengan itu semua sementara anak-anak asyik mengemil rambutan manis yang segar.

Sementara abah membakar ikan, Rachita dan ibunya mengolah sayur, Adnan di samping mereka mengupas-ngusap buah. Semua dilakukan dengan bersamaan agar waktu semakin singkat, dan pekerjaan pula bergantian.

Aroma ikan bakar masuk ke hidung, menambah selera makan.

Segalanya beres, mereka pun makan malam di dapur, bersama dengan bahagia. Kemudian, makan rujak dengan lahap, ditambah bumbu rujak buatan emak, luar biasa sedapnya.

Selepas itu, anak-anak pun tidur di kamar masing-masing, Rachita dan Adnan duduk santai di depan melakukan chit-chat sederhana. Namun terlihat, Adnan sedikit memijat tangan, wajahnya kelihatan tak nyaman.

Tampaknya, pria itu pegal-pegal sehabis naik pohon, hal yang sudah sangat lama tak dia lakukan.

"Uh ...." Adnan melenguh pelan.

Rachita yang iba mendekatinya, pun memberikan pijatan-pijatan halus. "Maaf ya karena aku kamu jadi naik pohon kek tadi."

Adnan tertawa pelan. "Gak papa, kok. Makasih pijatannya."

"Enak?"

Adnan tersenyum, dia menatap ke samping, wajah Rachita amat dekat dengannya. "Iya, lebih mendingan sekarang. Keknya aku udah terlalu lama gak gerak, jadi gerak dikit aja langsung pegal."

"Syukurlah, sebentar aku ambilkan minyak pijat Abah, biasanya pas tidur kerasa banget, aku khawatir kamu gak nyenyak nanti tidurnya, Adnan."

"Baiklah, terima kasih." Rachita beranjak masuk rumah, dan Adnan diam santai di sana.

Meski capek begini, Adnan tak merasa sedih, dia sangat menikmati hari-harinya bersama Rachita. Keluarganya bertambah, itu hal terbaik yang pernah ada. Dalam keheningan malam yang hanya dihuni suara khas hewan-hewan malam, Adnan sejenak memejamkan mata.

"Kamu gila, Adnan?! Mengambil jurusan di luar kesepakatan kita?!"

"Adnan, ubah jurusan kamu sebelum terlambat! Atau kamu akan menerima akibatnya!"

"Adnan, beraninya kamu membantah! Papah dan Mamah benar-benar kecewa pada kamu!"

"Sekarang, angkat kaki dari sini, dan jangan berani-berani kamu menampakkan diri di hadapan kami! Hapus nama Atmadja dari nama kamu! Kamu tak pantas menyandangnya!"

"Dasar anak tak tahu diuntung!"

"Adnan." Adnan terkesiap membuka mata seraya membayangkan suara kemurkaan orang tuanya di kepala, ternyata Rachita sudah datang bersama obat gosok di tangan.

Wanita itu menatap sendu Adnan yang kelihatan banyak pikiran. "Ada apa?"

"Oh, um, hanya teringat kenangan pahit masa lalu."

"Mau cerita?" tanya Rachita, dia melepaskan pakaian luar Adnan, guna menyisakan tank top-nya.

Adnan menghela napas. "Kamu mungkin sudah tahu, aku dan keluarga kandungku, hubungannya buruk, yah seputaran itulah." Pria itu menggedikan bahu, Rachita mulai memijatnya.

"Tak apa ... kamu enggak sendirian meski tanpa mereka."

"Yah, aku tau, sekarang ada kalian juga di sisiku." Adnan tersenyum. "Cuma yah, kadang kepikiran saja."

"Aku ngerti, kadang sulit melupakan sesuatu, dan yang bisa kita lakukan ... cuma membiarkan semuanya berjalan seperti semestinya. Aku, kita, keluarga kecil kita." Keduanya saling melemparkan senyuman hangat. "Fokuslah ke kami, dan mereka yang juga menyayangi kamu."

"I will ...."

Tatapan keduanya terpaku, bersama rekahan senyum yang tak lepas, perlahan wajah keduanya saling mendekat.

Semakin dekat ....

"Nah, ini dia obat gosok Abah! Kamu ngambil gak bawa-bawa!" Tiba-tiba, datang abah, menggagalkan momentum keduanya. Pria tua bersarung itu mengambil obat gosok di meja.

"Eh, mm Abah ...." Rachita senyam-senyum malu, pun Adnan, rasanya seperti ketangkap basah.

"Sana kalian tidur, besok kan kita berangkat pagi! Sana sana!"

Momen berdua ambyar diuber abah, keduanya mau tak mau masuk ke rumah dan menuju kamar masing-masing.

"Enak aja tu bocah mau nyosor sebelum nikah." Faktanya, sih, abah sedari tadi ngintip mereka.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Pak Guru, Mau Jadi Papahku? ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang