WWL26

907 74 4
                                    

Setelah beberapa lama akhirnya Lian pun melepaskan pelukannya.
Kuea pun segera membalikkan badannya dan menatap Lian yang tertunduk di belakangnya.

"Hia, Hia baik2 saja?" tanya Kuea dan memegang pipi Lian, Lian pun menaikkan wajahnya dan menatap Kuea yang berwajah sembab sepertinya.

Lian pun menganggukkan kepalanya.

"Nhu, jangan marah na! Hia dan Saint benar2 sudah mengakhiri hubungan kami. Hia tidak pernah mencintai orang lain selain Nhu. Nhu adalah cinta pertama Hia." ujar Lian dan Kuea pun tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya.

"Hia akui memang Hia jahat pada Saint karena meninggalkannya untuk bersama Nhu. Tapi Hia tidak bisa membohongi hati Hia kalau Hia ingin bersama Nhu." ujar Lian.

"Nhu hanya tidak ingin menjadi orang ketiga di antara kalian berdua." ujar Kuea.

"Nhu, Nhu tidak pernah menjadi orang ketiga dalam hidup Hia. Nhu adalah satu2nya dalam hidup Hia. Nhu tahu sendiri kalau hubungan Hia dan Saint hanyalah teman di atas tempat tidur dan Saint pun sadar akan itu." ujar Lian dan Kuea pun menundukkan kepalanya.

"Teman tempat tidur." gumam Kuea sambil tertawa kecil dengan wajah yang kecewa.

"Jangan bilang kalau Nhu belum pernah melakukan hal itu!" ujar Lian dan mengernyitkan dahinya.

"Uhm. Untuk Nhu, hal itu hanya bisa dilakukan untuk pasangan yang mempunyai hubungan yang bukan hanya sebatas pacar apalagi 'teman'." ujar Kuea.

Dan Lian pun menundukkan kepalanya merasa tertampar oleh perkataan Kuea.

"Nhu, Hia tidak pernah sekalipun memikirkan tentang mempunyai hubungan yang lebih daripada teman. Hia tidak mau terikat dengan siapapun yang membatasi gerakan dan hidup Hia." ujar Lian.

"Nhu tahu itu. Lalu mengapa Hia mau bertunangan dengan Kuea dan mau terikat dan Hia tahu sendiri walaupun Nhu tidak akan melarang atau membatasi hidup Hia tapi dengan bertunangan aturan2 itu berlaku dengan sendirinya." ujar Kuea dan Lian pun tersenyum.

"Itulah yang membuat Hia sendiri tidak dapat mendapatkan jawabannya. Mengapa Hia mau terikat dengan Nhu." ujar Lian.

"Nhu, Hia cinta Nhu. Hia siap menjalani semua aturan2 dalam bertunangan selama Nhu juga menjaga dan mengikuti aturan itu. Termasuk tidak boleh lebih dekat dengan orang lain daripada dengan Hia." ujar Lian dan menatap Kuea dan mengusap pipi Kuea.

Kuea pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Lian pun menatap tajam mata Kuea dan perlahan menurunkan wajahnya lalu pandangan Lian berpindah ke bibir Kuea dan Kuea pun membiarkan Lian lalu memejamkan matanya ketika bibir Lian menyentuh bibirnya.

Lian mencium bibir Kuea dengan lembut dan Kuea pun membalas ciuman Lian dengan tangannya memegang pergelangan tangan Lian yang memegang pipinya.

Mereka berciuman cukup lumayan lama hingga Kuea melepaskan ciuman Lian karena nafasnya yang semakin pendek dan sesak.

Kuea masih memejamkan matanya dengan nafasnya yang terengah2.
Mereka masih menempelkan dahi mereka dan Lian pun menatap mata Kuea yang masih tertutup di depan matanya lalu tersenyum.

Lian pun kembali mencium Kuea dan Kuea segera membalas ciuman Lian.

Perlahan tangan Lian memasuki kaos yang di pakai Kuea di tengah2 gerakan ciuman mereka yang semakin cepat.

Kuea pun merasakan hangatnya tangan Lian di pinggang dan perutnya.
Kuea pun langsung membuka matanya lalu memundurkan kepalanya dan melepaskan ciuman mereka, sambil menarik keluar tangan Lian dari dalam kaosnya.

Lian pun menatap wajah Kuea dengan terkejut.

"Maafkan Hia na!" ujar Lian dan memundurkan wajahnya dari wajah Kuea.

"Maafkan Kuea, Hia. Tapi.. Kuea belum bisa." ujar Kuea dan Lian pun memeluk Kuea.

"Maafkan Hia juga na. Hia tidak dapat menahan diri Hia jika bersama Nhu." ujar Lian dan Kuea pun memeluk pinggang Lian sambil tersenyum.

"Oh iya, Nhu kita tinggal disini saja. Bagaimana pendapatmu?" tanya Lian dan Kuea pun mengernyitkan dahinya.

"Tapi bukankah Hia bekerja di Bangkok?" ujar Kuea.

"Kantor utama ada di sini sedangkan di Bangkok adalah kantor cabang. Hia pindah ke Bangkok hanya karena Mae yang ingin tinggal di apartemen tempat dia dan Pho tinggal dulu." ujar Lian.

Kuea pun menundukkan kepalanya dan melamun, Lian pun menundukkan kepalanya berusaha melihat raut wajah Kuea.
Kuea pun menaikkan kembali wajahnya dan menatap Lian.

"Kalau Nhu tidak mau, tidak apa2, kita kembali ke Bangkok besok." ujar Lian sambil tersenyum.

"Nhu bukan tidak mau Hia, tapi Nhu merasa asing di kota dan rumah ini. Rumah ini juga terlalu besar hanya untuk kita berdua." ujar Kuea dan Lian pun tertawa kecil.

"Banyak pelayan di rumah ini Nhu. Nhu tidak akan sendiri." ujar Lian.

"Nhu tahu tapi tetap saja Hia, mereka orang2 asing yang Nhu tidak kenal." ujar Kuea.

"Baiklah, kita pelan2 untuk saling beradaptasi, ok?" ujar Lian dan Kuea pun tersenyum sambil mengangguk.










TBC

𝙒𝙝𝙮 𝙒𝙝𝙮 𝙇𝙤𝙫𝙚 (ZeeNunew) (022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang