9 | gagal maning

5.6K 854 81
                                    


Ismail anjing!

Zane ingin mengejar dan menjotos temannya itu sebelum mulutnya makin berkoar-koar. Tapi apa daya?

Begitu berhasil mendudukkan pantat di atas closet, badannya langsung lemas luar biasa. Jangankan mengejar, sekadar balas meneriaki Ismail pun dia tak bertenaga.

Akhirnya hanya bisa pasrah menerima bahwa saat ini bukan hanya sistem pencernaannya saja yang terancam rusak, melainkan juga masa depannya.


~


Baru saja Zane selesai membereskan aibnya, lalu keramas dan menggosok tubuh tiga kali sampai benar-benar wangi, kemudian kembali bergelung di bawah selimut bersih yang baru dia ambil dari lemari, pintu kamarnya terketuk.

Suara Gusti.

Tapi Zane ogah menjawab.

Mau Gusti kek, Rachel kek, bahkan Sabrina sekalipun, Zane sudah tidak peduli. Zane mau tidur sampai tahun 2021.

"Ya elah, malu dipelihara." Suara Gusti terdengar lagi, entah untuk menghibur atau justru menghina secara terselubung. "Lo nggak laper emang? Anak-anak pada sarapan, nih."

"Males." Zane merajuk seperti bocah.

"Coba bilang sekali lagi." Gusti menyahut lagi. "Mau gue rekam, biar nggak dituduh belum nawarin."

Anjing, nggak tuh? Jelas Zane makin kesal.

Dia tarik selimutnya sampai menutupi kepala. Bertekad nggak mau meladeni.

Mungkin sudah pasrah, sesaat kemudian terdengar suara langkah Gusti menjauh.

Tapi kalau Zane mengira temannya itu sudah menyerah, maka dugaannya salah.

Baru juga Zane terlelap, pintunya diketuk lagi. Bahkan kali ini tanpa menunggu sahutan, Gusti langsung membuka pintu dengan paksa. Tapi ternyata, yang keluar dari mulutnya bukanlah ledekan lanjutan yang tadi. "Lo masih ngorok? Udah mau jam delapan tau!"

"Terus kenapa? Gue nggak mau ke mana-mana."

"Nggak ke mana-mana pale lo! UAS, onta!"

Zane beristighfar dalam hati. "UAS apaan?"

"Mana gue tau jadwal lo hari ini apa!" Gusti balas nyolot, tapi tanpa menunggu sahutan lagi, dia kembali berjalan keluar. "Pokoknya udah gue bangunin. Jangan salahin orang kalau lo telat dan dapet nilai K."

YA TUHAAAN!!

Zane melempar bantalnya ke pintu. Kepalanya mendidih.

Katanya, seorang hamba nggak akan diberi cobaan melebihi kapasitasnya? Tapi pagi ini Zane capek banget lho, sumpah!

Sambil mengerang, dia meraih ponsel di nakas.

UAS apa coba?? Mereka kan lagi magang, yang berarti UAS sudah selesai.

Tapi tetap saja Zane membuka kalender di handphone.

15 Juni 2017.

LIMA BELAS JUNI?? BUKANNYA KEMARIN UDAH JULI??

TAIK, ANJING, BABI!

Demi apa pun, Zane udah nggak berminat melanjutkan hidup.


~


"Bro, udah bangun?" Ganti muka Bimo muncul di pintu. Sudah wangi dan rapi dengan kemeja lengan panjang dan celana jeans. "Kita-kita udah mau berangkat. Lo ditinggal nggak apa-apa?"

Zane mengibaskan tangan dengan malas. "Tinggal aja. UAS gue jam sembilan."

Ketika mengatakannya, rasanya seperti jadi orang paling idiot semuka bumi.

Bagaimana tidak? Alih-alih di villa Canggu, sekarang dia ada di apartemennya di Depok. Selain itu, serta setting waktu mundur beberapa minggu, yang artinya ini UAS hari pertama.

Cih. Zane sudah capek bertanya-tanya. Juga sudah capek berdoa.

Akan dia jalani saja seperti air. Barangkali besok dia kembali ke tahun 45 dengan wujud sebagai kakek buyutnya yang sudah meninggal.

"Oh, ya udah." Bimo mengangguk. "Sorry, ruang tamu sama dapur lo berantakan. Makasih tumpangannya, ya."

Temannya itu pun pergi.

Dengan gontai Zane bangkit dari tempat tidur.

Perutnya melilit, tapi masih bisa ditahan.

Di depan cermin, dia melotot pada sosok tolol yang sedang menatapnya balik.

Wujud itu tidak sedap dipandang: kurus kering, tak berotot.

Seluruh hasil kerja keras berlatih beban bertahun-tahun sirna. Kembali ke nol, seperti di SPBU.

Shit.

Zane bahkan tak suka melihat tampangnya sendiri.

Selain posturnya yang buruk rupa, hal buruk lainnya dari kembali ke Juni 2017 adalah ... dia tidak bisa leha-leha.


~


Selesai UAS yang dia kerjakan dengan ilmu batin—karena jelas Zane tidak ingat materi kuliah sama sekali—sebuah pesan masuk dari Bimo membuatnya ogah-ogahan berjalan ke perpustakaan pusat.

"Villa udah dapet." Temannya itu berujar dengan semangat, walau Zane tak peduli. "Jangan langsung balik. Ngumpul depan perpus dulu. Kalau pada oke, hari ini langsung gue DP."

"Ya, ya, ya." Zane enggan mendengar suaranya lama-lama.

Bagusnya, ketika dia tiba di gazebo depan perpus, Gusti dan Ismail sudah lebih dulu di sana, jadi tinggal menunggu Bimo seorang.

"Sempak lo tadi langsung lo buang, apa lo cuci?" Pertanyaan Ismail itu membuat Zane ingin menggemplang kepalanya kalau saja tidak ingat ada CCTV di segala sudut.

"Di cuci, lah. Kalau nggak dicuci dulu sebelum dibuang, kasian dong tukang sampahnya, dapet jackpot." Agus menimpali, dan tertawa sendiri. Dia kira, dia lucu.

Sayangnya Zane sedang tidak berminat jadi korban bully, ingat pastilah hari ini adalah hari di mana Bimo mengemukakan ide konyol untuk tinggal bersama Sabrina dan Iis di Bali.

Tidak mengindahkan celotehan dua orang di depannya itu, satu sudut bibir Zane tertarik ke atas.

Nggak akan dia biarkan dia jadi satu-satunya yang menderita. Mau ke Bali bawa-bawa Sabrina? Jangan harap!

"HP getar tuh!" Gusti mengedikkan dagu ke ponsel Zane di meja, yang suaranya mengganggu telinga.

Dengan senyum licik masih menghiasi wajah, Zane membuka pesan masuk baru di WhatsApp. Sebuah peringatan bahwa hari ini genap seminggu dia terlambat mengembalikan buku.

Ya jelas Zane nggak ingat lah! Sejak kapan dia hobi minjem-minjem buku?

"Gue ke dalem bentar." Dengan sabar dia bangkit berdiri. Pamit masuk perpus sebentar, yang berakhir dengan dirinya menanyakan prosedur penggantian buku baru karena nggak mau pusing mencari benda pinjaman yang kemungkinan besar sudah hilang itu.

Saat dia kembali ke gazebo, mendadak perasaannya tidak enak.

Dia hanya meninggalkan kedua temannya sebentar, tapi sekarang sudah tak tampak batang hidungnya.

Sudah bubar.

Seketika Zane tertawa seperti orang gila.

Sama separti saat ini, dulu dia juga melewatkan kesempatan yang sama.


#TBC

Kayaknya cerita ini ntar partnya bakal buanyaaak karena pendek-pendek, gpp ya?


#notdatingyetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang