6. meeting of two families

93 18 0
                                    

Jika seminggu yang lalu Dewi sempat uring-uringan karena berkutat dengan rasa takut mengenai rencana pernikahannya yang mungkin saja gagal, hari ini ia justru merasa gugup bukan main. Pasalnya, Satria betul-betul menepati janji membawa keluarganya datang ke rumah orang tua Dewi hari ini. Laki-laki itu tidak kabur atau menghilang seperti yang sempat Dewi pikirkan sebelumnya. Membuat ketakutan yang kemarin menggelayuti benak Dewi pun pelan-pelan mulai berangsur lenyap.

Di dalam kamarnya, Dewi yang tengah duduk di depan meja rias dan menatap pantulan dirinya itu sedang diam. Setelah mengembuskan napas panjang beberapa kali, ia mengepalkan kedua tangannya ke udara. Matanya menyiratkan sebuah bara semangat yang mulai ia kipasi agar tidak padam. Berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri sebelum melangkahkan kaki keluar dari kamarnya. Ibunya sudah memanggilnya untuk segera turun sejak lima menit yang lalu, sebab Satria dan keluarganya ternyata sudah berada di ruang tamu bersama ayah dan kedua kakaknya. Tetapi Dewi beralasan bahwa ia belum selesai berdandan demi mengulur waktu. Ia hanya ingin punya waktu sedikit lebih lama untuk menetralkan perasaannya yang sedang bergejolak.

Pesan Satria satu jam yang lalu yang mengabarkan bahwa ia hendak berangkat bersama keluarganya dari rumah sudah Dewi baca sejak tadi, dan hanya ia balas dengan ucapan hati-hati di jalan. Sungguh pesan balasan yang teramat datar untuk ukuran calon istri kepada calon suami.

Dewi beralasan tidak mungkin menceritakan kepada Satria kalau ia sedang gugup menanti kedatangan laki-laki itu. Mau ditaruh di mana mukanya nanti. Meskipun tidak bisa dipungkiri, karena hal itu jugalah Dewi akhirnya memutuskan untuk mengurung dirinya sendiri di dalam kamar demi menenangkan diri sejak setengah jam yang lalu. Sebab jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, sama seperti ketika ia baru saja selesai berlari mengelilingi dua blok perumahan di mana ia tinggal.

Ini adalah pertama kalinya Dewi mengalami kondisi ketika seorang laki-laki datang ke rumah dengan tujuan meminangnya. Jelas Dewi adalah seorang amatir. Jadi wajar saja kalau Dewi yang belum berpengalaman dengan situasi yang sedang ia alami ini, seketika mendapatkan serangan cemas yang belum bisa terhalau dengan baik.

"Wi, belum selesai siap-siapnya?" tanya sang ibu kepada Dewi, diikuti oleh suara ketukan pintu kamar yang sengaja dikunci dari dalam itu sebanyak tiga kali. Itu adalah panggilan kedua setelah lima menit yang lalu. Mau tak mau, Dewi memutuskan menyudahi sesi menenangkan diri dan beralih ke sesi menghadapi kenyataan yang sudah menunggu di lantai bawah rumahnya. Dewi harus segera menemui Satria dan keluarganya.

Dewi berdeham sambil menoleh ke arah pintu yang masih terkunci. Setelah melirik sekilas penampilannya yang sudah sangat rapi dari pantulan cermin. Ia mengenakan gaun polos berwarna hijau muda berlengan pendek dengan aksen ikat di pinggangnya. Jujur saja, ia merasa cantik dengan penampilannya hari ini.

Dewi pun beranjak dari posisinya untuk membuka pintu kamar. Dan dari sela pintu yang setengah terbuka itu, sudah ada ibunya yang masih setia menunggu dengan wajah yang sedikit berkerut.

"Lama banget, sih, Wi. Kasihan Satria sudah menunggu," ujar Lena cepat. Tidak memberikan Dewi kesempatan untuk memberi alasan. "Sudah cantik kok, nggak perlu cemas," tambahnya menenangkan.

Sementara perempuan paruh baya itu sendiri sudah tampil menawan dengan baju kurung berwarna biru tua dan jilbab senada. Menambah kesan anggun yang terpancar jelas dari wajahnya. Meski saat ini tidak ada senyum yang tersungging, ia tetap cantik. Dewi seketika tersenyum kecil dan mengabaikan protes yang baru saja dilontarkan oleh sang ibu.

"Ibu cantik banget," puji Dewi yang justru dibalas oleh decakan Lena.

Ada rona malu yang sengaja ditutupi oleh perempuan itu. "Harus dong, namanya juga mau ketemu besan," tukas Lena dengan nada santai, kali ini senyum tipis menghiasi wajahnya. "Ayo buruan ke bawah," ajak Lena sambil meraih tangan sang anak.

Illusion PlaygroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang