[11•TB] SATU MARKAS GEMPAR

1.7K 95 9
                                    

"Gak mau, aku gak mau disuntik!" teriak Hazel berlari dari ruangan itu dengan tangan yang menyikap keatas gamis yang ia kenakan untuk mempermudah dirinya saat lari.

"Hazel!"

Semua orang berlari mengejar Hazel, terlihat seperti seorang rombongan polisi mengejar narapidana yang sedang melarikan diri dari tahanan.

Hazel terus berlari tanpa berbalik kebelakang. Para santri ataupun santriah yang ia lewati menatapnya dengan tatapan heran dan diam membisu menyaksikan aksi kejar-kejaran itu.

"Tangkap dia!" perintah andre pada salah satu santriwan yang akan di lewati Hazel.

Santriwan tersebut menurut dan merentangkan tangannya hendak memblokir jalan santriah tersebut. Hazel menyunggingkan senyumannya dan langsung memeluk santriwan tersebut. Gila sih memang.

Santriwan tersebut sontak mendorong Hazel, kesempatan itu Hazel gunakan untuk kembali melarikan diri dengan lancar, tapi sebelum itu ia menjulurkan lidahnya untuk meledek santriwan tersebut yang sedang mengelus dadanya berulang-ulang kali sambil beristigfar atas tindakan Hazel tadi.

Dengan gerakan cepat, Hazel memasukkan tangannya ke dalam bajunya lewat atas lalu dari sana ia menarik sebuah benda pipih. Ia bersembunyi lebih dulu lalu mencari kontak seseorang dan menghubunginya.

"Siapa?" tanya seseorang dari balik telfon.

"Kenzoo! Tolongin gue, hiks ... hiks. Mau pulang!! Bilangin Kara kalau gue di aniaya di sini. Kiyai, Ustadz, Papah, dan yang lain lagi ngejar gue. Please jemput gue bersama semuanya di depan gerbang pesantren." Suara Hazel terdengar ngos-ngosan, suara nafas lebih dominan terdengar membuat yang ada di balik telfon menjadi panik setengah mati.

"Tungguin kami!" setelah itu panggilan telefon tertutup dengan sepihak.

"YES!" Hazel menggepalkan tangannya dan mengayunkan sikunya kebelakang. Ia segera menghapus air matanya, akhirnya penderitaanya akan segera berakhir.

Belum ada seminggu dari perjanjian bersama ayahnya, Hazel sudah tak tahan tinggal dipesantren, ia pikir akan mudah ternyata begitu sulit. Hazel berjalan jongkok mengendap-ngendap dari tempat persembunyiannya untuk menuju pintu gerbang, tapi sialnya segerombolan santriwan berlari menuju pintu gerbang dan berjaga di sana. Sepertinya mereka ditugaskan memang bertujuan untuk berjaga agar Hazel tak melarikan diri dari pesantren.

"Sialan!" umpat Hazel. Terpaksa tidak bergerak dari tempat persembunyiannya.

•••••

Brum! ... brum! ... brum!

Suara deru motor saling bersautan begitu bergemuruh di sepanjang jalan menuju Pesantren Al-Furqon, bahkan jalan menjadi sedikit macet karena ulah segerombolan gang motor tersebut.

"Kiyai! Kiyai!"

Di tengah kebingungan sekumpulan orang yang sedang duduk di ruang tengah, salah seorang santri datang mengejutkan dengan teriakan dan nafas ngos-ngosan seperti baru saja di kejar anjing gila.

Semua orang tentu saja kompak mengarahkan pandangan pada santri tersebut. Dan bertanya-tanya dalam hati apa yang tengah terjadi?

"Apa Hazel sudah ketemu?" tanya seorang pria berjas yang tidak lain adalah ayah Hazel sendiri, Anre.

"Belum, Pak, tapi ada berita yang jauh lebih gawat lagi," heboh santri tersebut dengan nafas yang mulain tertur.

Twins BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang