Biskuit

72 10 0
                                    

Apa peranku?

.

.

.

.

Aria menguap panjang,walaupun ia tidur lebih cepat dari biasanya,tetap saja rasa mengantuk menyerangnya,ia bisa saja bolos sekolah karena sekarang ia tak punya keluarga yang mengekangnya tentang nilai.

Ia mendengar suara ribut di gerbang sekolah,matanya menemukan sosok pangeran dingin yang sedang bersandar di pintu gerbang sembari menatap layar HPnya,netra Ruby nya yang indah itu terlihat sedang merasa gelisah.

'Dia sedang menunggu siapa?'

Matanya kemudian bertemu dengan Hali,walaupun Aria merasa mungkin Hali sedang melihat orang lain.ia berjalan menghampiri Aria yang masih bengong ditempatnya.

"Apa kau bisa berhenti membuat orang khawatir?"
Tanya Hali dengan suara dingin dengan tatapan tajam.

"Hah? apa aku membuat kesalahan?"
Bingung Aria sembari menatap polos,ia tidak mengerti dengan ucapan Hali seakan akan ia telah membuat nya khawatir.

"Kau lupa lagi menutup jendela.."

Aria mengingat ingat,memang rasanya ada yang aneh saat ia melihat jendela.ternyata Hali yang menutupnya,tunggu..tapi bagaimana?

Aria menatap kembali mata ruby Hali seakan akan sedang bertanya melalui matanya,Hali menghela napas mengerti dan menjawab,"aku harus melewati rumahmu untuk ke indomaret.."

"Begitu...thank,deh"

"Hn.."

Hali menghela napas lelah,ia masih merasa kesal karena tampaknya Aria tak memikirkan apa yang sedang ia khawatirkan.

Keduanya berjalan bersama ke kelas,tentu keduanya menjadi sorotan mata siswa.Hali hanya berwajah dingin biasanya,sedangkan Aria berusaha pura pura tak tahu.

Beberapa siswi memandangnya tajam dan sinis pada Aria,tentu si empu merasa tidak nyaman namun mencoba untuk terlihat baik baik saja.

Sesampai dikelas,mereka juga menjadi sorotan mata.Ice dan Solar juga ikut menatap dengan tidak senang.

'Apa apaan hawa ini?!'

.

.

.

.

Gempa menatap sebuah biskuit dengan tatapan tidak yakin,warnanya terlihat sedikit menghitam sehingga ia ragu untuk mencobanya.

"Ternyata benar jika rasanya tidak enak"

Gadis bermata biru malam itu memutar bolanya malas,kemudian membuang biskuit itu ke tong sampah.

Raut wajah Gempa terlihat panik karena merasa ia telah menyakiti hati Aria,"b-bukan gitu,Ri.aku kan belum mencobanya..."

"Tak apa,aku akan mencoba lagi.kali ini bantu aku"

Gempa pun bersedia untuk membantu Aria,walaupun sebenarnya dia janji akan membantu Ice juga. tak apa,ia bisa membantu keduanya sekaligus...

___40 menit kemudian

Gempa terduduk lelah di pojokan,ternyata mengawasi keduanya juga sangat susah,terutama Ice yang kadang bertingkah aneh saat Gempa sedikit lebih memperhatikan Aria dari pada dirinya.

Aria berhasil membuat Biskuit yang lebih baik dari sebelumnya,sedangkan milik Ice gosong dan ia langsung membuangnya.

"Kau ingin memberinya pada siapa?"
Tanya Gempa saat Aria membungkus 3 plastik Biskuit yang ia buat tadi.

"Entahlah,aku baru akan memikirkannya...."
Ujar Aria sembari melihat keatas seolah berpikir siapa yang akan ia beri.

Ice menunggu jawaban Aria,ia berharap jika Biskuit itu diberikan padanya walaupun mungkin hasilnya tidak enak.

"Hali dimana?"

Ice merasa tersambar petir disiang bolong,ia mengumpat kakak tertuanya itu karena kesal dan mengira Aria akan memberikannya pada Hali.

"Kak Hali ada eskul basket tadi.."

Aria menghembuskan napasnya pelan,ia agak malas sekarang untuk menemui pangeran sekolah itu ditempat banyak fansnya berada. Ia memilih untuk mengundurkan niatnya itu..

Ya,Aria benar benar ingin memberikan biskuit itu sebagai ucapan terima kasihnya karena telah menutup jendela kamarnya.jika tidak mungkin Aria pasti sudah kemalingan atau terjadi hal buruk lainnya,benar benar tak ada maksud lain selain itu.

"Aku akan pulang..."

Ice menatap penuh selidik,ia tidak ingin melihat Aria memberikan biskuit itu pada Hali,walaupun begitu..IA TETAP HARUS MELIHATNYA!

Gempa merasakan ada hawa aneh yang bergejolak dari Ice,entah kenapa ia sedikit merinding karena Ice tiba tiba bersemangat seperti itu.

Aria keluar dengan tenang,tak menyadari mata Ice yang sedari tadi mempolototinya.setelah beberapa menit,Ice pun menyusul Aria dengan senyap.

'Anak itu kenapa???'

Batin Gempa bingung melihat sikap aneh Ice hari ini.

Aria sempat melihat ke area lapangan basket. Ia memasang wajah jengkel para gadis yang berteriak heboh menyebutkan dua nama pangeran sekolah,siapa lagi kalau bukan Solar dan Hali.

'..ya,lagi pula mereka tokoh fiksi.aku dan mereka berada didunia yang berbeda..'
ujar Aria tersenyum tipis sembari menghembus napas pelan,

Ice sedikit membeku,ia melihat senyum pahit dari wajah Aria,meski sekilas tapi ia yakin,netra biru malam itu terlihat sedih saat melihat sang kakak tertua,Hali.

'Apa Aria,suka kak Hali?'

.

.

.

.

Vote dan komennya dong~~

Apa Peranku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang