12. sweet like an ice cream

107 14 0
                                    

Satria menghentikan mobilnya di pelataran kantor Dewi dan ia masih mendapati mobil perempuan itu terparkir rapi di tempatnya. Diam-diam Satria mengembuskan napas lega, setidaknya Dewi tidak memutuskan untuk langsung pulang mengingat Satria tiba agak terlambat sebab terjebak macet yang tidak bisa terelakkan. Satria memang sudah mengirim pesan kepada Dewi dan mengatakan bahwa ia agak terlambat, namun tetap saja Satria harap-harap cemas.

Tanpa menunggu waktu, Satria segera turun dari mobilnya dan berjalan menuju kantor Dewi. Tapi siapa sangka, Dewi justru keluar dari kantornya dan ikut serta mengikis jarak mereka. Seulas senyum tipis tersungging dari sudut bibirnya, Satria menyimpulkan bahwa sepertinya Dewi sudah mulai mengurangi aura permusuhan di antara mereka.

"Hai," sapa Satria agak kikuk setelah langkahnya terhenti tepat saat jarak di antara keduanya hanya terpisah tiga langkah saja.

"Aku hampir saja mau pulang," ucap Dewi santai yang langsung memicu ringisan di wajah Satria.

Tahu bahwa kata-katanya barusan cukup berefek terhadap Satria. Dewi lantas melanjutkan, "Bercanda."

Satria tertawa hambar, "Lucu sekali."

Dewi hanya tersenyum dan tatapannya yang masih memaku kepada Satria.

Setelah tawa Satria reda, barulah Dewi kembali berucap. "Terima kasih untuk bunganya, ruanganku mendadak cantik karena ada bunga segarnya."

"Aku akan sering-sering kirim bunga kalau begitu."

"Biar apa?"

"Biar ruanganmu cantik, kan?" tanya Satria tanpa ragu.

Tenggorokan Dewi sesungguhnya tidak gatal. Tetapi ia memilih berdeham, berusaha untuk menutupi kecanggungannya. Satria sungguh berhasil meluruhkan pertahanan Dewi yang telah ia bangun sedemikian rupa.

"Jadi, kamu mau bawa aku ke mana?" Dewi memutuskan untuk langsung bertanya tentang ajakan Satria tadi siang. Tampak berusaha mengabaikan topik perihal bunga-bunga yang dikirim Satria tadi siang.

"Makan es krim."

Untuk sesaat Dewi terdiam di tempatnya. Ia terlihat menerka-nerka apa maksud Satria.

Belum sempat Dewi kembali bersuara, Satria sudah lebih dulu membuka mulut. "Kok diem?" tanya Satria penasaran lalu membuka pintu mobilnya untuk Dewi. "Kamu belum makan malam? Mau makan malam dulu?"

Dewi menggeleng pelan sambil tersenyum masam. "Aku skip makan malam, lagi diet."

"Waduh," Satria agak panik, membuat Dewi yang baru hendak masuk ke dalam mobil ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa?" tanya Dewi.

"Aku mau ajak kamu makan es krim. Tapi kamu malah lagi diet," Satria memiringkan kepalanya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ada seulas senyum geli yang terpancar dari bibir Dewi. Memangnya boleh segemas ini?

"Hari ini anggap aja cheating day, nggak pa-pa," Dewi jelas tidak sampai hati menolak niat baik Satria yang ingin berbaikan dengannya. "Kamu sudah makan malam? Kita bisa sekalian cari makan malam buat kamu."

"Aku sudah makan tadi sore, masih kenyang," Satria tersenyum lalu melanjutkan. "Bener, ya, hati ini kamu cheating day? Oke, ayo kita cari es krim sekarang," binar mata Satria memancarkan semangat kembali setelah redup beberapa saat yang lalu.

Illusion PlaygroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang