kecantikan yang Tersembunyi

3 2 0
                                    

Naru sudah berada di depan wastafel kamar mandi butik ibunya dengan cermin yang sudah memantulkan pantulan wajahnya dengan kedua pipi yang sudah memerah.

Chef tampan itu memandangi wajahnya dengan tangan yang perlahan terangkat menyentuh bibir kenyal miliknya. "Mommy ini ada-ada saja! Mana bisa hanya meminum dari bekas botol air mineral bisa disebut ciuman!" Naru masih menyentuh bibirnya.

"Orang berciuman itu bibir bertemu bibir, bukan bibir beradu dengan botol plastik!" Naru masih memandang pantulan wajahnya di cermin dengan raut wajah sedikit kesal namun, entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja pikiran nakal Naru menjalar kemana-mana.

Dalam pikiran Chef Yunani tersebut bukan setumpuk bumbu dapur atau resep baru yang terlintas, melainkan bayangan bibir Cinta yang seakan berada di hadapannya.

Perlahan wajah Naru mendekat ke arah bibir Cinta, saat bibir pria tampan dari keluarga Gafin dan Pattinson itu sudah hampir menempel pada bibir sang asisten, mata Naru yang awalnya terpejam spontan terbuka dan mendapatkan wajahnya sudah berada dekat dengan cermin.

Naru segera memundurkan kepalanya. "Aku ini kenapa, ya? Kenapa aku bisa memikirkan Si Bebek itu? Aku sampai membayangkan bibirnya segala lagi," kesal Naru yang membasahi wajahnya menggunakan air dingin dari kran wastafel tersebut.

Setelah semua wajahnya sudah basah oleh air dingin, Naru menepuk-nepuk wajahnya cukup kasar. "Sadar, Naru! Aku pasti sudah terkena sugesti Gadis Bebek itu! Ingat! targetmu adalah bagaimana caranya, agar Kinan bisa mencintaimu dan Gadis Bebek itu hanya sebagai pakar cintamu, agar Kinan bisa membalas perasaanmu," gumam Naru meyakinkan dirinya.

Di tempat lain, Cinta masih menutup wajahnya dengan tangannya sendiri.

"Jangan malu-malu, Cinta! Naru sudah pergi jadi, kau bisa membuka wajahmu yang kau tutupi itu," pinta Zinnia dan perlahan Cinta mulai menurunkan kedua tangannya sembari mengintip untuk mencari keberadaan Naru.

Karena memang kondisi aman, akhirnya Cinta mencoba memperlihatkan wajahnya.

Zinnia tersenyum pada Cinta. "Kau coba gaun itu, Nak!"

"Tapi, Mom! Ini gaun siapa?" tanya Cinta dengan polosnya.

"Itu baju untukmu, Nak! Mommy sengaja membuatkan gaun itu untuk calon menantu, mommy!" Zinnia mengusap rambut  Cinta penuh kasih. "Karena kau yang dipilih oleh, Naru, maka kau yang harus memakai gaun itu untuk makan malam nanti," jelas Zinnia.

"Tapi--"

"Nanti malam bukan hanya mommy dan Daddy yang akan hadir, tapi semua keluarga besar Naru akan hadir mulai dari Grandpa, Grandma, dan para Pamannya!"

Cinta diam menatap ke arah Zinnia dengan mata yang hanya berkedip-kedip tanpa berkomentar lagi.

Zinnia melambaikan tangannya tepat di depan wajah Cinta. "Cinta! Kau baik-baik saja, 'kan?" tanya Zinnia memastikan.

Cinta terlonjak kaget. "Eh, iya, Mom!"

"Sekarang kau ganti baju dulu, agar mommy bisa tahu bagian mana yang perlu diperbaiki."

Cinta menganggukkan kepalanya patuh, meskipun sebenarnya hatinya terasa berat.

Cinta berjalan ke arah ruang ganti sembari terus berceloteh ria di dalam hatinya, "Chef Kaku itu ke mana, sih! Bukannya membantuku untuk menangani masalah ini, malah pergi ke kamar mandi."

Cinta sudah masuk ke dalam ruang ganti yang berada di ruangan itu.

Zinnia menunggu di ruangannya sembari mengutak-atik ponselnya.

Ceklek

Suara pintu kamar mandi ruangannya terbuka lebar. Zinnia melihat ke arah pintu di mana putranya sudah keluar dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya.

"Lama sekali? Apa kau berendam, Nak?" tanya Zinnia pada Naru.

"Aku hanya sakit perut, Mom!" Naru berkilah pada ibunya.

Zinnia mendekati putranya ingin melihat wajah Naru lebih dekat lagi. "Tapi tadi wajahmu memerah, kenapa sekarang sudah tidak lagi, ya?" Zinnia kembali menggoda putranya.

Naru menatap sang ibu kesal. "Mommy ini apa-apaan, sih! Aku tak kenapa-napa kok!"

Zinnia tersenyum dengan mata yang tak sengaja menatap ke arah ruang ganti dan menampilkan sesosok gadis cantik dengan gaun yang sangat pas menempel pada tubuhnya.

Zinnia menatap ke arah Naru dengan alis yang memberikan isyarat, agar putranya itu berbalik badan.

"Mommy ini kenapa? Mommy rindu pada Daddy sampai harus menaik turunkan alisnya seperti ini?" tanya Naru pada ibunya.

Zinnia sudah tak sabar lagi, akhirnya ia langsung membalikkan tubuh Naru, agar menatap ke arah Cinta yang sudah tampil sangat cantik dengan gaun putih tulang yang melekat pada tubuhnya.

Saat tubuh Naru sudah berbalik sempurna, pria itu hendak berceloteh kepada ibunya namun, mulutnya seperti dibungkam oleh sesuatu saat ia melihat gadis cantik dengan lekuk tubuh yang menurutnya sangat indah dan sempurna.

"Dia Si Gadis Bebek? Kenapa saat mengenakan gaun sebagus ini kecantikannya semakin meningkat, ya? Dari Gadis Bebek menjadi Gadis Angsa!"

Cinta menundukkan kepalanya karena ia merasa malu.

Zinnia berjalan melewati putranya yang tercengang melihat kecantikan Cinta.

"Gaun ini sangat pas di tubuhmu, Nak! padahal mommy membuat gaun ini dengan ukuran perempuan yang memiliki body goals dan kau memiliki hal itu," puji Zinnia menyentuh pipi Cinta penuh kasih sayang.

Zinnia menoleh ke arah putranya yang masih berdiri mematung. "Naru, kemarilah! coba kau lihat lebih dekat lagi kecantikan calon menantu mommy ini!"

Naru kembali menormalkan kesadarannya, agar ia tak dicurigai, jika tengah terpesona dengan kecantikan Cinta.

Perlahan kaki Naru mulai melangkah mendekati Cinta dan ibunya.

Jantung Naru tiba-tiba saja berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kenapa ini? Apa Gadis Bebek sudah berpotensi membuat orang terkena penyakit jantung?" tanya Naru dalam hati.

Kini Naru sudah berada tepat di hadapan Cinta yang perlahan mengangkat wajahnya menatap ke arah Bosnya.

Naru bisa melihat riasan wajah Cinta yang natural nampak sangat pas dengan gaun yang dibuat oleh sang ibu.

Kelopak mata indah, bulu mata lentik dan hidung mancung, membuat Cinta terlihat bagai paket komplit, jika di jabarkan seperti makanan. Empat sehat lima sempurna.

Zinnia melihat ke arah putranya yang menatap wajah Cinta tanpa henti.

"Kenapa diam!" Zinnia memukul bahu putranya.

Naru memalingkan wajahnya ke arah lain karena dirinya sudah ketahuan tengah menatap Cinta terlalu lama. "A-aku tadi hanya masih sakit perut saja, Mom! Kemarin terlalu banyak makan cabai," elak Naru masih sedikit curi pandang menatap ke arah Cinta dan semua itu tak luput dari pengawasan kedua mata Zinnia yang memang sudah pakarnya, jika berhubungan dengan masalah orang kasmaran.

"Kau jangan mengakali mommy yang lebih senior darimu, Nak! Mommy tahu, jika kau terpesona dengan penampilan Cinta yang sangat cantik ini." Zinnia membatin.

Desainer paruh baya itu hanya bisa tersenyum sendiri karena ia merasa seperti kembali muda saat melihat putranya dan Cinta seperti orang bodoh menahan rasa malu mereka.

Cinta Milik Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang