Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan cahaya jingga yang memudar di langit sore. Askara dan Hazel segera pulang, angin sore menerpa wajah mereka dengan lembut. Hazel memeluk Askara dari belakang, merasakan degup jantungnya yang stabil seiring dengan laju motor.
Di tengah perjalanan, suasana yang tadinya tenang mendadak berubah. Saat melintasi sebuah jalan yang sepi dan dikelilingi oleh pepohonan, tiba-tiba seseorang muncul menghadang mereka. Ia berdiri tegap di tengah jalan, memaksa Askara untuk mengerem mendadak. Motor berhenti dengan hentakan yang membuat Ceisya hampir terjatuh.
"Ceis, kamu baik-baik aja?" tanya Askara khawatir, ia menoleh kebelakang sembari menahan tubuh Ceisya yang sedikit lagi hampir terjatuh.
Ceisya memperbaiki posisi duduknya. "Iyh, aku baik-baik aja."
Mata Askara menyipit, menatap tajam orang yang sangat ia kenali didepan sana yang hanya berjarak beberapa meter dari mereka.
Askara segera turun dan membantu Ceisya untuk ikut turun juga. "Tunggu bentar, ya," pinta Askara pada Ceisya.
Setelahnya Askara menghampiri Emilio.
"Apa-apaan lo! Mau cari mati?!" tanyanya, suaranya penuh kekesalan.
Emilio hanya tersenyum dingin dengan tatapan angkuhnya. "Askara, Askara...," kekeh Emilio.
Askara mengatur nafas agar emosinya tetap terkontrol.
"Kita udah gak punya urusan, jadi sebaiknya lo minggir," perintah Askara.
"Lo pikir setelah kejadian malam itu urusan kita udah kelar? Ck! Sayang banget, gue gak bakal pernah mau kalah dari manusia munafik kayak lo!" kecam Emilio.
Askara maju hingga jarak wajah mereka hanya tersisa sekitar satu centi. "Terus mau lo apa, hah?!" tanya Askara dengan tatapan tajamnya.
Emilio menatap balik. "Pengen lo mati!"
"Lo gak tau apa-apa tentang gue dan apa yang bisa gue lakuin ke orang yang paling gue_benci_!" tambah Emilio penuh penekanan.
Askara diam sejelak menatap dalam mata Emilio dengan penuh kekecewaan. "Ternyata pengkhianatan yang paling pahit itu adalah penghianatan dari seorang sahabat yang dulunya paling dekat dengan kita tapi sekarang berubah menjadi musuh yang paling berbahaya."
Emilio mendecak mendengar ucapan Askara lalu mendorong kasar Askara kebelakang. "Gak usah ngebacot. Siapkan diri, lo, karena setelah ini hidup lo gak bakal tenang."
"Maksud lo?" tanya Askara melihat senyuman jahat yang ditunjukkan Emilio. Tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak.
"Biar waktu yang menjawab," jawab Emilio dengan sedikit melirik ke arah Ceisya.
Askara menyadari arah pandang Emilio. "Jangan berani macem-macem ke dia, ini urusan kita berdua!" kecam Askara.
"Kasihan banget dia. Sudah buta sekarang beban hidupnya malah bertambah lagi dengan kenal sama lo," ujar Emilio langsung menaiki motornya meninggalkan Askara dengan pertanyaan tak terjawab yang mengandung kekhawatiran.
Askara terus menatap motor Emilio yang melaju menjauh hingga benar-benar menghilang. Ia menghela nafas, hatinya menjadi tidak tenang ntah hal gila apa yang akan Emilio lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Boy
Dla nastolatków𝙒𝙀𝙇𝘾𝙊𝙈𝙀 𝙏𝙊 𝙎𝙀𝙌𝙐𝙀𝙇 𝘾𝙄𝙉𝙏𝘼 𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙎 (𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒂𝒌𝒖𝒏 𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 @rahasia_𝟖𝟖𝟓) __________________________________________________ Singkat saja, cerita ini begitu istimewa karena kisah mereka yang...