Suci tak bisa tinggal diam melihat kekacauan keluarganya, ia segera menyeka air matanya dan melangkah mantap menarik tangan putranya untuk segera berdiri.
"Berdiri," titah Suci namun Askara menggeleng. Askara tak mau bangkit jika Abinya belum memberikan maaf.
"Askara gak mau dengerin umi?" tanya Suci dan Askara langsung panik dan segera berdiri.
"Maaf, mii, Aska gak bermaksud."
Suci memegang erat lengan putranya. "Jika, mas, ingin menghusir anak kita maka aku juga akan ikut pergi dari rumah ini!" kecam Suci penuh penekanan menandakan ancamannya tak main-main.
Ariez langsung memutar badan, kaget dengan perkataan istrinya. "Sayang kamu jangan-,"
"Aku serius, mas," tangkas Suci.
Ariez maju tiga langkah perlahan. Dengan lembut ia berkata, "Sayang, apa yang aku lakukan ini demi kebaikan dia bahkan kamu tau betul itu. Jadi, Mas, mohon tolong kali ini jangan belain dia."
"Tapi dia putra kita, Mas, masih banyak cara lain tidak harus dengan cara ngusir dia...," balas Suci dengan mata berkaca-kaca.
"Baik, katakan dengan cara apa? Menasehati? Ribuan kali, Mas, sudah menasehati tapi anak pembangkang ini tidak pernah mau mendengarkan. Lihat akibatnya, Arsaka harus menjadi sasaran para musuh gang motornya. Dan apa yang bisa dia lakukan selain hanya maaf, maaf, dan maaf!" tunjuk Ariez pada Askara yang tengah menahan sesak atas perkataan abinya.
"Bagaimana jika lain kali kamu menjadi korban selanjutnya? Dia lebih memilih gang motornya daripada menuruti perkataan abinya, dia lebih suka nongkrong bersama teman-temannya dibandingkan dengan keluargany-,"
"YA! ASKA MEMANG ANAK PEMBANGKANG, BII! GAK BISA JADI ANAK PENURUT KAYAK BANG ARSAKA! ASKA LEBIH SUKA NONGKRONG DI MARKAS DIBANDINGKAN DIRUMAH? TAPI PERNAH GAK ABI BERPIKIR KENAPA ASKA LEBIH NYAMAN DI LUAR? KARENA GANG WHITEWOLF ADALAH RUMAH TERNYAMAN BUAT ASKA! SAAT DIRUMAH ASKA HANYA BISA MERASAKAN SESAK MENDENGAR ABI SELAU MEMUJI BANG ARSAKA DAN MENUNTUT AKU BISA SEPERTI BANG ARSAKA. KAMI MEMANG TERLAHIR SAMA TAPI KAMI BEDA, BII, BEDA!!" Askara meluapkan segala unek-uneknya yang selama ini mengganjal dihatinya.
Plakk!
Tanpa berpikir panjang, Ariez langsung melayangkan tamparan pada Askara hingga membuat putranya itu terhuyung. Suci, Intan, dan Hazel spontan dibuat terkejut.
"MAS!" pekik Suci mendorong Suaminya dan langsung membantu Askara kembali berdiri tegak. Ia memeluk putranya dengan erat, sungguh perih hatinya melihat untuk pertama kalinya suaminya melakukan kekerasan fisik pada putranya.
"Demi apapaun tolong hentikan ini, hiks ... hiks," mohon Suci dalam isak tangisnya.
Ariez menatap Askara dengan wajah memerah. "Beraninya kamu meninggikan suaramu didepan abi, jadi ini ajaran yang kamu dapatkan diluar sana, hah?!"
Askara tak menjawab, dia masih berdiri dengan air mata yang mengalir dipipinya. Sepertinya dia masih shock atas tamparan yang ia terima dari abinya.
"Ariez sudah cukup, nak," tangis Intan. Ia bingung harus bagaimana, mana mungkin dia ikut campur dalam urusan rumah tangga putrinya.
"Jawab kenapa hanya diam? Kamu sudah puas sekarang, bahkan karena ulahmu Umimu berani menentang Abi! Sekarang sudah puas dengan semua kekacauan ini?!" sentak Ariez.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Boy
Novela Juvenil𝙒𝙀𝙇𝘾𝙊𝙈𝙀 𝙏𝙊 𝙎𝙀𝙌𝙐𝙀𝙇 𝘾𝙄𝙉𝙏𝘼 𝘼 𝘿𝘼𝙉 𝙎 (𝑱𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒍𝒖𝒑𝒂 𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒂𝒌𝒖𝒏 𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 @rahasia_𝟖𝟖𝟓) __________________________________________________ Singkat saja, cerita ini begitu istimewa karena kisah mereka yang...