WWL18

877 87 2
                                    

Keesokan harinya Lian yang baru keluar dari kamarnya melihat Kuea yang sedang menata meja makan.
Lian menghampiri Kuea dan duduk di kursi meja makan dan menatap Kuea.

"Nhu, nanti siang maukah Nhu membawakan Hia makan siang ke kantor Hia?" ujar Lian dan Kuea pun menatap Lian sambil tersenyum.

"Hmm." gumam Kuea dan Lian pun tersenyum.

"Hia mau makan apa biar Kuea bawakan." ujar Kuea.

"Apa saja terserah Nhu." ujar Lian.
.

Siangnya Kuea membuat makan siang dan mengemasnya ke dalam kotak2 makanan.
Setelah selesai Kuea pun segera berangkat ke kantor Lian.

Sesampainya di sana ternyata Kuea tidak diperbolehkan masuk oleh salah satu sekuriti untuk menemui Lian tanpa izin.

"Mohon maaf tuan tapi kami tidak dapar mengijinkan orang asing masuk tanpa ada izin." ujar sekuriti itu dan Kuea pun mengangguk.

"Sebentar pak." ujar Kuea dan mengeluarkan ponselnya.

Kuea pun menelepon Lian dan tak lama berselang Lian pun terlihat berjalan keluar dari lift.

Sekuriti itupun segera membungkukkan badannya melihat Lian menghampiri.

"Selamat siang Pak." ujar sekuriti itu.

"Lain kali jika dia datang kemari biarkan dia masuk. Dia tunanganku." ujar Lian pada sekuriti itu dan Kuea maupun sekuriti itu terkejut.

"Baik pak." ujar sekuriti itu.

Lian lalu menggenggam tangan Kuea dan membawanya ke dalam kantor dengan tatapan heran dari sekuriti dan beberapa orang yang berada di sana.

Lian baru melepaskan genggaman tangannya ketika pintu lift tertutup.
Lian menatap angka lantai di atas pintu sementara Kuea menatap Lian lalu tersenyum.

Sesampainya mereka di lantai kantor Lian, Lian dan Kuea pun berjalan ke kantor Lian dan masuk ke dalamnya.

Kuea duduk di sofa ruang tamu kantor dan membuka tas yang dia bawa untuk membawa kotak2 makanan.
Kuea meletakkan kotak2 itu di atas meja dan menyimpan tasnya di bawah meja.

Lian pun duduk di samping Kuea dan melihat kotak2 yang Kuea bawa.
Setelah selesai mereka pun mulai menyantap makanan.
Dan ketika Kuea makan, matanya sambil melihat2 kantor Lian.

Tiba2 muncul bayangan ketika dia melihat kursi kerja Lian, Kuea teringat hari dimana dia dan Mae memergoki Lian di kursi kerja Lian yangbsedang bercumbu dengan Saint.
Kuea pun lalu menundukkan kepalanya.

Lian yang sedang makan pun heran dengan perubahan raut wajah Kuea.

"Nhu ada apa?" tanya Lian dan Kuea pun menatap Lian lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa2 Hia." ujar Kuea.

"Jangan berbohong. Raut wajahmu berubah." ujar Lian lalu Kuea pun menatap Lian.

"Nhu hanya teringat hari itu saja, Hia. Nhu ingat Mae dan apa yang Hia lakukan dengan Phi Saint di tempat ini." ujar Kuea dan kembali menundukkan wajahnya.

Lian pun lalu menyimpan kotak makanan di tangannya di meja lalu menatap Kuea.

"Maafkan Hia, na." ujar Lian dan Kuea pun kembali menatap Lian lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Hia pasti sering melakukan itu di tempat ini dengan Phi Saint bukan?" tanya Kuea yang semakin menundukkan kepalanya yang mengagetkan Lian.

"Nhu, apa yang kau tanyakan ini?" ujar Lian.

"Tidak apa2 jika Hia tidak mau menjawab, maafkan Nhu." ujar Kuea lagi yang merasa sangat menyesal.
Mengapa mulutnya tidak terkontrol hingga menanyakan hal seperti itu pada Lian, pikir Kuea.

"Apa Nhu marah? Atau sedih?" ujar Lian dan Kuea pun menatap Lian.

Kuea lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Tidak Hia. Maaf, Nhu tidak tahu mengapa mulut Nhu tiba2 menanyakan hal ini pada Hia. Hia tidak perlu menjawabnya." ujar Kuea yang merasa tidak enak pada Lian.

Kuea tahu kalau itu semua adalah bagian dari masa lalu Lian dan tidak sepantasnya Kuea membahas hal itu.

"Hmm. Sering." ujar Lian dan Kuea pun membelalakkan matanya menatap Lian.

Kuea merasa aneh, mengapa hatinya terasa sakit mendengar jawaban Lian.

"Sudah Nhu bilang, Hia tidak perlu menjawabnya." ujar Kuea dengan nada yang sedikit meninggi dan berdiri yang membuat Lian terkejut dan ikut berdiri.

"Maaf Hia lebih baik Nhu pulang saja." ujar Kuea sambil melangkahkan kakinya.

"Nhu tunggu." teriak Lian 

Dan Kuea pun menghentikan langkahnya namun tidak membalikkan badannya.
Kuea berusaha menenangkan hatinya yang terasa sakit.

"Nhu, itu semua adalah bagian dari masa lalu Hia. Hia ingin Nhu mengetahui semuanya tentang Hia tanpa ada kebohongan atau ada yang di tutupi. Tapi Nhu.." ujar Lian dan berjalan menghampiri Kuea. Lian pun lalu memeluk bahu Kuea.

"Nhu adalah masa depan Hia." ujar Lian dan menundukkan kepalanya dan menyandarkannya di bahu Kuea.

"Hia tidak mau Nhu mengetahui masa lalu Hia yang jelek dari mulut orang lain. Hia tidak mau kehilangan Nhu." ujar Lian dan Kuea pun menundukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

Lian lalu mengangkat kepalanya dan membalikkan badan Kuea agar menghadap padanya.
Lian menatap wajah Kuea lalu mengelus pipi Kuea.

"Hia ingin sekali mencium Nhu. Bolehkah?" ujar Lian dan Kuea pun membelalakkan matanya menatap mata Lian.

Lian menatap mata dan bibir Kuea bergantian.
Akhirnya Kuea pun tersenyum dan mengangguk.
Lian pun tersenyum dan perlahan menurunkan wajahnya mendekati wajah Kuea.

Ketika wajah Lian sudah sangat dekat dan hidung mereka bersentuhan, Kuea pun memejamkan matanya.

Lian mencium bibir Kuea dengan sangat lembut dan Kuea pun membalas ciuman Lian.
Lian pun menggerakkan bibirnya dan Kuea mengikuti gerakan Lian.
Lian memegang kedua rahang Kuea dan Kuea pun meremas jas Lian.

Setelah beberapa saat mereka pun menghentikan ciuman mereka.
Lalu Lian pun menatap mata Kuea yang perlahan terbuka.

"Nhu, bolehkah mulai sekarang Hia mencium Nhu?" tanya Lian dan Kuea pun menatap Lian dan mengangguk sambil tersenyum.












TBC

𝙒𝙝𝙮 𝙒𝙝𝙮 𝙇𝙤𝙫𝙚 (ZeeNunew) (022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang