Sudah sepekan terlewat sejak Seira kembali ke rumah orang tuanya. Sepekan pula saya tersiksa memikirkan gadis itu. Enggak, saya enggak bermaksud berlebihan. Faktanya, tidak sedikit pun Seira hilang dari ingatan saya. Sebentar lagi perkuliahan akan dimulai dan entah bagaimana kami harus bersikap saat masuk kuliah nanti.
Akhir-akhir ini saya sering memikirkan hal tersebut. Entah mengapa, perasaan saya selalu sakit mengingatnya. Bagaimana kalau nanti Seira bersikap dingin? Acuh tak acuh? Kacau sudah. Hal yang demikian berharga kini entah sudah ke mana.
"Kamu mau balik hari ini, Lan?" tanya Bibi Arum.
Saya yang sedang duduk di teras rumah sambil memasang sepatu pun menoleh. Pertanyaan Bibi Arum saya jawab dengan anggukan pelan. Wanita yang mengenakan daster itu pun segera duduk di kursi rotan yang ada di teras rumah.
Sudah satu minggu ini pula saya menginap di rumah Bibi Arum. Enggan pulang ke indekos karena memang lagi sepi. Kebetulan lebih dekat kalau diajak kumpul untuk membahas program HIMAPALA. Kami akan berangkat ke sana sebentar lagi, jadi sering ketemu dengan anggota yang lain. Juang tidak hadir untuk sementara waktu karena sedang pulang.
"Seira kenapa nggak pernah diajak ke sini lagi, Lan?"
Pertanyaan Bibi Arum membuat saya terdiam. Kini mengambil rokok di samping saya, lalu mengisapnya pelan. Saya memandang jauh ke depan, jalanan perumahan yang agak sepi. Wajah Seira bahkan tidak hilang sampai detik ini.
"Kan lagi pulang, Bi. Liburan gini masa nggak pulang?"
"Oh, rumahnya di mana? Bibi kira dia orang Mataram atau Lombok Barat. Eh, sempet ngira dia dari luar juga kayak kamu. Soalnya dia cantik banget."
Saya tertawa singkat mendengar penuturan Bibi Arum. "Seira orang Sasak asli. Dari Praya, Bi. Ah, Bibi ini bisa aja. Emangnya yang cantik harus dari luar daerah aja?"
"Ndak, sih. Orang Lombok juga pada inges-inges dan gagah. Tapi, Seria beneran cantik banget, Lan. Pinter kamu nyari pacar." (Cantik-cantik).
Ya, saya mengakui kalau memang Seira sangat cantik. Lihat saja, sekarang saya bahkan tidak bisa melupakannya. Dua kali pacaran, baru kali ini saya memikirkan mantan selama berminggu-minggu pasca putus. Padahal dahulu saat putus dari Illa, tidak begini. Lima hari kemudian, saya berusaha menghilangkan Illa dari hati dan pikiran. Pun itu berguna. Sayangnya, saat Illa datang lagi, saya malah dengan bodoh meladeni.
Tentu saja hal itu tidak akan berlaku untuk Seira. Mana mau dia kembali lagi kepada saya, saat sudah dibuat kecewa. Saya menyakiti dan membuatnya tak percaya lagi. Apa yang bisa saya lakukan agar dia bisa kembali? Beberapa kali saya bertanya pada Juang tentang kabarnya, tetapi Juang hanya bilang bahwa Seira baik-baik saja. Sebenarnya itu sudah cukup, tetapi saya dengan tidak tahu diri mengharapkan lebih.
Kalau kata Juang, saya mulai melunjak. Bukan hanya bertanya kabar Seira, tetapi pengin mendengar suaran, melihat dan mengamati wajahnya, serta hal paling gila yang pernah ingin saya lakukan adalah berkunjung ke rumah Juang. Semata hanya untuk melihat Seira. Namun, Juang melarang saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA || TRAVICKY [END]
RomanceMungkin sebuah keberuntungan bagi Seira bisa mendapatkan Harlan setelah lelaki itu putus dari Danilla. Seira pikir, ia istimewa. Namun, ternyata Harlan masih terjebak di sana, di labirin masa lalunya. Memangnya ada yang betah saat pacar sediri mala...