Menjadi Obat Nyamuk

3 2 0
                                    

Zinnia masih memperhatikan Naru yang salah tingkah. "Cinta, kau ganti baju saja ya, Nak! setelah ini mommy ingin meminta tolong, agar kalian pergi ke rumah sakit milik Daddy!"

Mendengar kata rumah sakit membuat energi Naru kembali berkobar karena bayangan wajah Kinan mulai bermunculan dalam benaknya.

"Siap, Mom!" Naru menjawab dengan suara keras penuh semangat.

Cinta dan Zinnia melihat ke arah Naru yang bertingkah aneh.

"Kenapa pria ini? apa dia sedang kesurupan?" tanya Cinta membatin.

Cinta berbalik badan hendak mengganti bajunya. Pada saat bersamaan, mata Naru melihat ke arah punggung Cinta yang sebagian terekspos karena gaun yang Cinta kenakan bagian belakangnya dari leher sampai seperempat punggungnya terbuka, menampilkan punggungnya dengan kulit putih bersih tanpa celah.

Naru bisa melihat anak rambut yang berkeliaran di sekitar leher jenjang Cinta dan menambah kesan seksi pada tubuh Asistennya itu.

Naru berjalan ke arah asistennya dengan cepat. Saat jarak mereka sudah sangat dekat, Naru segera menarik pengait rambut Cinta, agar rambut panjang si empunya punggung bisa menutupi bagian yang terekspos itu.

Cinta terkejut karena tiba-tiba saja ada yang menarik pengait rambutnya yang sudah tertata rapi.

Cinta menoleh ke arah belakang dan tepat saat itu juga, sapuan rambut panjang Cinta mengenai wajah Naru.

Dengan cepat Naru menutup matanya namun, wangi rambut gadis itu tak dapat disembunyikan.

Mata Naru perlahan mulai terbuka dan kini mata mereka berdua sudah saling pandang. "Kenapa kau membuka pengait rambutku?" tanya Cinta yang kesal pada tingkah sembarangan Chef Yunani tersebut.

Wajah Naru bersemu merah karena pertanyaan yang diajukan oleh Cinta mengingatkan ia pada leher jenjang dan punggung mulus milik Asistennya ini.

Mata Naru kembali terpejam karena ia mencoba menormalkan kembali hatinya.

"Anggap saja tadi yang kau lihat itu kerupuk, Naru! Itu bukan punggung, tapi kerupuk yang sangat gurih." Naru berkomat-kamit dalam diamnya.

Naru membuka matanya sembari berkata, "Aku tak mau melihat kerupuk!"

Cinta terlihat kebingungan dengan apa yang Naru katakan. "Kerupuk? Di mana ada kerupuk dan apa hubungan kerupuk dengan kau membuka pengait rambutku?" tanya Cinta dengan rentetan pertanyaan yang membeludak.

Naru memutar kedua bola matanya jengah. "Jika kau tak mengerti, lebih baik kau diam saja dan sekarang kau harus berganti baju," pinta Naru mendorong tubuh Cinta ke arah ruang ganti.

"Eh, pelan-pelan! Aku bisa jatuh," protes Cinta dengan langkah kaki amburadul karena mendapat dorongan dari Naru.

Karena Naru merasa langkah Cinta seperti keong, meskipun telah ia dorong, akhirnya Chef Yunani itu berinisiatif mengangkat tubuh Cinta, agar ia tak berlama-lama melihat punggung pasangan sandiwaranya.

"Aaaaaaaaaa!"

Cinta terkejut karena Naru mengangkat tubuhnya tanpa permisi. "Apa yang kau lakukan, Chef Kaku?"

Naru mempercepat langkahnya. "Kau terlalu lama seperti keong laut!"

Cinta tertawa frustrasi. "Jika aku keong laut, kau jadi keong daratnya saja," celetuk Cinta kesal pada Naru.

Tubuh Cinta terasa sudah kembali menapak pada bumi karena Naru telah menurunkannya.

"Cepat ganti baju karena kita akan segera ke rumah sakit Daddy!" Naru mendekatkan bibirnya pada telinga Cinta. "Aku akan memperkenalkan padamu calon Nyonya Naru yang sesungguhnya," bisik Naru.

Deg

Cinta sungguh terkejut mendengar kata Nyonya Naru disebut oleh Chef tampan itu.

Cinta berlagak acuh pada Naru sembari masuk ke dalam ruang ganti untuk berganti baju.

Naru tersenyum melihat tingkah kekanakan Cinta.

Zinnia hanya bisa menikmati keromantisan kedua pasangan muda itu. "Dasar anak muda," gumam Zinnia pelan.

Kini Cinta dan Naru sudah berada di tengah jalan menaiki motor sport berwarna putih bersih.

Seperti saat perjalanan menuju butik, tak ada percakapan apa pun menuju arah rumah sakit milik sang ayah.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka berdua berada di halaman parkir khusus roda dua.

Cinta dan Naru turun dari motor berjalan ke arah pintu masuk rumah sakit itu.

Mereka berdua terlihat seperti orang tanpa hubungan apa-apa alias saling tak mengenal bagai orang asing.

Naru berjalan ke arah lift khusus para Dokter. Semua penghuni rumah sakit itu tahu, jika Naru anak dari pemilik rumah sakit tersebut, jadi, jika Naru sudah berkunjung ke sana, semua orang yang bekerja di rumah sakit itu memberi hormat pada Naru.

Saat pintu lift terbuka kebetulan tak ada seorang pun. Naru dan Cinta masuk ke dalam dan Chef Yunani itu menekan tombol lantai 10 rumah sakitnya di mana ruangan semua Dokter berada, termasuk ruangan sang ayah.

Saat pintu lift hampir tertutup, seorang perempuan dengan body yang sama bagusnya dengan Cinta berjalan ke arah lift tersebut dan ikut masuk ke dalam.

Saat perempuan berambut panjang di curly itu masuk, wangi parfum memenuhi indera penciuman Naru dan Cinta.

Perempuan itu tepat berada di sebelah Cinta di mana gadis itu saat ini berada di tengah-tengah antara Naru dan perempuan cantik tersebut.

"Kinan!"

Suara Naru membuat dua perempuan yang berada di dalam lift itu menoleh ke arah si empunya suara.

"Kak Naru!" suara perempuan yang bernama Kinan itu terdengar sangat lembut di telinga Naru dan Cinta.

Gadis yang pandai membuat kue tradisional tersebut beralih memandang ke arah perempuan bernama Kinan.

Satu kata yang terlintas dalam pikiran Cinta yaitu sempurna.

Tubuh bagus, wajah cantik, penampilan juga modis, kulit putih, pintar dan tubuhnya juga wangi.

Belum juga Cinta selesai memperinci penjabaran rupa perempuan bernama Kinan itu, Naru menggesernya mengambil tempatnya secara tiba-tiba.

Kini Naru sudah berada dekat dengan Kinan.

Semenjak Naru mengungkapkan perasaannya pada Kinan dan perempuan itu menolaknya, dokter cantik itu meminta Naru, agar tak terlalu formal memanggilnya dengan sebutan Dokter karena usia Kinan memang lebih muda dua tahu dari Naru.

Umur Naru 28 tahun, sementara Kinan 26 tahun dan masih melajang.

Jika dibandingkan dengan umur Cinta, mereka berdua memang lebih tua karena umur gadis itu baru menginjak 23 tahun.

Cinta menoleh ke arah Naru yang terfokus menatap ke arah Kinan dengan senyuman tampannya.

"Baru kali ini aku melihat dia tersenyum setulus ini! Biasanya juga wajahnya itu datar bagai triplek!" Cinta mengoceh dalam hatinya.

"Dari mana?" tanya Naru basa-basi pada Kinan.

"Habis makan siang, Kak! Kakak sendiri sedang apa? Kakak sakit?" tanya Kinan dengan wajah cukup khawatir.

Naru semakin bahagia karena ia melihat wajah Kinan yang mengkhawatirkannya.

"Aku hanya ingin bertemu Daddy!" Chef tampan itu menjelaskan.

Kinan tersenyum lega. "Aku kira Kakak sakit."

Cinta menyandarkan dirinya pada dinding lift. Ia merasa lift tersebut bergerak sangat lambat sampai ia harus menjadi obat nyamuk malaria di dalam lift tersebut.

"Hei! Kalian berdua! Lihat aku! Aku ini bukan nyamuk atau patung yang bisa kalian berdua lupakan begitu saja." Cinta hanya bisa bergumam dalam hati.

Kinan dan Naru masih asyik mengobrol sampai Naru tak sadar, jika ada Cinta bersamanya.

"Terus saja seperti itu! Kacang goreng memang lebih enak di kunyah sampai halus kemudian ditelan sampai habis." Cinta kembali membatin.

Cinta Milik Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang