Side Story 10

2.2K 319 81
                                    

Jangan lupa votes dan komen ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votes dan komen ya..100 votes dan 30 komen.. Besok update ya 😊🙏🏻🙏🏻

Selamat berbuka bagi yang menjalankan puasa 🙏🏻🙏🏻

Sebelumnya......

"Ck.. Kalau dilihat-lihat perempuan itu tidak ada kelebihannya. Kita bahkan lebih kuat dari manusia itu bukan."

"Benar. Mereka hanyalah makluk yang lemah. Hanya karena bisa sihir tapi merasa sudah berkuasa. Sama seperti Sang Ratu yang lemah."

"Sssttt... Jaga bicaramu!"

Ha? Apa Ia baru saja mendengar pelayan itu menyebut nama Ratu?

- Istana Asgard-

Cessa mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan oleh para pelayan didepan pintu kamarnya. Sepertinya tidak ada niatan mereka untuk berhenti. Lagipula, apa mereka bodoh? membicarakan tuan  dan tamu mereka tanpa mengira jika suara mereka akan di dengar. Memangnya ruangan ini kedap suara? Pelayan disini attitude-nya benar-benar rendah sekali.

Cessa mencoba mengabaikan para pelayan itu akan tetapi  makin lama suara mereka membuat wanita hamil itu terganggu.

"Ck… Kasihan sekali Yang Mulia Raja dan Pangeran yang mendapati mate seperti mereka."

"Benar... Lebih sialnya Raja kita mendapati putra dari mate lemah begitu."

"Apalagi para pangeran yang katanya adalah budak... Penerus kerajaan ini sangatlah diragukan."

CEKLEK!

Pintu kamar Cessa dibuka olehnya. Terlihat tiga orang pelayan yang berdiri beberapa meter dari pintu kamarnya menatap Cessa kaget. Salah satu dari mereka menghampiri Cessa dan menunduk sopan.

"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"

"Bisakah kalian menjauh? Suara kalian yang berisik menganggu pendengaranku." Si pelayan yang tadi menghampiri Cessa menunjukkan raut shock. 

"Lain kali jika ingin membicarakan seseorang carilah tempat yang sepi, mungkin ditengah hutan." Cessa mengatakannya dengan raut datar, biar saja pelayan ini merasa tersindir, toh mereka duluan yang mulai menggosipi dirinya.

"A.. A...apa?" Pelayan di depan Cessa reflek mundur dikarenakan kaget dengan perkataan Cessa.

"Tidak perlu. Justru seharusnya mereka mengatakan langsung di depan orangnya." Cessa dan tiga orang pelayan tadi reflek menoleh ke asal suara.

Seorang perempuan memakai gaun bewarna putih gading dengan mahkota kecil yang melingkar dikepalanya berdiri angkuh tidak jauh dari tempat mereka. Cessa bahkan tidak melihat kedatangan perempuan itu.

"Ya-Yang Mulia Ra- Ratu!" Secepat kilat ketiga pelayan tadi berlutut dan menundukkan kepala, ketiga wajah pelayan itu berubah pucat.

Ratu? Cessa menatap perempuan anggun yang sedang berjalan menghampiri mereka.

Short Story -  Change The Destiny (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang