Dorr! Dorr!
Suara dua tembakan menggelegar diudara mengejutkan semua orang. Sosok pria gagah dengan setelan jas hitam mendekat dengan penuh wibawa.
"Berani menyentuhnya, tidak akan kubiarkan hidup kalian tenang tujuh turunan," tuturnya santai.
Askara mengucap syukur, akhirnya pertolongan datang tanpa terduga. Askara tersenyum lega, menatap orang yang sangat ia kenali tersebut datang seperti supper hero.
Cahaya bulan temaram menyinari wajahnya yang tenang namun mengintimidasi. Dalam kegelapan itu, sinar bulan memantulkan kilauan dari pistol yang sedang dimainkan di tangannya. Dengan gerakan yang gesit dan terampil, dia memutar-mutarkan pistol itu di antara jarinya, memberikan kesan bahwa dia adalah seorang yang sangat terlatih dalam seni memegang senjata.
Setiap gerakan pistol itu melambangkan keahlian dan kepercayaan diri yang mendalam, seolah-olah dia sedang menari dengan senjatanya sendiri di tengah keheningan malam. Walaupun tindakan itu terlihat elegan, tatapannya tetap waspada dan fokus, siap untuk bertindak secepat kilat jika situasi membutuhkan itu.
"Kamu siapa?" tanya salah satu preman yang sepertinya bos diantara temannya yang lain. Dengan cepat dia menodongkan senjata kearah pria berjas tersebut.
Suasana semakin tegang dan keheningan menciptakan atmosfer yang mencekam kala puluhan pria asing tiba-tiba turun dari mobil dan langsung mengepung merka dengan todongan senjata.
"Turunkan senjatamu pada bos kami dan cepat suruh mereka semua meletakkan senjatanya!" perintah salah seorang bawahan dari pria berjas yang tengah membuka ikatan tali pada tangan Askara dan anggota whitewolf dibantu dengan para bawahannya.
Karena ketakutan akhirnya mereka mengangkat tangan dan meletakkan senjata mereka ketanah. "Tolong jangan bunuh kami."
"Apa yang kalian lakukan?!" sentak Emilio tak terima.
"HEY!" pria disampingnya lansung merapatkan ujung pistolnya dipelipis Emilio.
"Kami bisa membunuhmu sekarang juga dan menghilangkan jejak pembunuhan dengan sempurna. Jadi tutup mulutmu!"
"Wahh, lama tidak berjumpa kamu semakin besar saja sekarang," ujarnya menepuk bahu kanan Askara dengan senyuman tipis.
Askara menanggapinya dengan kekehan. Dulu terakhir kali mereka bertemu saat Askara masih SMP dan setelah itu mereka tidak pernah bertemu lagi, karena sahabat uminya ini tidak menetap di Indonesia melainkan di Amerika.
"Om Davin juga, lama tidak berjumpa makin terlihat keren. Apa kabar, om?" tanya Askara menatap kagum tubuh Davin yang begitu kekar, satu tinjuan darinya pasti langsung membuat orang tumbang.
Ya, dia adalah Davin Dandera Abraham. Sosok yang namanya tidak asing lagi di dunia gelap Mafia, sebuah jaringan kriminal yang beroperasi di balik bayang-bayang kota. Dikenal dengan ketajaman strateginya dan keahlian dalam manipulasi informasi. Ia telah berhasil membangun reputasi sebagai penguasa bayangan yang mampu mengendalikan berbagai operasi ilegal tanpa terdeteksi. Dalam lingkaran gelap ini, ia dihormati sekaligus ditakuti, menjadi figur misterius yang selalu berada selangkah di depan musuh-musuhnya. Setiap langkahnya penuh perhitungan, dan setiap gerakannya meninggalkan jejak yang sulit diikuti, membuatnya menjadi legenda hidup di antara para kriminal Mafia.
"Om Davin kenapa bisa ada disini?" tanya Askara.
"Om baru sampai ke Indonesia beberapa jam yang lalu dan langsung mendapat telfon dari Arsaka. Kau benar-benar membuatku panik!"
"Arsaka?"
"Mmm." Davin mengangguk. "Sekarang dia ada didalam mobil, Om, tidak mengizinkan ikut turun karena kondisinya. Saat dalam perjalanan, dia sudah menceritakan semuanya. Jadi sekarang kamu ingin Om melakukan apa pada anak sialan itu? Memotong tangannya? Kakinya? Atau mencungkil kedua bola matanya?" tanya Davin membuat yang mendengar merinding apalagi Emilio yang tengah ditunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Boy
Teen Fiction𝙒𝙀𝙇𝘾𝙊𝙈𝙀 𝙏𝙊 𝙎𝙀𝙌𝙐𝙀𝙇 𝘾𝙄𝙉𝙏𝘼 𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙎 (𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒂𝒌𝒖𝒏 𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 @rahasia_𝟖𝟖𝟓) __________________________________________________ Singkat saja, cerita ini begitu istimewa karena kisah mereka yang...