demam 2✨

2 1 0
                                    


"Bun .... , Bundaaa "

"Bundaaa .... Babas mau pulang hiks "

"Babas mau pulang bun... "

Absa yang tak menyadari bahwa ia ikut tertidur saat menemani Bastian, kini di bangunkan lagi dengan suara Bastian yang kembali terdengar .

"Bundaaa... Babas takut " Absa yang melihat Bastian masih terpejam namun meracau memanggil bundanya ia mencoba memanggil Bastian dan menepuk pipinya agar bangun.

"Joo... Bangun "

"Jo "

"Bangun jo "

Pada panggilan Absa yang ketiga kali syukurnya Bastian terbangun , namun ia malah langsung memeluk Absa , dan membuatnya syok dengan kejadian tersebut .

"Babas takut .... Babas mau pulang "

"Takut .... "

"Babas takut ..."

Absa yang masih mencerna kejadian barusan hanya bisa terpaku tanpa membalas pelukan Bastian.

"Babas mau pulang... "

"Babas takut ... "

Mendengar racauan Bastian yang tak kunjung mereda juga pelukan dengan tubuh bergetar ketakutan yang semakin mengerat membuat Absa kembali tersadar. Ia masih bingung harus bagaimana namun yang ada di pikirannya sekarang adalah menenangkan Bastian terlebih dahulu .

"it's okey.... " Ucapnya mencoba menenangkan juga elusan pada punggung Bastian berharap bisa membuat Bastian tenang .

"Nggak apa-apa... Gua di sini " dan Absa bersyukur kini keadaan Bastian kian membaik. Ia masih menepuk pelan punggung Bastian .

Selang beberapa saat Absa merasakan deru napas Bastian yang sudah kembali teratur , ia mengecek dan benar tebakannya Bastian sudah tertidur.

"Hufh..., Sampai kapan nih " ujarnya yang sudah pegal juga mengantuk. Nyatanya mengurus Bastian demam seperti mengurus balita . Sama suka rewel kalo tengah malam . Meski Bastian dalam kasus yang berbeda ,tapi effort nya sama . Absa tidak bisa membayangkan bagaimana nanti istri masa depan Bastian jika memiliki anak . Pasti ia akan kewalahan karena mengurus bayi kecil sekaligus bayi besarnya.

"Udah jam 2 pagi , pantes otak gua mikir aneh " monolognya menggelengkan kepala mengingat apa yang barusan Absa pikirkan.

🌻🌻🌻🌻🌻

Cahaya matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendela apartemen mampu mengusik kenyamanan tidur Bastian. Ia yang membuka mata kini masih belum sadar alasan apa dia merasa pegal dengan lehernya.

Saat ia mengangkat kepalanya, Bastian terkejut dengan wajah tenang perempuan yang masih memejamkan matanya. Ia yang terlena akan garis wajah itu pun mengangkat tangan untuk meneliti setiap inci dari bulu mata yang lentik, hidung,hingga titik tercandu yang sering para lelaki dambakan , bibir yang kecil tebal namun penuh . Saat Bastian akan menyentuh bibir Absa ia urungkan karena pergerakan dari Absa yang sepertinya terbangun. Buru buru ia kembali menutup mata agar tidak terciduk sedang mengamati ciptaan Tuhan.

"Uawaah ... " Lenguhan Absa saat membuka matanya dan mendapati sinar matahari yang membuat matanya sakit . Ia yang sedikit sudah sadar lalu menilik apakah Bastian sudah bangun . Melihat Bastian yang masih terpejam Absa mengecek apakah suhu badan Bastian sudah turun. Dan bersyukurnya saat mendapati suhu Bastian sudah mendingan.

Melihat Bastian yang masih terpejam Absa dengan pelan memindahkan Bastian pada bantal takut takut terbangun. Absa tidak tahu saja Bastian sudah bangun dari tadi .

Saat Bastian tengah terduduk di atas ranjang ia di kejutkan dengan Absa yang tiba tiba saja masuk dengan tergesa-gesa.

"Makanan udah gua angetin . Tinggal makan aja "

"Gua pamit pulang "

Bastian yang masih terkejut hanya bisa memandang Absa pergi dengan tergesa-gesa.

See you next part 💜💜💜

Anggap aja mas ji chang wook cewknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anggap aja mas ji chang wook cewknya .terus nggak lagi pegang buku .

Susah ternyata nyari nya .

Absa story🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang