Pena

81 9 0
                                    

Apa peranku?

.

.

.

.

Hali mendecak kesal saat mendapati jika semua isi penanya kosong,sedangkan ulangan akan diadakan sebentar pagi.

Ia ingin meminjam pada Ice atau Solar,tapi jarak mereka terlalu jauh dan ia terlalu malas hanya untuk buka suara.

Dengan terpaksa ia harus meminjam pena dari Aria selaku orang yang paling dekat tempat duduknya.

Ia menulis dengan pensil diatas kertas kecil dan memberikannya pada Aria,sebenarnya ia cukup gengsi untuk meminjam tapi ia benar benar tak punya pilihan.

Aria menerima kertas kecil yang dilipat itu dengan agak heran.walau mereka duduk  bersebelahan,keduanya jarang mengobrol.

'Apa aku bisa meminjam penamu?'

Aria memeriksa kotak pensilnya,ia punya banyak pena dan ia memilih pena yang paling bagus dan tinta yang banyak,kemudian memberikannya pada Hali dengan menyelipkan kertas kecil tadi di penutup pena.

'Ambil saja,aku punya banyak'

Hali melirik Aria yang tampaknya hanya berwajah datar,ia menyadari jika itu kertas yang tadi ditulisnya.

Ia menghela napas lega,biasanya jika ia melakukan itu pada gadis lain.ia akan mendapat balasan dengan kertas baru dan jawaban yang diakhiri gambar hati sehingga membuatnya jijik.bukan hanya itu,sebagian besar gadis itu juga menyimpan kertasnya sehingga Hali benar benar takut jika sewaktu waktu akan disantet.

Ulangan berlalu dengan tenang.Hali cukup tenang karena ia yakin nilainya akan cukup memuaskan seperti biasa.

"Ck,aku menyerah!"
Gumam Aria disampingnya dengan mempoutkan bibirnya kesal.
Hali dapat memperkirakan jika Aria kesal karena mungkin nilai ulangannnya akan buruk nanti.

Mencoba untuk menghilangkan kekesalan,Aria mendengarkan musik favoritnya sembari memainkan penanya.

Sesekali Aria menulis sesuatu dihalaman buku kosong secara acak dan berantakan.Hali terus memperhatikan gerak gerik Aria yang kadang kadang tersenyum kecil,kemudiam berubah sendu lalu tertawa kecil.

Hali merasa sedikit horor karena Aria terus melakukan semua ekspresi itu sendirian,tapi ia mulai terbisa dengan sikap Aria,setidaknya itu lebih baik dari pada gadis yang terus ingin menempel padanya.

//ctak//

Pena Aria yang ia mainkan terjatuh dibawah kaki Hali,entah kenapa Aria merasa gugup sehingga ia enggan untuk mengambilnya sekarang.

Hali yang melihat itu berinsiatif untuk mengambil pena itu,ia pun memberikannya pada Aria dengan wajah datar,"nih.."

Aria pun menerimanya.tiba tiba ia merasakan ada banyak tatapan menusuk dari belakangnya,rasanya punggung nya akan menjadi lobang donat jika ia menerimanya.

'Dasar,caper banget..'

'Sadar ngak sih kalo dia jelek'

Dengan berkeringat dingin ia meninggalkan kelas bersama pena itu,entah kenapa Hali juga ingin mengikutinya.

"Aishh..mereka menyeramkan."
Gumam Aria sembari memeluk dirinya sendiri merasa ngeri,ia pun membuang pena itu dan pergi ke toilet.

'Hah?'

Hali sedikit tercengang karena Aria membuang pena itu,padahal pena itu masih memiliki banyak tinta.

Ia menggeleng geleng kepala saat otaknya malah berpikir yang tidak tidak.'apa ia tidak suka jika aku menyentuh penanya?"

Lalu tiba tiba ia melihat ada cewek sekelasnya yang datang ditong sampah itu,kemudian celingak celinguk seperti memastikan tidak ada orang disekitarnya.

Setelah merasa aman,cewek itu langsung membuka tong sampah seperti kuli.

'Wait,jangan bilang!!'

Hali berpikir jika cewek gila itu mencari pena yang baru saja dibuang oleh Aria,dengan cepat ia menghampiri cewek itu sembari memperlihtkan sampah permen kiss yang tadi berada di saku celananya.

"Minggir!"
Ucap Hali dengan nada dingin,cewek itu pun segera berlari meninggalkan Hali tanpa membawa apapun ditangannya.

Ia melirik tong sampah,ia melihat pena tadi dan hendak mengambilnya.namun ketika mendengar sebuah langkah kaki ia pun mengurungkan niatnya.

"Kenapa kakak disini?"
Tanya Solar dengan senyum yang sangat manis.

"Buang sampah.."
Jawab dingin Hali kemudian berlalu meninggalkan Solar yang masih menatap tong sampah itu dengan raut berpikir meras.

"Solar,sebentar lagi masuk kelas lho"
Suara lembut yang tadi menanyakan rumus matematika menghampirinya,gadis bermata biru gelap itu sedang mengelap tangannya yang basah menggunakan tissue,kemudian membuangnya.

"Aria,apa kau punya pena lebih?"

Mengedipkan mata heran,Aria mengangguk.

'Manisnya~~'

Aria tak terlalu ambil pusing dengan sikap aneh Solar padanya.tanpa disadari keduanya,ada seseorang yang menatap geram Aria.

Ia mendecih sembari menggigit ujung kuku jempolnya hingga lecet.

'Wanita sialan!!'

.

.

.

.

Tbc

Apa Peranku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang