WWL08

982 94 5
                                    

Setiap hari Kuea mengurus Mae dan Lian yang masih sakit namun sudah membaik.
Hingga malam itu, Kuea membuatkan sup untuk Lian.
Dan sambil menunggu sup itu sedikit mendingin, Kuea membawa Mae ke kamarnya dan mengantarkannya untuk tidur.

Setelah selesai Kuea lalu membawa sup ke kamar Lian dan menyuapi Lian.
Setelah Lian makan Lian pun memejamkan matanya.
Dan Kuea pun memyediakan obat untuk Lian makan.

"Hia minum dulu obatnya. Setelah itu tidurlah." ujar Kuea dan Lian pun tersenyum lalu mengangguk.

Kuea memberikan obat dan segelas air putih pada Lian.

"Hia. Sekarang Hia tidurlah, biar Mhu tunggu hingga Hia tertidur." ujar Kuea dan Lian pun memejamkan matanya.

Kuea memegang kening Lian dan Lian pun tersenyum tipis.
Kuea lalu membetulkan selimut Lian, lalu duduk di tempat tidur samping Lian dan mengeluarkan ponselnya.

Kuea memainkan game di ponsel itu.
Sebenarnya badan Kuea terasa lelah namun Kuea berusaha untuk tidak merasakan itu.
Kuea menyimpan ponselnya di sampingnya dan meliak liukkan lehernya yang terasa pegal.

Kuea tidak tahu kalau Lian melihat itu semua.
Tak lama Kuea pun menyandarkan lehernya ke pinggir tempat tidur dan tanpa Kuea sadar Kuea pun tertidur.

Lian pun bangun dan duduk lalu menatap wajah Kuea.
Lian melihat wajah Kuea yang begitu terlihat tenang saat tertidur.

"Kau pasti sangat lelah mengurus dua orang yang sakit Nhu?" ujar Lian dan mengelus kepala Kuea.

"Khop khun na." ujarnya lagi.

Dan tak lama Kuea meliukkan badannya dan terbaring di samping Lian.
Lian pun memasukkan tangannya ke belakang leher Kuea dan menariknya perlahan hingga Kuea pun terbaring di dada Lian.

Lian pun merangkul bahu Kuea dan Kuea memegang dada Lian.
Lian pun tersenyum lalu memegang tangan Kuea yang tersimpan di dada Lian dan memejamkan matanya.
.
.
Keesokan paginya Kuea terbangun dan terkejut melihat dada Lian tepat di wajahnya.
Kuea segera bangun dan menelan ludahnya.

Kuea langsung berdiri dan berjalan cepat keluar dari kamar Lian lalu setelah keluar Kuea berdiri di depan pintu sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

Sementara Lian yang berpura2 masih tertidur pun tersenyum melihat Kuea.

Kuea pun segera masuk ke kamarnya dan melakukan hal yang setiap hari dia lakukan.

Kuea mandi lalu membuat sarapan untuk dia dan Mae juga bubur untuk Lian.
Setelah selesai Kuea membangunkan Mae dan membawanya ke ruang makan.
Setelah itu Kuea pun berjalan kembali ke kamar Lian dengan mangkok bubur di tangannya.

Kuea berdiri di depan pintu dan menenangkan dirinya lalu masuk ke dalam kamar.
Kuea melihat Lian yang masih tertidur dan Kuea pun menghampiri Lian.

"Hia, bangun." ujar Kuea dan menyimpan mangkuk bubur itu di meja samping Lian.

Lian pun membuka matanya dan tersenyum pada Kuea lalu Kuea pun membalas senyum Lian.

"Hia makan dulu. Nanti Kuea akan kembali mengambil mangkuknya." ujar Kuea dan akan keluar dari kamar.

"Nhu tidak akan menyuapi Hia?" ujar Lian dan Kuea pun menghentikan langkahnya dan terdiam.

"Bukannya Hia sudah lebih baik? Hia bisa kan makan sendiri? Nhu mau menemani Mae makan di meja makan." ujar Kuea tanpa membalikkan badannya.

"Tapi Hia ingin Nhu suapi." ujar Lian lagi dan Kuea pun berbalik.

"Satu kali lagi, maukan Nhu?" ujar Lian dan Kuea pun menghela nafasnya lalu berjalan kembali mendekati Lian.

Kuea mengambil mangkuk bubur itu lalu mengambil sesendok bubur dan meniupnya dengan pelan lalu menyodorkannya ke mulut Lian.

Lian pun membuka mulutnya namun matanya tidak beralih dari wajah Kuea yang membuat Kuea menjadi salah tingkah.

"Hia jangan tatap Kuea seperti ini." ujar Kuea dengan malu tanpa menatap wajah Lian dan Lian pun tersenyum dan memalingkan wajahnya.

"Umm. Maaf." ujar Lian dan Kuea pun kembali menyodorkan sesendok bubur ke mulut Lian.
.
.

Hari2 pun berlalu hingga akhirnya Lian pun sembuh dan dapat beraktifitas kembali.

Pagi itu Kuea seperti biasa masih mengerjakan tugasnya membuat sarapan untuk mereka bertiga.
Namun kali ini Lian sudah bangun dan keluar dari kamar setelah mandi dan berganti pakaian.

Kuea pun melihat Lian yang menghampirinya dan Kuea pun tersenyum.

"Ouw Hia sudah bangun. Tunggu sebentar, na Hia." ujar Kuea dan mempercepat kerjaannya.

"Tenang saja, tidak usah terburu2 seperti itu. Hia sudah bangun karena sudah kenyang istirahat berhari2." ujar Lian dan duduk di kursi meja makan dan menatap Kuea yang masih sibuk.

Setelah selesai menata sarapan di meja makan. Kuea lalu berjalan ke kamar Mae dan membangunkannya.

"Mae, bangun. Sudah saatnya sarapan." ujar Kuea sambil duduk di samping Mae dan mengoyang2 pelan tangan Mae.

Mae pun membuka matanya lalu tersenyum pada Kuea.
Kuea lalu berdiri dan membuka gorden di jendela kamar Mae dan membiarkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kamar Mae.

Mae pun bangkit dan turun dari tempat tidur lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara Kuea membuka lemari Mae dan memilihkan pakaian untuk Mae dan menaruhnya di atas tempat tidur.

Setelah selesai Kuea pun berjalan akan keluar kamar dan Kuea terkejut melihat Lian yang sedang tersenyum di depan pintu.

"Hia, apa yang Hia lakukan?" tanya Kuea dan berjalan kembali dan menutup pintu kamar Mae lalu berjalan kembali melewati Lian yang masih berdiri sambil tersenyum.

"Nhu, tugas Nhu disini hanya menemani Mae, kenapa semuanya Nhu kerjakan sendiri? Apa perlu Hia sewa seorang pelayan untuk membantu Nhu?" tanya Lian yang berjalan mengikuti langkah Kuea.

"Tidak usah Hia. Hia tahu sendiri, Mae tidak suka ada orang lain di dalam rumah." ujar Kuea dan mengambil piring lalu menatanya di atas meja makan.

Lian pun menunduk dan membenarkan perkataan Kuea.
Lian sendiri masih merasa bingung mengapa Mae mau menerima Kuea dengan mudah untuk masuk ke dalam rumah.











TBC

𝙒𝙝𝙮 𝙒𝙝𝙮 𝙇𝙤𝙫𝙚 (ZeeNunew) (022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang