Godaan Romantis di Lampu Merah

2 2 0
                                    

Mobil sport milik Naru sudah berada di depan rumah Cinta.

Gadis itu turun dengan jas hitam kepunyaan Naru yang masih melekat menutupi punggungnya.

Cinta menutup pintu mobil Naru dengan kepala yang mengintip ke arah si pengemudi. "Terima kasih untuk tumpangannya ya, Chef!" Cinta tersenyum dan membenarkan jas Naru yang bergeser hampir merosot ke bawah.

Cinta baru teringat, jika ia masih menggunakan jas milik Naru.

Cinta hendak membuka jas itu namun, suara bariton Naru menghentikan gerakan tangan Cinta.

"Tak perlu kau kembalikan hari ini juga! Kau bisa mengembalikan setelah jas itu sudah bersih," tutur Naru.

Cinta menatap Naru kesal dengan badan yang masih sedikit membungkuk. "Baiklah! Aku akan mencuci bersih jas mahalmu ini," kesal Cinta.

Naru hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Cinta.

"Aku tak akan menawarkan kau masuk ke dalam karena tak baik, jika seorang pria bertamu ke rumah seorang perempuan yang tinggal sendirian tanpa ikatan apa pun jadi, kau boleh langsung pulang," jelas Cinta yang secara tak langsung mengusir Naru dengan cara halus.

"Aku juga tak mau singgah karena pacarmu pasti akan mengamuk," balas Naru menghidupkan mobilnya namun, sebelum roda empat mobil itu berputar, si pengemudi masih melihat ke arah Cinta yang masih setia dengan posisi tubuh sedikit membungkuk. "Aku pulang dulu," pamit Naru sembari mengedipkan sebelah matanya pada Cinta diiringi senyuman tampannya.

Mata Cinta melebar sempurna mendapatkan perlakuan itu dari Naru.

Naru tertawa kecil karena ia berhasil membuat Cinta terkejut atas perlakuannya. "Bagaimana? Sudah cukup romantis?" tanya Naru memastikan.

Cinta tersenyum manis dengan kepala yang sebagian masuk ke dalam mobil Naru. "Itu hanya gombalan receh, Chef! Hanya mengalami peningkatan 5 persen saja!" Cinta balik meledek Naru dengan senyuman remehnya.

"Apa kau ingin aku melakukan peningkatan yang cukup drastis?" tanya Naru ingin memancing reaksi Cinta.

"Kau tak akan bi--"

Naru mendekatkan wajahnya ke arah wajah Cinta sampai ujung hidung mereka bersentuhan karena Naru tak sengaja terlalu bersemangat menggoda Asistennya itu.

Beruntungnya seat belt Naru tak ia pasang. Hal itu memudahkan Naru untuk memuluskan aksinya untuk menjahili Cinta.

Raut wajah Cinta terkejut namun, ia menormalkan kembali dan dengan sekuat tenaga mengadu dahinya dengan dahi Naru sekeras mungkin.

Dugh

"Awwwww!"

Naru memundurkan tubuhnya kembali duduk tegak di kursi kemudi dengan dahi yang ia usap karena serudukan dahi Cinta padanya.

Naru melirik kesal ke arah Cinta dengan tangan yang masih setia mengusap dahinya yang terasa sakit. "Kau ini seperti banteng! Suka sekali menyeruduk," umpat Naru sekenanya.

Cinta hanya tersenyum bahagia karena ia dapat membalas perbuatan mesum Naru. "Itu baru romantis, Chef! Kau bisa praktekkan hal itu pada Kinan!" Cinta tertawa kecil.

"Kinan bukannya suka padaku, tapi dia akan membenciku," sergah Naru dengan nada suara bagai kaset kusut yang membuat telinga Cinta ingin dikorek.

"Terserah kau saja, yang jelas aku akan masuk ke dalam karena aku sudah lelah! bye bye, Chef Kaku!" Cinta memberikan hormat pada Naru dan melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Naru masih terus menatap bepergian Cinta dengan tangan yang masih setia mengusap dahinya.

Saat pintu rumah Cinta akan tertutup rapat, gadis itu masih menyempatkan memberikan senyuman perpisahan pada Naru.

Cinta Milik Naru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang