Berubah?🔞

1K 42 1
                                    

.

.

.

Mac duduk termenung di sofa kamar milik Nan. Sejak beberapa bulan ini Mac tinggal di rumah Nan, dengan paksaan dari Nan tentu saja. Saat ini dia sedang sendiri, tidak benar benar sendiri sebenarnya. Karena anak buah Nan selalu berjaga di sekeliling rumah, siang dan malam.

Huft.....

Helaan nafas berat Mac hembuskan. Melirik jam di dinding, pukul 2 dini hari. Entah kenapa Mac tidak bisa tidur, padahal besok dia harus bekerja membantu ayahnya di kantor. Ingin menghubungi ayahnya, namun sudah terlalu larut, ayahnya pasti sudah tidur. Mac memejamkan mata sembari memijit pelipisnya, entah sampai kapan dia akan terkurung disini.

Mac menoleh ke jendela beranda kala mendengar deru sebuah mobil balap. Sepertinya sang pemilik rumah telah pulang. Helaan napas berat kembali Mac hembuskan.

Tak berselang lama pintu kamar terbuka. Tanpa menoleh pun Mac tau siapa itu.

"Mac?" Suara Nan terdengar sedikit terkejut.

Tanpa menjawab, Mac menoleh. Bisa Mac lihat penampilan Nan sedikit berantakan, dengan luka baru di sudut bibir kirinya dan di pelipis kirinya.

Nan mendekat, dan duduk di samping pemuda yang beberapa bulan ini dia kurung dirumahnya. Mac tetap diam sembari melihat ke arah jendela yang tirainya belum Mac tutup. Nan memegang jemari Mac dengan lembut. Mengecup jemari Mac tanpa perlawanan sang empu.

Mac terlalu lelah untuk melawan, dia membiarkan Nan melakukan apapun padanya asalkan dia tidak memukul Mac lagi. Mac terlalu takut pada sikap Nan yang kasar dan penuh emosi. Terlalu sering tubuhnya menerima pukulan dari Nan dan Mac tidak mau itu berlanjut. Mac lelah dengan semua rasa sakit yang dia terima.

Mac melirik sedikit pada wajah Nan. Terlihat darah yang mulai mengering dari luka di bibir dan pelipisnya. Entah pemikiran dari mana, Mac berjalan menuju lemari dan mencari kotak obat. Nan hanya memperhatikan apa yang Mac lakukan.

Mac kembali duduk di samping Nan dan mulai membersihkan luka Nan. Pemuda tinggi itu terpaku menatap wajah tampan Mac. Entah sejak kapan, kepribadian Mac mulai berubah. Mac menjadi pendiam dan lebih patuh pada perintahnya.

Tidak pernah ada lagi kata kata kasar serta umpatan yang pemuda tampan itu tujukan untuknya. Apapun yang Nan lakukan, Mac hanya diam. Mac sudah terlalu lelah untuk melawan.

Tubuh Mac mulai gemetar kala Nan mencengkram kedua tangannya. Hingga kapas yang Mac pegang terjatuh. Mata pemuda tampan itu bergerak gelisah, tidak ingin melihat wajah pemuda tinggi di depannya. Nan semakin erat mencengkram tangan Mac, kala melihat gelagat Mac yang mulai aneh.

"Lihat aku!" Nan berucap pelan namun tajam.

Seketika tubuh Mac membeku dengan wajah yang menunduk. Enggan melihat pemuda tinggi di depannya. Mac muak melihat wajah Nan, yang sering kali terlihat meremehkan dengan seringai penuh kemenangan.

Sret!

Nan mencengkram dagu Mac dengan kasar agar Mac melihatnya. Mac merintih pelan kala cengkraman Nan terasa sakit. Wajah Mac memang menoleh namun pemuda manis itu memejamkan matanya erat, enggan melihat wajah marah Nan, untuk kesekian kalinya.

Nan menggeram marah. Amarahnya dari arena balap yang belum mereda kembali tersulut akan tingkah Mac yang tidak mau menuruti perintahnya. Dengan kasar Nan menarik pergelangan tangan Mac dan mendorong pemuda manis itu hingga jatuh terlentang di atas ranjang besar miliknya.

Nan mencium bibir Mac kasar. Menggigit, menghisap, melumat atas bawah, membuat Mac mengerang tertahan. Bibir Mac terlihat merah dan sedikit bengkak kala Nan melepaskan bibirnya.

Just My Fav. Couple... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang