11 | item, gede

5.4K 867 124
                                    

Absen pake emot 🤡 coba



"Kenapa sih lo glundang-glundung dari tadi? Ganggu orang tidur aja!" Gusti menyemprot makhluk tidak tahu diri yang menjadi parasit di kasurnya pagi ini, dengan alasan kasur di kamarnya sendiri belum dipasang sprei.

Ya emang siapa yang mau dia suruh masangin, babi? Pasang sendiri, lah! Manja amat!

Gusti sampai emosi tadi.

Mana Zane menerjang masuk kamarnya di saat dia hampir klimaks, mimpi ena ena dengan Cecilia—anak DPM paling cakep, kakak tingkat setahun di atas mereka, yang sayangnya tidak mungkin Gusti pacari karena sudah diembat Ismail kampret duluan.

Eung ... kalimat 'tidak mungkin Gusti pacari' sebenarnya juga agak kurang tepat sih. Walau sekarang cewek itu sudah putus dengan Ismail, Cecilia tidak mungkin melirik Gusti yang dekil ini.

"Ini kamar panas banget, sih? AC-nya berapa PK coba?" Zane menggerutu sembari membolak-balikkan badan lagi, biar matang merata.

Tidak peduli, Gusti menyumpal kedua telinga dengan bantal. "Kalau mau adem, tidur di kamar mandi sono."

"Bener juga." Tiba-tiba Zane bangkit berdiri.

Gusti sempat melirik sekilas ketika temannya itu berjalan menuju kamar mandi sembari menarik lepas kaos yang dia kenakan melewati leher.

"Gue nggak serius, goblok! Ya kali gue suruh lo tidur di sono beneran? Mending juga lo gelar tikar di lantai."

Tapi ternyata segera terdengar suara shower, membuat Gusti gantian menggoblok-goblokkan diri sendiri.

~

Kalau dulu Zane dibikin kaget oleh Sabrina yang muncul dengan rambut gimbal panjangnya yang mirip kuntilanak itu di keremangan dapur pada subuh-subuh, maka yang terjadi sekarang adalah kebalikannya.

Bahkan, cewek itu sampai menjerit heboh tatkala melihat Zane sudah standby duluan di meja bar, sedang mengademkan diri dengan sebotol air mineral dingin.

"Bang! Astaghfirullah! Gue kirain penampakan apaan tadi! Item, gede!" Cewek itu langsung marah-marah begitu lampu menyala. Padahal, di tengah kegelapan sekalipun, bentukannya lebih menyeramkan dibanding Zane. "Lagian lo ngapain telanjang begitu, siiih? Di sini peraturannya nggak boleh berpakaian minim kecuali di pool area, tauuu!"

"Yang bikin peraturan siapa?" Zane bertanya, dalam hati gemas ingin bertanya dua jam tadi dia ngapain aja cekikikan di kamar Bimo, sampai terdengar ke kamarnya segala.

"Gue sama Bimo." Sabrina menjawab tolol.

Jelas saja Zane tidak peduli. "Bodo!"

Cowok itu pun melenggang pergi begitu saja dengan membawa serta botol minumnya, kembali menuju kamar Gusti untuk mulai tidur. Merasa bahwa pagi pertamanya ini tidak terlalu buruk juga.

Kalaupun nggak bisa dijadikan pacar, ternyata setelah diingat-ingat, Sabrina cukup menggemaskan untuk dijadikan musuh. Dan Zane tidak sabar melihat cewek itu menangis meraung-raung di pasar beberapa jam lagi.

~

Syukurlah, setelah mandi dan menyegarkan tenggorokan, Zane mulai merasa rileks dan perlahan-lahan dapat memejamkan mata. Terutama karena Gusti dan yang lain-lain sudah pamit untuk jogging menuju pantai, hingga dia bisa menguasai kasur temannya itu seorang diri.

Tapi, ada satu hal yang luput dari ingatan Zane: tak lama setelah tri idiot pergi, masih ada Sabrina yang akan mengganggunya dengan menyalakan musik keras-keras.

Cih. Jelas-jelas cewek itu tahu Zane belum lama tiba, yang berati masih butuh istirahat. Tapi dia malah menyalakan speaker pakai volume khas ibu-ibu komplek mau latihan SKJ.

Tuh anak pasti sedang balas dendam gara-gara tadi pagi dibikin kaget!

Ya sih, Zane terlalu terobsesi dengan Sabrina tahun 2021 hingga lupa bahwa tahun ini Sabrina hanyalah cewek rese dan menyebalkan. Herannya, bisa-bisanya Bimo mau saja dengan Sabrina versi bocil ini.

Kasian juga si Bimo, dapet nggak enaknya doang. Udahlah cuma jagain jodoh orang. Yang dijagain belum glow up jiwa raga pula.

Merelakan jatah tidurnya, Zane pun keluar dari kamar, mendapati Sabrina sedang jungkir balik melakukan pemanasan di pinggir kolam.

Dengan sabar dia mengecilkan volume music player Sabrina, lalu memutuskan membuat kopi saja. Dilanjut duduk di situ sambil menghibur diri dengan menonton kekonyolan tingkah pacar masa depannya.

Kurang lebih setengah jam, Sabrina baru menyadari bahwa sedari tadi ada yang sedang bertopang dagu sembari menertawakan dirinya.

Segera dia memakai bathrobe dan menghampiri Zane dengan langkah cepat.

Zane sudah siap disemprot.

"Oh—you awake? Udah sarapan? Tadi Bang Mail sempet manggang roti buat ganjel perut sebelum pergi."

Tapi ternyata, yang keluar dari bibir si cewek malah di luar dugaan.

Zane refleks mengikuti arah pandang Sabrina ke meja makan, mendapati sepiring roti di situ.

Tidak hanya menawari, bahkan cewek itu sekalian mengambilkan piring itu untuknya ketika melewati meja makan.

Masih siaga, Zane memperhatikan si cewek mengambil gelas dan mengisi air dari dispenser.

Bukankah ... seharusnya Sabrina konsisten rese, ya?

Zane mencuil rotinya sembari tidak lepas memandang Sabrina yang sedang minum.

Padahal, dia sudah melakukan latihan dalam hati, supaya nggak kalah debat seandainya Sabrina mulai kumat rewelnya. Tapi momen yang dia tunggu-tunggu malah tidak terjadi.

Atau, Zane hanya salah ingat? Bahwa memang tidak ada perselisihan sebelum berangkat ke pasar?

Dia pun menunggu.

Sabrina meletakkan gelasnya di meja, menoleh dengan wajah manis.

Astaghfirullah.

Dia memang masih bocah sekarang. Tapi kalau semanis ini, agaknya Zane tidak bisa menyalahkan Bimo yang telah membuat keputusan nista, pacaran dengan anak di bawah umur.

"Abis ini kalau nggak ada rencana ke mana-mana, temenin ke pasar ya, Bang?"

Gotcha! Ini yang Zane tunggu-tunggu.

"Biar nanti yang lain dateng, udah ada bahan yang bisa dimasak. Makan roti doang nggak kenyang, kan?" Sabrina lalu menambahkan karena tak kunjung mendengar jawaban Zane. Padahal Zane memang masih mengunyah, bukannya menolak menjawab.

Segera Zane menelan roti di mulutnya. "Lo udah selesai latihannya emang?"

"Udah." Cewek itu mengangguk mantap.

Zane pun bangkit berdiri. "Oke. Buruan siap-siap. Gue tunggu sepuluh menit. Lebih dari itu, lo berangkat jalan kaki sendiri aja."

"Ih!" Sabrina bersiap mencak-mencak. "Rambut gue kan basah. Mana sempet ngeringinnya sepuluh menit doang? Lagian, masa abis kecelup air kaporit, gue nggak mandi dulu?"

"Nggak usah." Zane membalas santai. "Nanti juga pulang dari pasar, lo bakal mandi lagi."

#TBC

#notdatingyetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang