Saya menghela napas melihat pesan demi pesan yang masuk ke ruang obrolan grup 'Bajang Indekos'. Mengurungkan niat untuk meminta solusi warga indekos. Bahkan Bang Juna yang satu ruangan dengan saya, hanya memamerkan tawa laknatnya begitu Bang Sangga salah ketik. Mood saya jadi anjlok menyentuh angka paling rendah. Mau minta pendapat pun tidak jadi. Sudah keburu hilang semangat.
"Cerita sini ajalah, Lan. Udah tau anak-anak lagi nggak pada di kos. Mereka jam segini ada yang sibuk beneran, ada yang sok sibuk," celetuk Bang Juna sebelum meloncat dari kasur saya dan bergerak ke arah jendela. Duduk di balkon sambil berdadah ria di hadapan handphone.
Bangsul, rupanya bucin on mode. Tanpa ingin memedulikan Bang Juna, saya beranjak dari kamar. Leher saya mendadak terasa kering dan panas seiring mood yang benar-benar rusak. Sebenarnya sudah dari lima hari lalu, tetapi saya berusaha sabar untuk menghadapi diri sendiri. Bagaimana tidak, lima hari ini Seira benar-benar menolak untuk bertemu.
Saya sangat ingin marah, tetapi bukan timing yang pas. Justru yang ada Seira pasti akan makin membenci dan mempertimbangkan lagi hubungan kami. Entahlah, mendadak saya takut kalau Seira malah benar-benar serius meminta putus.
"Lan, jadi ikut ke Sembalun minggu depan nggak?" Suara Dipa terdengar seiring langkahnya memasuki dapur.
"Nggak tau, Dip."
"Oh, masih belum baikan sama Siera?"
Mendengar nama Seira membuat saya sedikit mendecap. Sukses besar gadis itu membuat saya tidak tenang selama lima hari penuh. Saya hanya bisa menghubunginya lewat WhatsApp, itupun dibalas singkat atau kadang fast respons. Pagi, siang, sore, dan bahkan malam saya dengan siaga memesankan makanan dan memastikan dia sudah makan atau tidak.
Sekali waktu ketika saya menemani Bang Danny dan Bang Yosa belanja bulanan, saya juga tidak lupa membelikan untuk Seira. Saya hanya ingin memperhatikan mendapatkan kepercayaannya kembali. Seira meminta memblokir kontak Danilla, pun saya lakukan. Namun, sampai detik ini Seira masih belum ingin bertemu. Dia tidak tahu saya sangat merindukannya.
"Harlan?"
Teguran dari Dipa membuat saya menyudahi lamunan tentang Seira. "Belum."
"Lama banget, deh."
Sebelum saya menjawab, Juang tiba-tiba saja masuk sambil bersenandung kecil. Seperti biasa, Juang ikut-ikutan cuek karena sikap saya ke Seira. Dia seakan-akan tidak peduli dengan kehadiran saya dan Dipa.
Sebenarnya saya sangat ingin menegur Juang, menanyakan tentang Seira, tetapi keburu malas karena Juang pasti akan mengomel. Cowok berbahu lebar itu kembali melenggang keluar setelah mendapatkan segelas air mineral dingin. Wajar Juang merasa sangat kecewa pada saya, dari awal dialah yang membantu saya mendapatkan Seira. Begitu tahu saya masih berhubungan dengan Danilla, Juang juga ikutan menjelma orang bisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA || TRAVICKY [END]
RomanceMungkin sebuah keberuntungan bagi Seira bisa mendapatkan Harlan setelah lelaki itu putus dari Danilla. Seira pikir, ia istimewa. Namun, ternyata Harlan masih terjebak di sana, di labirin masa lalunya. Memangnya ada yang betah saat pacar sediri mala...