Di dalam dapur terdapat dua perempuan yang tengah sibuk memasak bersama. Ghazalli melihat kebersamaan itu, turut tersenyum bahagia, lantaran semenjak Vania di pondokkan. Tak ada lagi ke gaduhan yang ada, tak ada lagi ke bisingan yang ada, dan tak ada lagi yang suka merengek meminta keadilan saat Azkara beraksi dengan sikap jahilnya.
"Masa apa nih bidadari-bidadarinya abi? " tanya Ghazalli saat hendak mengambil air minum di dapur.
"Masak udang asam manis sama sambal cumi abi, " sahut Vania disertai dengan senyuman yang sangat gembira. Ia sangat rindu bisa memasak bersama lagi dengan umanya, bukan hanya itu, ia juga terkadang jika di pondok rindu sekali dengan masakan umanya. Terlebih lagi masakan kesukaannya, yang tak lain sambal cumi.
"Wah, udang asam manis kesukaan abi itu. "
"Kesukaan Azka juga kali, " timpal Maryam.
Sedikit gelak tawa menghiasi kegiatan itu, dan Ghazalli-pun ikut memasak bersama-sama. Hingga tiga macam masakan telah usai, yang tadi hanya dua masakan, karna adanya Ghazalli-notabenya juga seorang chef. Makanan itu-pun menjadi bertambah.
"Assalamu'alaikum, Azka anak yang paling ganteng pulang nih! " teriak Azkara dengan lantang.
"Kamu ini ya, jangan teriak-teriak bisa-, " belum selesai dengan omelannya, Maryam kembali di buat geleng kepala akan tingkah anak pertama dan kedua mereka.
Pelukan erat kembali terjadi dalam kejadian hari ini, kakak dan adik itu saling melepas rindu yang mendalam. Apalagi Azkara sendiri, ia sangat rindu dengan adik perempuannya ini, terlebih lagi ketika menjahilinya. Selama Vania tidak ada, ia hanya bermain dengan Azkiya saja. Yang dimana, bocah sekecil Azkiya mana paham dengan celotehan Azkara.
"Akhirnya, adek abang balik. Bisa nih abang jahilin lagi, " serunya tanpa dosa.
"Uma! Abi! "
Lagi dan lagi, sepasang suami istri itu menggeleng pasrah, "Azka. " peringat mereka berdua bersamaan. Sementara sang empu, hanya terkikik geli dengan raut wajah puas.
"Uluh, uluh, adeknya abang yang cantik sendiri. " tangan kanan Azkara sibuk mencubit pipi Vania. Ah, sangat menggemaskan adiknya ini.
"Abang! Sakit tau! " sentak Vania sebelum menepis kasar tangan Azkara. Rasanya kalau begini ia lebih memilih untuk bersaudara dengan Azkiya saja.
Jujur saja, bagi Vania memiliki kakak laki-laki itu ada hal baiknya dan ada hal buruknya. Jika keduanya di bandingkan, mungkin hal buruknya lebih banyak berat daripada hal baiknya. Namun, jika lama tak bertemu dengan Azkara, ada rasa kurang saja dalam hatinya. Ia belum siap jika sewaktu-waktu Azkara harus menikah lalu pergi dengan keluarga kecilnya.
"Nia, tolong bawa Kiya kesini. Bunda mau menyusui dia dulu, kasian pasti udah lapar, " pinta Maryam.
Vania mengangguk, segera ia masuk ke dalam kamar orang tuanya. Dengan hati-hati ia menggendong adik kecilnya, "kamu kok makin gembul sih! " jeritnya pelan.
"Ini uma, dek Kiya-nya. " Vania menyodorkan tubuh Azkiya pada Maryam.
Dan mereka-pun makan bersama dengan di-iringi kebahagiaan. Hal yang sudah lama terpendam, kini terulang lagi. Namun, perlu di ingat bahwasanya setiap kebahagiaan itu hanyalah sementara jika di dunia ini. Sewaktu-waktu Allah bisa mencabutnya dengan mendatangkan sebuah masalah pada kebahagiaanmu. Maka, jangan mudah terlena untuk yang sesat, akan tetapi teruslah bersiap untuk masalah di kemudian hari.
⧼ AL - IL ⧽
Sinar rembulan telah menggantikan matahari untuk menyinari dunia, dengan bantuan si kecil bintang yang bertebaran kemana-mana.
Seorang perempuan menghabiskan waktunya setelah isya hingga tengah malam pukul sebelas, hanya untuk muraja'ah hafalannya. Hingga rasa kantuk telah melanda ke dua matanya, "sadaqallah hul'adzim. " Vania meletakkan al-qur'an itu, lalu tertidur di atas sajadah dengan tubuh yang masih terselimuti oleh kain mukena.
Plak!
Satu tamparan mendarat tepat di pipi gadis itu. Gemuruh amarah dan rasa sakit hati menjalar kuat di hatinya, bibirnya terus mengeluarkan isak tangis pilu. Sementara matanya sudah sembab sempurna akibat menangis.
"Aku tidak sudi-, "
"AAA, TIDAK! AKU TIDAK MAU MENIKAH! " Vania berteriak kencang, keringat dingin membasahi pelipisnya. Tepat saat itu juga seluruh anggota keluarga datang menghampirinya dengan raut wajah yang sangat khawatir.
"Astagfirullah, istigfar nak. Kamu kenapa teriak-teriak nak? " tanya Maryam bertubi-tubi. Ia sangat khawatir kala mendengar teriakan dari kamar putrinya, sehingga ia segera membangunkan abi dan Azka dengan sedikit keras agar terbangun. "Azka, tolong ambilkan air putih ya, " pintanya.
"Iya uma. " Azka berlari menuju dapur, ia menuangkan air hangat ke dalam gelas bening itu. "Ini uma, air putihnya. " ia-pun segera menyodorkan air itu.
"Ayo nak, minum dulu. Tenangkan pikiran kamu, kalau sudah ayo bercerita dengan uma, ya? "
Gelas yang semula terisi penuh oleh air, kini sudah habis tak tersisa. Dan saat itu juga rasa terkejut yang melandanya perlahan mulai sirna.
"Sudah tenang? Ayo cerita. " Ghazalli duduk di samping kiri Vania, dengan tangan yang mengelus lembut punggung putrinya.
"N-nia tadi mimpi buruk uma, abi. Nia mimpi, Nia di siksa sama laki-laki. Dia bilang sama Nia, kalau dia benci Nia. Kenapa dia benci sama Nia? Nia punya salah apa sama dia abi? Nia ngga pernah jahatin orang, terus kenapa dia membenci Nia? " ujarnya disertai dengan sesenggukan.
"Itu hanya mimpi, hero tidak akan pernah membiarkan putri kecil hero di siksa dengan lelaki mana-pun itu. Hero akan slalu menajadi perisaimu, sudah ya? Jangan di pikirkan lagi, sekarang istirahat lagi dan jangan lupa untuk membaca doa. Pasti kamu mimpi buruk karna lupa baca doa-kan? "
"Iya abi, tapi kalau seumpama laki-laki itu datang lagi di mimpi Nia bagaimana abi? Nia takut, Nia ngga mau bertemu dengan laki-laki itu, "
"Berdoa sayang, sesungguhnya mimpi itu hanyalah tipu daya setan agar kita terlena dalam sebuah khayalan, sehingga sering kali seseorang terbangun dengan keadaan bahagia, sedih, ataupun khawatir. Maka dari itu, untuk menghindarinya slalu berdoa dan slalu laksanakan sunnah Rasul sebelum tidur ya? " nasihat Maryam.
"Iya uma, maaf Nia udah buat kericuhan malam-malam. Sampai semua jadi terbangun karna teriakan Nia, "
"Sebenernya bukan karna teriakanmu dek, tapi teriakannya uma. Pas banget itu uma teriak di telinga abang, bahkan sampai sekarang masih 'nging, nging' gitu, "
"Kamu itu kalau di bangunin paling sedikit sepuluh kali, jadi wajar kalau uma langsung teriakin kamu. Dasar kebo! Hah, uma jadi kasian sama istri kamu nanti, punya suami kebo bangungnya, banyak makannya, banyak jahilnya. "
"Yee, abang bakal pastiin istri abang nanti jadi perempuan paling bahagia bisa memiliki abang! "
"Ya, semoga saja begitu. Walau kemungkinan sepuluh persen sih. "
Suara riuh tertawa terjadi lagi, ada-ada saja memang kelakuan ibu dan anak itu. Jika disisi lain kakak dan adik, sekarang berganti menjadi ibu dan anak. Hah, sungguh keluarga impian.
⧼ AL - IL ⧽
Barakallah fiikum, terimakasih sudah membaca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Gus Galak! [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA❗] Al-Zahida, sebuah pondok pesantren yang dihuni ratusan santri. Siapa sangka, dari banyak nya santri, hanya ada satu santriwati yang dapat mengalihkan perhatian seorang gus galak. Dia, Muhammad Alzam Razka Zavier, seorang...