-Beberapa tahun kemudian-Tidak terasa beberapa tahun telah terlewati. Ketiga putra Duke Reynard dan Duchess Cessa yang dulunya masih kecil kini telah beranjak remaja.
"Perbaiki lagi postur tubuhmu Asta. Jika kau memegang pedang seperti itu maka kau akan mudah diserang musuh." Reynard mengomentari pose bertarung si bungsu.
Saat ini keduanya sedang berada di kamp militer untuk berlatih pedang.
"Baik Papa!" Asta pun mendengarkan teguran sang ayah dan memperbaiki postur tubuh.
Kini keduanya kembali berlatih tarung bersama. Cessa memperhatikan keduanya dari pinggir lapangan. Perempuan itu duduk di kursi yang memang sudah disiapkan disana ditemani pelayan setianya.
"Lihatlah Mei. Dalam benak Asta pasti sedang kesal karena tidak bisa menang melawan sang papa."
Mei, pelayan setia Cessa mengangguk. Terlihat sekali bagaimana Tuan kecil sangat bersemangat menyerang Tuan mereka.
"Anak itu terlalu meremehkan lawan. Saat kalah malah marah. Sedangkan Reynard bukan tipe yang akan menjelaskan letak kesalahan sang putra. Ha... sepertinya Aku harus turun tangan. Mei siapkan pakaianku!" Mei tersentak.
Pelayan mencoba memastikan perkataan Sang Duchess lalu saat mendapati raut serius Duchessnya, Mei pun segera melaksanakan perintah Duchess.
***
Reynard terus menghindar saat Asta terus menyerangnya. Reynard menghembuskan nafas karena setiap gerakan sang putra tidak terlatih dan asal-asalan.
Selain itu Asta bukan tipe penyabar justru gegabah dan tidak berpikir panjang. Sepertinya banyak hal yang harus Reynard ajarkan pada putranya itu.
"Wah melihat kalian sepertinya seru." Reynard dan Asta sama-sama menoleh dan dibuat kaget dengan penampilan Cessa.
"MAMA!" Asta sangat kaget mendapati penampilan Sang ibu dengan pakaian bertarungnya. Asta tidak pernah melihat ibunya dengan pakaian seperti saat ini.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Reynard heran. Pria itu melangkah mendekati sang istri.
Cessa memiringkan kepala lalu berkata, "Ikut berlatih?" Cessa pun tersenyum.
Asta yang mendengar perkataan Cessa segera menghampiri ibunya, "Mama ingin melawan Papa? Sungguh?"
"Tentu. Tidak apakan, Sayang?" Kini giliran Cessa menatap Reynard meminta persetujuan.
Reynard paham ada yang ingin dilakukan oleh istrinya. Sepertinya Cessa ingin mengajari sesuatu pada Asta.
"Baiklah." Reynard pun bersiul memanggil sesuatu. Tak lama sosok burung Elang turun mendekati Reynard. Elang Hornis.
"Hornis Aku ingin kau membuat pelindung di sekitar area latihan kami lalu buat pelindung untuk Asta," perintah Reynard.
Burung Elang tersebut mengepakkan sayapnya ke atas lalu mengeluarkan suara khas setelahnya dinding transparan terlihat mengelilingi area latihan dan membentuk kubus. Sebuah dinding transparanpun melingkupi Asta seperti bola besar.
Tangan Asta menyentuh ke depan dan terasa dinding tak kasat mata yang keras. Asta melihat di depannya sang Ayah dan Ibu saling berhadapan. Asta tidak pernah tahu jika Sang Ibu bisa bertarung juga. Tapi benaknya bertanya mengapa harus memakai pelindung?
Cessa tersenyum kecil menatap Reynard. "Rasanya sudah lama sekali ya?" Ujar Cessa.
"Kau benar," balas Reynard.
"Mohon bimbingannya Guru," ujar Cessa memanggil Reynard, bernostalgia saat mereka menjadi Murid dan Guru.
Ucapan Cessa berhasil membuat Reynard tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story - Change The Destiny (END)
FantasiCerita ini hanya berisi after story dari Change The destiny yang ada diFizzo. Jika ingin tahu asal cerita bisa mampir ke FIZZO dengan napen Akashi_shiron Jalan cerita disini tidak mempengaruhi Cerita My King (King Khiel-Neera) Stay tuned ya..🥰