[ 3•TB ] MENGINGINKAN SEORANG ADIK

2.5K 161 14
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh? Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh? Apa kabar?

Jangan lupa vote dan komen yang banyak ya biar aku semangat nulis. Kalau komennya banyak aku bakal cepat up, in syaa Allah☺.

Aku suka cek komen kalian, dan setiap baca komen kalian, aku pasti langsung semangat^^

Makasih karena masih menunggu cerita ini:)

Selamat membaca📖






Malam ini sangat cerah dan damai. Kanvas langit malam yang gelap nampak cantik karena kehadiran sosok bintang yang memberi keindahan bagi kegelapan langit. Cahayanya berkelap-kelip dengan jenaka seakan menghibur hati yang kelam sekalipun.

Askara duduk di taman depan rumah, tangannya memegang kuas lukis dan di depannya terdapat kanvas yang sudah terdapat coretan titik-titik putih seperti bintang. Ya, cowok itu sedang melukis indahnya langit malam karena dia memang sangat mencintai bintang, ia berharap suatu saat nanti bisa melukis sosok wanita yang ia cintai di bawah langit yang di penuhi hamparan bintang. Tapi sepertinya itu tidak mungkin untuk seorang Askara, dia tak bisa membawa seseorang dalam hidupnya lagi cukup keluarganya saja. Ini adalah tentang Askara, bintang, dan lukanya.

Setelah selesai mengadu bakat di atas kanvas, sudut bibir cowok itu melengkung lebar ke atas. Senyumannya terlalu manis, bisa-bisa membuat seseorang tak bisa berpaling jika melihatnya. Senyumannya begitu khas, seakan memiliki jiwa di sana, jiwa yang tak di miliki oleh siapapun selain Askara.

"Maa syaa Allah, lukisannya bagus sekali!"

Suara tepukan tangan terdengar dari arah belakangnya, Askara segera berbalik untuk memastikan jika dia tak salah menebak orang.

"Eh, Bang." Askara cengengesan.

Arsaka duduk di kursi panjang yang di duduki adik kembarnya. "Kalau bakatmu ini terus di asah, di masa depan kamu bisa menjadi seorang seniman hebat," ucap Arsaka merangkul adiknya dengan tatapan kagum pada karya seni ciptaan Askara.

"Kaligrafi lo juga bagus," puji balik Askara dengan menggunakan sebutan lo.

Arsaka mencetak senyuman mahalnya yang seharga 1M. "Mungkin kita sama-sama berbakat dalam masalah kuas dan kanvas tapi konsepnya berbeda."

"Sama dong kayak hidup kita," lirih Askara dengan senyuman namun terlihat hampa.

"Mm? Abang nggak dengar."

"Nggak ada."

Arsaka berdecak pelan. "Yeeh, kebiasaan."

Twins BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang