Martabak Telur

2 1 0
                                    

Naru kini berada di dalam kamarnya. Pria itu sudah memiliki rumah sendiri.

Meskipun rumah itu tak berlantai berlapis-lapis seperti rumah orangtuanya namun, rumah Naru sangat besar karena meskipun hanya berlantai satu alias tak bertingkat sama sekali.

Tapi jangan dikira rumah itu rumah biasa saja, meski tak berlantai berlapis-lapis namun, luas rumah itu jangan ditanyakan lagi.

Dari mulai tempat khusus memasak didalam ruangan dan diluar ruangan semuanya ada.

Dari saking luasnya rumah itu, ukuran tiap kamar, 3 kali kamar rumah orangtuanya dan di dalam rumah itu terdapat 15 kamar karena Naru sadar, jika semua keluarganya akan menginap dirumahnya untuk acara penting kelak tak sedikit karena anggota keluarga Naru memang sangat banyak, jika dihitung dari mulai Melati, Arnon, Edward, Salma, Arya, Jonathan, dan para istri Pamannya itu beserta anak-anaknya.

Itu masih belum dihitung Mommy dan Daddy-nya. Yang jelas Naru sudah membuat rumah idamannya sendiri dan sudah ia pikirkan matang-matang sebelum rumah megah itu berdiri kokoh seperti saat ini.

Kini Chef tampan itu bercermin membenarkan tatanan rambutnya, agar malam ini penampilannya sempurna.

Naru tersenyum melihat pantulan wajahnya yang terlihat sudah sangat apik. "Suatu saat nanti kau akan melihat ketampananku ini, Kinan!" Naru menundukkan kepalanya tersenyum.

Pria itu berbalik berjalan ke arah tempat tidurnya untuk mengambil kemeja berwarna hitamnya dan mengenakan kemeja tersebut.

Naru melihat ke arah ponselnya. Ia mengambil ponsel itu dan membaca pesan dari Monica yang mengirimkan nomor ponsel Cinta padanya.

Senyum Naru terbit karena ia sudah mendapatkan nomor Cinta. Pria itu menambahkan kontak Cinta dengan tulisan "Pakar Cinta".

Naru segera mengirim pesan pada Cinta, jika ia sebentar lagi akan menjemput gadis itu.

Setelah mendapatkan lokasi rumah Cinta, Naru segera berangkat ke alamat rumah yang sudah di kirim oleh Cinta padanya.

Cinta sudah siap dengan mengenakan gaun yang diberikan oleh Zinnia padanya.

Rambut Cinta di gerai dan di sampirkan ke bahu kanannya sehingga bagian belakang tubuhnya yang sedikit terbuka bisa terlihat.

Di kepala bagian kirinya ia letakkan bunga kecil berjumlah 5 sehingga tatanan rambutnya itu terlihat lebih indah lagi.

Makeup sedikit lebih menonjol karena ini makan malam dan lipstik juga sedikit lebih bold namun, masih masuk dalam kategori warna tak terlalu menor.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu rumahnya berbunyi. "Pasti itu Chef Kaku? Kenapa cepat sekali? Apa dia menaiki UFO?" Cinta bergumam.

Cinta berjalan ke arah pintu dengan tampilan yang sudah cantik dan sempurna.

Gaun itu dikirim oleh kurir ke alamat rumah Cinta karena tadi gaun tersebut tertinggal di butik Zinnia dan jangan tanyakan darimana seorang Zinnia bisa tahu alamat rumah Cinta karena itu hal mudah bagi seorang keluarga Gafin.

Tak tak tak

Suara peraduan antara hells milik Cinta dan lantai rumahnya terdengar.

Ceklek

Saat pintu terbuka, bukan wajah Naru yang ia lihat, melainkan wajah seorang pria yang sangat ia kenal.

"Kak Dio!"

Si empunya nama tercengang melihat seorang putri cantik yang kini berdiri tepat dihadapannya. "Cantik!" Dio bergumam cukup kencang membuat Cinta bisa mendengarnya.

"Aku cantik?" tanya Cinta pada Dio.

Kesadaran Dio kembali normal karena pertanyaan yang Cinta lontarkan padanya.

"Tentu saja! Adik Kakak ini sangat cantik," sahut Dio yang sudah seenak jidatnya bergumam sekeras itu tanpa sadar, jika Cinta bisa mendengarnya.

Cinta tersenyum manis pada sang kakak. "Terima kasih, Kakakku yang paling tampan!"

Cinta melihat ke arah sebuah kantong kresek yang dibawa oleh Dio dan di dalamnya berisi kotak putih berukuran sedang.

Cinta mengendus wangi yang keluar dari dalam kantong kresek tersebut. "Kakak membawakan aku martabak telur?" tanya Cinta yang bisa menebak wangi dari makanan yang dibawakan oleh kakaknya.

Dio memberikan martabak telur itu kepada adiknya. "Ini kesukaanmu! kebetulan tadi kakak baru pulang ada pekerjaan yang haru dilembur jadi, kakak membawakanmu oleh-oleh," tutur Dio pada Cinta.

Mode manja Cinta mulai on. "Kakak suapi aku, ya?"

Dio tersenyum sembari mengangguk mengiyakan permintaan adiknya. Karena di depan teras kontrakan Cinta terdapat dua kursi dan satu meja untuk bersantai, akhirnya Dio duduk di kursi itu dan meletakkan sekotak martabak telur yang ia bawa untuk adiknya.

"Kamu duduk di sini juga, Cinta!" Dio menunjuk ke arah kursi di sebalahnya.

Cinta yang sudah tampil anggun perlahan duduk di samping Dio.

Dio membuka kotak tersebut dan mengambil sepotong martabak telur untuk adiknya. "Ayo buka mulutmu," pinta Dio dan Cinta dengan senang hati menuruti permintaan Kakaknya.

Cinta melahap satu potong penuh martabak telur favoritnya itu. "Enak sekali, Kak!"

Dio tersenyum mendengar ungkapan Cinta. Saat Dio kembali menatap wajah adiknya yang sudah terias apik, lintasan pertanyaan kembali muncul dalam pikiran Dio saat ia pertama kali melihat wajah Cinta dan penampilan adiknya tadi.

"Kau mau ke mana?" tanya Dio sembari mengambil kembali sepotong martabak telur untuk Cinta.

"Aku ada acara bersama atasanku, Kak!" Cinta masih asyik mengunyah makanannya.

"Ibu juga baru bilang tadi saat aku pulang bekerja, jika kau sudah memiliki pekerjaan, memangnya kau bekerja di mana?" tanya Dio sembari menyuapi Cinta.

"Di sebuah restoran terbesar di kota kita," sahut Cinta apa adanya.

"Di mana?" tanya Dio penasaran kenapa adiknya yang tak memiliki keahlian dalam bidang memasak seperti koki bisa masuk ke dalam restoran besar itu.

"Family Resto."

"Restoran cucu keluarga Gafin itu?" tanya Dio terkejut.

"Aku tidak tahu asal usul si pemilik restoran itu, Kak!"

Dio melihat ada bekas makanan di sudut bibir Cinta. Pria itu membersihkan sudut bibir sang adik menggunakan ibu jarinya penuh cinta sama seperti seorang pria pada kekasihnya. "Makan jangan terburu-buru, jadi kotor, 'kan!"

Cinta tersenyum pada Dio dan semua kegiatan romantis mereka berdua telah terekam sejak saat suapan pertama Dio pada Cinta oleh sepasang mata kebiruan milik Naru.

Chef tampan itu masih berada di dalam mobilnya sedari tadi. Mobil sport berwarna merah terparkir di luar pekarangan kontrakan Cinta tepat setelah Dio datang.

"Apa dia pacar Si Gadis Bebek, ya? Mesra sekali," gumam Naru yang langsung turun dari mobilnya karena jam tangannya sudah menunjukkan acara makan malam akan segera dimulai saat ia melihat ke arah jam tangan mahalnya itu.

Cinta Milik Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang