Cinta Prameswari

25 5 0
                                    

Seorang gadis cantik dengan rambut panjang di kuncir kuda tengah asyik menguleni adonan kue tradisional yang akan ia buat hari ini.

Gadis itu tersenyum riang sembari terus mengaduk-aduk adonan kue lainnya karena bukan hanya satu macam kue yang akan ia buat kali ini melainkan sekitar 10 macam kue untuk dijual di toko kue tradisional miliknya.

Ia dibantu oleh empat orang karyawan yang dua tak lain adalah temannya sendiri.

Mereka bertiga berteman mulai dari sekolah dasar sampai hanya lulus SMA karena keterbatasan biaya yang mengharuskan mereka bertiga tak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Beruntungnya, gadis tersebut bisa mempraktikkan keterampilan yang ia dapat saat mengikuti seminar tata boga di sekolahnya.

Gadis cantik itu bernama Cinta Prameswari. Ia merupakan anak angkat dari keluarga Yanto.

Gadis yang biasa di sapa Cinta itu memiliki seorang Kakak angkat, anak pertama dari keluarga Yanto yang bernama Dio, dengan datangnya seorang perempuan bernama Cinta Prameswari, akhirnya keluarga kecil tersebut bisa menjadi keluarga yang lengkap.

Cinta tak menyia-nyiakan bakat yang ia miliki. Ia tak ingin terus berpangku tangan meminta apa pun masih menunggu kedua orangtua angkatnya ataupun Dio yang saat ini sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan tetap dan gajinya cukup untuk membiayai semua kebutuhan keluarganya termasuk dirinya namun, Cinta tak ingin terus-menerus mengandalkan Dio sebagai tulang punggung keluarganya, sementara ayahnya sudah pensiun dari pekerjaannya dan hanya gaji pensiunan saja yang diterima ayahnya saat ini.

Dengan bakat yang dimiliki oleh Cinta, ia berinisiatif membuka toko kue tradisional yang saat ini mungkin hanya sedikit toko yang membuka toko khas Negaranya. Peluang itu membuat toko kue tradisional Cinta laris manis karena kebetulan sekali letak toko itu berada di pusat kota besar. Dan biasanya hanya sedikit toko kue tradisional di pusat kota besar.

Selain membaca omset penjualan, Cinta juga sudah menargetkan kedua temannya itu, agar membantunya jika toko yang ia buka sukses dan ternyata keinginan Cinta terkabul. Saat ini toko kue tradisionalnya laris manis di kalangan para orang biasa sampai kalangan para kaum elit karena cita rasa kue toko Cinta itu benar-benar sangat original.

Semua kesuksesan Cinta tak luput dari bantuan Dio karena kakak angkatnya itu yang pertama memberikan pinjaman modal pada Cinta.

Sebenarnya Dio berniat memberikan uang itu pada Cinta namun, adik angkatnya lebih memilih mengembalikan semua modal yang diberikan oleh Dio karena Cinta tak ingin menyusahkan kakak angkatnya lagi.

Kedua teman Cinta, Manda dan Karin tengah sibuk membuat 10 macam kue setiap hari seperti kue putu, dadar gulung, kue lapis beras, onde-onde, kue lumpur, kue nagasari, kue cucur gula merah, kue bolu sarang semut, serabi, dan ongol-ongol nanas.

10 resep itu yang dibuat langsung oleh Cinta dan karyawannya, terkadang sang ibu membantu, jika urusan toko sudah siap. Itu hanya sebagian saja kue yang ada di tokonya, sisanya di buat oleh orang dan dititipkan di toko bernama 'Cinta Tradisional' itu dan untuk rasa tak perlu diragukan lagi karena supplier dari makanan itu selain dari kue buatan Cinta sendiri, kue itu di buat oleh para ibu-ibu yang sangat tahu cara membuat kue tradisional super original.

Saat Cinta dan yang lain sibuk membuat kue di dapur tokonya, di depan yang menjaga toko adalah Ningsih dan Ahmad, orangtua angkat dari Cinta.

"Aku ke depan dulu, ya! semua resep sudah aku catat di buku resep seperti biasa, jadi kalian tinggal melihatnya saja," tutur Cinta pada keempat pegawainya.

"Siap, Boss!" Manda dan Karin menjawab, sementara yang dua hanya mengangguk karena usia mereka sekitar 30 tahun ke atas.

Cinta melihat ke arah jam tangannya. "Masih jam setengah lima pagi dan toko buka jam 7, masih ada waktu untuk bersiap dan beberes rumah!" Cinta bergumam sembari berjalan ke arah ibunya yang membersihkan etalase toko.

"Bu, aku ke kontrakan dulu, ya! aku masih belum membereskan rumah karena tadi terburu-buru kemari," tutur Cinta pada Ningsih.

"Kau dengan siapa, Nak?" tanya Ningsih pada Putri angkatnya.

"Aku naik motor sendiri saja, Bu! lagi pula jarak dari sini ke kontrakan dekat, 'kan?"

Cinta memeluk ibunya. "Jangan lupa bangunkan Abang tampanku ya, Bu!"

Cinta melepaskan pelukannya pada sang ibu. "Aku pulang dulu ya, Bu!" Cinta mencium punggung tangan ibunya.

Ningsih masih memperhatikan punggung Cinta yang mulai menjauh dari hadapannya. "Semoga kelak hidupmu lebih baik dari sekarang, Nak! maafkan Ibu dan Ayah yang tak bisa menyekolahkanmu sampai perguruan tinggi karena biaya yang membuatmu tak ingin berkuliah, padahal kau anak yang pintar dan pasti kau ingin sekali melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi," gumam Ningsih menghapus air mata yang menetes sebulir pada bagian pipinya.

Cinta sudah mangendarai motornya menuju arah rumahnya.

Tokonya berdempetan dengan rumah orangtua angkatnya yang berada di pinggir jalan.

Sebetulnya Ningsih dan Ahmad tak mengizinkan Cinta mengontrak rumah karena mereka masih mampu menafkahi sang Putri namun, cinta bersikeras ingin hidup mandiri karena ia tak ingin selalu menyusahkan kedua orangtuanya. Ditambah lagi kini pendapatan dari hasil toko kuenya cukup untuk membiayai hidupnya sendiri, bahkan Cinta membagi hasil pendapatan toko kue itu kepada kedua orangtuanya.

Ningsih dan Ahmad tak mau menerima uang dari hasil kerja Cinta namun, gadis cantik tersebut memaksa keduanya dan alhasil, kedua orangtua angkatnya mau tak mau harus menerima uang itu dari Cinta.

Jarak toko dan kontraan Cinta cukup dekat, sehingga tak memakan waktu lama untuk gadis itu sampai ke rumahnya.

Saat ini jam tengah menunjukkan pukul 06.45 WIB.

Toko kue Cinta sudah buka karena semua kue sudah siap, hanya kue yang dibuat oleh toko itu sendiri yang belum selesai. Masih tinggal beberapa macam lagi. Hari ini kue yang dibuat oleh toko Cinta menerima pesanan jadi, Cinta membuat dalam porsi banyak. Jika tak ada pesanan, 10 macam kue itu sudah selesai karena cinta membuat dalam porsi sedang. Gadis itu ingin kuenya habis dalam sehari tak tersisa. Lebih baik fresh daripada mengecewakan konsumen.

Dio datang menghampirimu sang ibu. "Cinta mana, Bu?" tanya Dio pada ibunya sebelum pria itu berangkat ke kantor.

"Adikmu masih pulang ke kontrakannya," sahut Ningsih masih fokus dengan kue yang ia tata rapi.

"Kebiasaan anak itu! saat aku akan berangkat bekerja pasti tak ada di sini! Padahal aku ingin melihat wajahnya yang ingin aku jahili," celetuk Dio dengan wajah kesal.

"Kau ini, Dio! Adikmu itu sudah dewasa, bukan Cinta kecilmu yang dulu lagi," sambung Ahmad yang juga sibuk menata kue ke dalam etalase.

"Bagiku dia tetap adik kecilku, Yah!" Dio berjalan ke arah ibunya mencium punggung tangan sang ibu, begitupula dengan ayahnya.

"Aku berangkat dulu!" Dio berjalan keluar dari dalam toko itu.

Saat Dio hendak menaiki motornya, ia melihat ke arah ponselnya yang ternyata wallpaper ponsel itu adalah foto dirinya dan Cinta satu tahun yang lalu saat berlibur bersama keluarga ke pantai.

Senyum tampan Dio terukir. "Cantik!" Dio segera meletakkan kembali ponselnya pada saku celananya dan menaiki motornya dengan senyum yang tak pernah pudar.

Bukannya Dio tak mampu membeli mobil, melainkan ia baru saja membangun rumah berlantai dua dari hasil tabungannya selama bekerja.

Cinta Milik Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang