5. Cerita Singkat

41 4 1
                                    

"Jadi.. sejak ibuku meninggal, ayahku menikah lagi dengan seorang janda tiga anak, satu laki-laki, dan dua perempuan yang ketiganya sudah dewasa semua, sejak awal pernikahan hingga sampai detik ini ibu tiriku tak pernah menyayangiku, begitupun dengan ketiga anaknya, setiap ada pria yang mengencani putri-putrinya yang datang kerumah, para pria itu selalu mengalihkan pandangannya padaku, karna merasa kesal selalu tersaingi akhirnya mereka menyuruhku untuk selalu memakai kerudung, kecuali saat ada ayah, karna ayah akan marah besar jika tau aku diperlakukan seperti itu

Sialnya ayah jarang berada dirumah, ia selalu pergi berburu bersama kakak tiriku yang laki-laki, jadi ia tidak mengetahui apa saja yang dilakukan istri dan anak tirinya padaku, tak ada satupun yang pernah melihat wajahku kecuali para pria-pria itu, karna saat keluar rumah pun aku selalu memakai penutup wajah" Noni yang mendengar cerita dari Lunara hanya bisa melongo tak percaya

"Jahat sekali.. apa kau tidak melawan? Itu hak mu, kebebasanmu, mereka tidak berhak mengaturmu sedemikian rupa"

"Aku melawan, hanya saja tiga lawan satu, tentu saja tubuh kurusku ini kalah" Lunara tertawa sedih mentertawakan nasib buruknya, ia jadi teringat percakapannya dengan sang ayah sebelum ia berangkat ke istana ini

Flashback on

"Nak.. ayah sudah memikirkan cara dan solusi untuk kita semua" Bondowoso menjeda sebentar kalimatnya

"Solusi untuk masalah yang mana ayah?"

"Kekasih-kekasih kakak tirimu yang selalu berpaling padamu"

Lunara menghela nafas pelan
"Masalah itu lagi" batinnya bermonolog

"Mulai besok kau pergilah ke istana brajaha, saat tiba disana nanti temuilah kepala pelayan bernama madam Noni, katakan padanya bahwa kau putri ayah, disana kau akan diberikan pekerjaan, diajari tata krama, sopan santun, dan diajarkan bagaimana caranya menjadi perempuan yang anggun dan berkelas, yang paling penting kau terhindar dari pukulan dan siksaan ibu dan saudari tirimu" air mata Lunara menetes

"Aku sudah mempelajarinya ayah, bahkan aku juga menguasai lima bahasa asing tanpa sepengetahuanmu" batin Lunara lagi

Ya Lunara memang diam-diam mengenyam pendidikan bersama anak para bangsawan, semua yang tidak diajarkan Bondowoso padanya sudah ia pelajari disana

Darimana ia mendapatkan uang untuk itu? Tentu saja dari mendiang ibunya, ibunya bukanlah gadis desa yang bodoh dan juga kolot, ibunya merupakan seorang putri bangsawan yang menikah dengan ayahnya, hanya saja terhalang restu karna strata sosial, oleh sebab itu ia dibuang keluarganya karna lebih memilih Bondowoso

Jauh sebelum ia meninggal ia sudah mendaftarkan pendidikan Lunara diam-diam, menukar semua perhiasannya, agar Lunara bisa mengenyam pendidikan yang layak

"Ayah ingin yang terbaik untukku? Atau berniat membuangku?" Tanya Lunara sarkas

"Kau putriku satu-satunya, harta paling berharga dalam hidupku, buah cintaku dan Laluna, bagaimana bisa aku membuangmu? Aku hanya ingin menjauhkanmu dari mereka" kini sudut mata Bondowoso pun turut mengeluarkan air mata

Kata-kata menjauhkanmu dari mereka berhasil menyadarkan Lunara akan satu hal, Zabir, ya! pria itu harus ia jauhi, bukankah ia harus menyembuhkan trauma dan mengobati rasa ketakutannya? Dekat dengan pria itu tidak aman untuknya, bukankah ini kesempatan yang bagus? Tidak masalah jika harus berpisah dengan ayahnya, yang terpenting hidup aman dari jangkauan pria menjijikkan itu

"Baik ayah, aku mau, kalau begitu besok aku akan berangkat, tapi aku minta satu syarat pada ayah, jangan pernah ceritakan kepergianku ini pada siapapun, jika ada yang menanyakan keberadaanku, katakan ayah menitipkanku ketempat pengasingan"

"Kalau begitu berarti ayah yang akan dipandang buruk, ayah tidak mau, syaratnya merugikan ayah"

"Ck ayah! Penuhi satu syarat atau tidak berangkat sama sekali?" Lunara berdecak malas, jika sudah begini ayahnya pasti akan menyetujui

"Hm baiklah, tapi berjanjilah beberapa hal pada ayah" Lunara menunggu kalimat Bondowoso selanjutnya

"Berjanjilah untuk tetap hidup dan bahagia disana, jadilah sosok yang lebih baik, dan temukan cintamu disana, ayah akan menunggu kabar baik darimu, ayah menyayangimu Lunara Asia Bondowoso" Bondowoso membawa Lunara ke pelukannya, mengecup puncak kepala putri kesayangannya itu berkali-kali, sekali lagi air matanya kembali terjatuh, sesayang itu memang ia dengan putri tunggalnya

"Hm Lunara berjanji ayah, Lunara juga sayang ayah dan ibu" Lunara mengeratkan pelukannya pada sang ayah

Flashback off

"Apa kau juga mendapatkan siksaan lainnya? Ah iya ngomong-ngomong jangan takut cerita apapun padaku, aku kenal ayahmu, aku bisa berada disini pun karna bantuannya, aku berhutang budi terlalu banyak padanya, jadi aku tidak akan mengkhianatimu" wanita paruh baya itu mencoba membuat Lunara merasa nyaman disini

"Boleh aku tau hutang budi apa?" Tanya Lunara penasaran

"Baiklah akan aku ceritakan singkatnya tapi kau harus janji untuk cerita masalahmu juga padaku, baik masalah kemarin maupun masalah nanti yang akan datang" Lunara mengangguk antusias

"Jadi aku dijual ayahku dirumah bordil, tempat pelelangan wanita, saat itu aku sudah pasrah dengan hidupku, termasuk kesucianku, kau tau apa yang terjadi? Ayahmu lah yang membeliku, ku kira dia akan menggunakanku untuk pemuas nafsunya, namun dugaanku salah, ia malah membawaku ke istana ini, menjadikanku seorang pelayan, tak hanya itu, ia beberapa kali melindungiku dari para pengawal yang berusaha melecehkanku karna tau aku dari rumah bordil, sejak saat itu aku berjanji akan membayar hutang budi itu dan membalas semua kebaikannya padaku" penjelasan singkat dari Noni membuat Lunara tersenyum getir, hatinya bagai diremas, dan dihantam batu besar tak kasat mata

"Kau sangat baik ayah.. melindungi wanita yang tidak kau kenal, bahkan kau rela membelinya untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, namun kau gagal melindungi wanita yang amat kau kenal, aku__putrimu sendiri.., kau berhasil menyelamatkan kesucian seorang wanita , namun kau gagal menyelamatkan kesucian putrimu sendiri, dan itu ulah dari putra istri barumu yang saat ini mengisi hatimu"

"Hey Lunara kenapa? Kau melamun, sekarang ceritakan kebengisan mereka padamu, aku ingin dengar" Lunara langsung membuka pakaian atasnya dan menelungkup ke ranjang tempat ia terbaring saat pingsan tadi

Noni yang dibuat heran melihat Lunara membuka bajunya sontak menutup mulutnya rapat dengan kedua tangannya, tanpa disuruh air matanya menggenang melihat pemandangan didepannya

"K-kau.. Lunara.." Noni tak dapat menahan sesak didada, tenggorokannya tercekat, lisannya bahkan kelu untuk mengeluarkan sebuah kalimat panjang, yang mewakili kata-kata itu hanyalah setetes demi setetes cairan bening bernama air mata

"Ya madam, inilah yang mereka lakukan pada tubuhku yang tak bisa dilihat orang lain, setiap hari luka yang sudah mengering akan basah kembali akibat sayatan cambuk maupun sabuk mereka" tak ada air mata maupun nada bergetar dalam kalimatnya, Lunara seakan sudah biasa dalam mengatur emosi, hal itu malah membuat tangisan Noni pecah seketika, bahkan ia tergugu dengan telapak tangan mulai dingin dan gemetaran

Dengan pelan dan halus ia usap puncak kepala Lunara dengan sayang, sambil membisikkan kata-kata penenang

"Sudah cukup nak.. sudah cukup penderitaanmu, mulai sekarang lawanlah setiap orang yang menindasmu, aku akan selalu ada dibelakangmu untuk membelamu, melihatmu aku seperti melihat pantulan diriku pada sebuah cermin" Lunara memakai kembali bajunya mengusap pelan bahu Noni yang bergetar, karna masih berderai air mata

"Apa disini sudah mati rasa?" Tunjuk Noni tepat pada dimana hati Lunara berada

"Hampir madam, mungkin sedikit lagi" jawab Lunara tersenyum getir, Noni langsung membawa Lunara ke pelukannya

"Mereka iblis nak.. mereka bukan manusia.."

"Aku bahkan dilecehkan setiap kesempatan madam.. bahkan sampai dititik aku merasa jijik pada tubuhku sendiri" batin Lunara berteriak, ingin rasanya mencurahkan cerita terpedih yang satu ini, namun sekali lagi ia terlalu takut..

Marii lanjott
jan lupa vote and comment, kalo engga juga gapapa sih sebebas kelen aja, mungkin jempol nya lagi keseleo, positif thingking ajee yee khann

KastaLuna (kisah Bratadikara dan Jahanara dengan versi dan zaman yang berbeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang