Setelah semuanya sudah selesai makan siang, Cinta, Naru, Zayn, dan Monica berjalan keluar dari ruangan itu.
Cinta dan Monica berjalan lebih dulu, sementara kaum Adam berada di belakang mereka.
Naru tiba-tiba menarik tangan Cinta tanpa permisi. Si empunya tangan menoleh ke belakang. "Kenapa?" tanya Cinta penasaran sembari mencoba melepaskan genggaman tangan Naru padanya.
Monica dan Zayn hanya menatap kedua tangan yang sudah menyatu.
Zayn menyentuh tangan Cinta dan Naru yang saling bertautan.
"Lepaskan dia, Naru! Kau menyakitinya," pinta Zayn menatap wajah Naru tanpa rasa sungkan karena pria yang ia tegur adalah Bosnya.
Naru melihat ke arah Zayn dengan tatapan tajam menusuk. "Kau jangan ikut campur, Zayn! Ini urusanku dengannya," tolak Naru.
Cinta diam memperhatikan kedua pria yang tengah bersitegang karenanya.
Monica tak bisa melakukan apa pun karena ia tak ingin suasana bertambah runyam.
Zayn tersenyum meledek dengan tangan yang masih sama. "Jangan-jangan kau suka padanya?" tanya Zayn menusuk telinga Naru.
Cinta melihat ke arah Naru karena ia ingin mendengar jawaban dari mulut Naru bagaimana tanggapan pria itu terhadapnya.
Naru segera melepaskan tangannya dari tangan Cinta sehingga kini tangan Zayn yang menggenggam tangan Cinta.
"Sudah aku lepaskan, 'kan? Jadi jangan pernah berkata hal seperti itu lagi padaku dan kau harus ingat, jika perempuan yang aku cintai hanya Kinan! ... satu hal lagi! Aku dan Cinta memiliki pekerjaan yang harus aku selesaikan dalam waktu satu bulan ini dan kau tak ada hubungannya dalam pekerjaan antara aku dan Cinta!" Naru pergi dari tempat itu karena kepala terasa sangat mendidih namun, sebelum ia benar-benar pergi, Naru masih melihat ke arah tangan Cinta yang digenggam oleh Zayn.
Amarah dalam diri Naru seperti terpancing semakin berkobar sampai Chef Kaku itu pergi dengan wajah penuh akan raut emosi.
Cinta dan yang lain melihat punggung Naru yang semakin lama semakin jauh dan akhirnya menghilang di balik pintu menuju arah ruangannya.
"Kau tak apa-apa?" tanya Zayn pada Cinta masih menggenggam tangan gadis itu.
"Aku tidak apa-apa! Maaf sudah membuat kalian bertengkar karena aku," sesal Cinta.
Zayn tersenyum pada gadis dengan penampilan yang natural itu. "Naru memang seperti itu, jika sedang tersulut emosi, tapi sebentar lagi juga akan baik sendiri," jelas Zayn menenangkan Cinta, agar tak terlalu memikirkan Naru dan dirinya.
Monica dan Cinta meninggalkan tempat itu setelah genggamannya tangan Zayn terlepas dari pergelangan tangan gadis pemilik toko kue tersebut.
Zayn masih terdiam menatap kepergian Cinta dan Monica sembari tersenyum manis. "Aku yakin dengan cinta pada pandangan pertama karena sepertinya aku saat ini mengalaminya," gumam Zayn melangkahkan kakinya mengikuti Cinta dan Monica dari belakang.
Berbeda dengan suasana ruangan Naru. Pria itu duduk di sofa ruangannya dengan rambut yang ia jambak pelan. "Zayn ini apa-apaan, sih! Seharusnya dia tak ikut campur urusanku dengan Cinta!"
Naru menundukkan kepalanya dengan mata terpejam. "Kenapa aku kesal saat Zayn ikut campur dengan urusanku dan, Cinta?" tanya Naru mencoba menetralkan emosinya.
Pria itu mengambil ponselnya dan menekan kontak Cinta.
"Cepat keruanganku sekarang!"
Naru mematikan sambungan teleponnya lebih dulu.
Cinta berlari sekencang mungkin, agar ia tak melewati waktu yang diberikan oleh Naru.
Saat sudah berada di depan ruangan bosnya, Cinta tak mengetuk pintunya lebih dulu karena ia takut terlambat.
Brakk
Cinta masuk sembari berlari dan berhenti tepat di hadapan Naru yang duduk bersantai di sofa ruangannya.
Napas Cinta sudah ngos-ngosan karena ia berlari dari arah dapur menuju arah ruangan Naru yang cukup jauh jaraknya.
"Ada apa kau memanggilku?" tanya Cinta masih sedikit ngos-ngosan.
Naru berdiri dari duduknya dan menghadap ke arah Cinta. "Kau suka pada Zayn?" tanya Naru dan mendapatkan tanggapan keterkejutan luar biasa dari Cinta.
"Apa? Jatuh cinta?" tanya balik Cinta pada Bosnya.
"Ya, buktinya tangan kalian tadi masih saling genggam," ujar Naru lagi.
"Kau jangan--"
"Ingat, Nona! Kau itu sudah memiliki kekasih! Jika dia tahu, dia pasti akan bersedih karena kau berani bermesraan dengan pria lain," cecar Naru seenaknya.
Cinta hanya tersenyum penuh ketidak percayaan dengan semua ucapan yang dikatakan oleh Naru.
"Chef! Asal kau tahu, aku dan Chef Zayn hanya sebatas rekan kerja tak lebih dari itu, jadi, kau jangan selalu menilaiku tidak baik atau berselingkuh atau apalah itu," jelas Cinta dengan wajah penuh keseriusan.
"Bagus, jika kau memang tak ada hubungan apa pun dengannya dan kau harus ingat! Jangan bermesraan dengan pria lain selama kau masih menjadi kekasih palsuku dan pengecualian untuk kekasihmu," tutur Naru.
Cinta memutar bola matanya jengah. "Ya, aku tahu!" Cinta melihat ke arah Naru. "Aku boleh pergi, 'kan?" tanya Cinta.
"Boleh, tapi kau harus pulang lebih awal karena aku dan keluargaku akan ke rumahmu untuk melamar," ingatkan Naru sembari melangkahkan kakinya mendekati Cinta.
Saat posisi Naru sudah berada tepat di hadapan gadis itu, Naru kembali berucap, "Jangan berani selingkuh dariku atau dekat dengan pria lain karena aku tak suka hal itu."
"Kita hanya bersandi--"
"Bersandiwara harus totalitas tanpa batas, agar hasilnya juga bagus," celetuk Naru memotong ucapan Cinta.
Cinta menatap Naru kesal. "Baik, Bos!"
Cinta membalikkan badannya hendak pergi namun, niatnya ia urungkan kembali mengahadap ke arah Naru. "Aku juga tak suka pria yang berani bermain api dengan perempuan lain, jadi, jangan berani-berani bermesraan di hadapanku dan menjadikan aku obat nyamuk anti Malaria seperti di dalam lift waktu itu," cicit Cinta tersenyum mengedipkan sebelah matanya pada Naru dan gadis itu pergi dari ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Milik Naru
RomanceBerpura-pura menjadi pacar seorang pria tampan dengan bayaran 200 juta, menjadi benang merah pengikat antara seorang Chef dingin dan gadis pemilik toko kue tradisional. Pahit, gurih, dan manisnya hubungan mereka berdua akan menjadi satu dalam ikatan...