Perjodohan [04]

896 37 0
                                    

Assalamu'alaikum-!!

Jangan baca karya saya jika tidak menguntungkan mu didunia dan akhirat!.

Happy Reading
AL - IL

"Laila, yuk ke kamar, sudah waktunya kamu setor hafalan sama kak Al " ucap Gus Alzam.

Ning Laila hanya mengangguk, lalu menatap wajah Vania.

"Kak, Laila duluan ya!! " ucapnya seraya melambai pada Vania.

Vania pun membalas lambaian dari ning Laila, lalu segera membereskan cucian piring nya. Dan keluar dari dalam dapur.

Di ruang tamu hanya ada abbah dan ning Zahida. Mereka berbincang-bincang dengan serius dan perbincangan itu masih dapat di dengar olehnya.

"Abbah, Zahida empat bulan lagi ingin menikah "

"Menikah boleh, asal ada calonnya. Ning sudah punya calonnya? Jangan asal mau nikah, kalau belum ada calon nya "

"Ida juga tau kali bah, kalau nikah harus ada pasangannya, kalau tidak itu namanya orang setres "

"Hahaha, iya juga. Jadi siapa calon mu ning? "

"Dia salah satu santri di Kairo, dan dia berasal dari Pesantren Al-Salfiahz, anak dari kyai Ziddan dan nyai Melia "

"Gus Fahmi? Atau gus Alkan? "

"Rafahmi Ziddan Zakariya "

Abbah hanya terkekeh pelan, padahal niatnya awal memang ingin menjodohkan mereka, tapi ternyata? Sudah berjodoh sendiri, memang ya jodoh tidak ada yang tau dan rencana hanyalah sebatas usaha.

"Padahal, abbah sama ummi sudah berniat menjodohkan kalian berdua. Tapi ternyata sudah bertemu sendiri, hahaha "

Saat itu juga mata ning Zahida terbelalak, perjodohan?!, tidak dirinya tidak suka jika di jodoh-jodohkan seenaknya. Tapi, untungnya lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah lelaki pujaan hatinya yang sudah tiga tahun dirinyaa sukai.

"Daripada jodohin Ida, mending tuh, jodohin anak abbah yang udah mau jadi perjaka tua "

"Halah, si Alzam kalau dijodohin pasti kabur, udah capek abbah jodohin dia. Biar dia sendiri yang nemuin jodohnya "

Vania yang masih diambang pintu dapur, segera berjalan menuju dua sejoli itu diruang tamu. Tidak enak juga jika menunggu mereka selesai, dan sama saja dirinya menguping pembicaraan abbah dan anak itu.

"Emm, afwan, abbah, ning. Vania pamit dulu nggih, cuciannya sudah beres "

"Oh, iya silahkan Nia. Matur suwun nggih " ucap abbah.

"Silahkan Nia, makasih ya " ucap ning Zahida.

Vania hanya mengangguk, lalu melenggang pergi dari dalam ndalem menuju ke asrama. Ghia dan Fira pasti sudah menunggunya disana.

"Assalamu'alaikum " ucapnya dan langsung masuk keasrama.

"Wa'alaikumussalam " seru dua sejoli itu.

"Kamu nggak dimarahin gus Alzam kan? " tanya Ghia.

Hi! Gus Galak! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang