Melamar [06]

910 30 8
                                    

Assalamu'alaikum!

Jangan baca karya saya jika tidak menguntungkan di dunia maupun akhirat mu!

Happy Reading
_____________

Pagi hari kini sangat cerah dengan terpancarnya dengan jelas, dikamar ndalem terdapat satu lelaki yang sedang melantunkan ayat suci Al-Quran. Ya, dialah gus Alzam.

"Shadaqallahul Adzim, " gumamnya.

Setelah selesai murajaah, gus Alzam segera turun kebawah untuk menemui sang abbah Hizam dan ummu Rasyidah.

"Assalamu'alaikum, umi, abbah, " seru gus Alzam.

"Wa'alaikumussalam, " sahut mereka serempak.

"Sudah murajaah nya, le? " tanya ummu Rasyidah.

"Alhamdulillah sudah umi " sahut gus Alzam.

"Ada apa gus, tumben pagi pagi gini udah turun. Biasanya masih dikamar sibuk sama kitab, ada yang mau dikatakan? " tanya abbah Hizam.

"Abbah tau saja, kemarin Al nggak sengaja nyentuh salah satu santriwati. Dan- " belum selesai dengan kalimatnya ummu Rasyidah memotongnya terlebih dahulu.

"Dan anak mu ini mau melamar gadis tersebut " ucapnya kesenangan.

"Benar begitu gus? "

"Iya, abbah "

"Siapa santriwati nya gus? "

"Ilvani Putri Zahira "

Tanpa mereka sadari dibalik pintu dapur ada seseorang yang dengan seksama mendengarkan pembicaraan mereka, seseorang itu tersenyum senang. Ya, dialah ning Hida.

"Alhamdulillah, " gumam ning Hida.

Ning Hida segera keluar, ikut menimbrung dalam obrolan mereka. "Wah, akhirnya adek teteh ngga jomblo lagi. " ning Hida segera meletakkan teh buatannya untuk abbah Hizam keatas meja.

"Oh iya, Ida juga ada kabar yang baik. Besok hari jum'at, In Syaa Allah gus Fahmi datang kemari untuk melamar Ida, " lanjutnya lagi.

Semua yang berada disana terkejut, kecuali abbah Hizam tentunya.

"Teteh mau nikah sama gus Fahmi? Gus Fahmi anaknya kyai Ziddan itu? " tanya gus Alzam bertubi-tubi.

Dengan polosnya, ning Hida mengangguk beberapa kali. "Iya, gus Rafahmi Ziddan Zakariya, " sahutnya.

"Beneran nduk? Kamu ngga lagi bercanda? "

"Iya, umi, "

"Alhamdulillah, tanpa jalur perjodohan. Ternyata kalian sudah berjodoh, " ujarnya kegirangan.

Tak terasa kedua sudut bibir kyai Hizam tersenyum bahagia. Dalam sekejap, kedua anak mereka akan segera menikah dan pastinya akan meninggalkan mereka. Harapan terakhir mereka hanya tinggal ning Laila, ning kecil yang sangat mereka sayangi.

"Alhamdulillah, putra dan putri abbah sebentar lagi akan menikah, " ucap kyai Hizam bahagia.

Tak lama sebuah pelukan hangat, mereka salurkan bersama-sama.

"Jadi, kapan kamu akan melamar Vania, gus? " tanya abbah Hizam.

"Secepatnya bah, dan kalau boleh Alzam minta tolong untuk menghubungi orang tua Vania, agar dengan langsung Alzam bisa melamar Vania saat itu juga, " sahutnya.

Hi! Gus Galak! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang