12. Kekaguman Dan Kesialan

28 3 2
                                    

Sudah beberapa hari Lunara tidak mengintip pria itu mandi, maka hari ini ia memutuskan untuk kesana, membawa semua alat lukis juga kanvas kecilnya kini ia berjalan dengan tenang, mendekat mengendap-endap tanpa menimbulkan suara sedikitpun

Biasanya jam segini pria itu sudah disana, dan benar saja pria itu kini tengah berendam seperti biasanya, tak menyia-nyiakan kesempatan, Lunara dengan cepat menggores kanvasnya dengan kuas yang sudah dialiri cat sesuai yang objek butuhkan, sesekali memandang ke arah pria itu lalu kembali fokus lagi pada kanvasnya, ia membuat lukisannya kali ini penuh ketelitian dan kehati-hatian karna pria itu sangat istimewa baginya, dan takut ketauan juga lebih tepatnya

"Oh.. sang agung.. ciptaanmu satu ini sangat tampan" gumam Lunara sangat pelan

Entah nasib sial atau apalah itu sebutannya, buah pohon karet yang menjulang tinggi diatasnya terjatuh tepat mengenai hidungnya, hal itu membuat Lunara tanpa sadar mengaduh sedikit keras

"Awshh.."

Kastara yang sadar ada seseorang dibalik bebatuan langsung menarik jubahnya, dengan cepat mengejar seseorang itu, namun sayang ia kehilangan jejak, bukan karna lari Kastara yang lambat, namun jarak keduanya yang tidak terlalu dekat memudahkan Lunara menghilang dengan mudah

"Kurang ajar! Berani sekali memasuki permandian ini, jika kau berhasil ku tangkap, aku tidak akan segan memenggal__"

Srekk
kaki Kastara yang tidak dilapisi sandal tak sengaja menginjak sebuah kanvas

Ia langsung mengulurkan tangannya mengambil kanvas yang sedikit kotor itu, mengusap pelan kanvas yang cat nya belum mengering sempurna itu, ia langsung dibuat menganga, lagi-lagi lukisan dengan dirinya sebagai objek

"Kali ini aku harus benar-benar serius mencari tau siapa dirimu sebenarnya, sekali lagi kau hanya meninggalkan aroma tubuhmu dan juga gambar bunga camelia disini" Kastara sudah tidak berselera untuk berendam maupun berenang, ia membawa serta lukisan itu menuju kamarnya

Bagaimana nasib Lunara? Sangat malang
Ia bersembunyi di semak-semak tanpa sadar ia malah menduduki sarang semut api, tak ada yang tau apa yang kini tengah ia rasakan, dengan sekuat tenaga ia menutup rapat mulutnya agar tidak menjerit

Rasa panas akibat gigitan semut itu sudah menjalar dipantatnya, bahkan seluruh tubuhnya merasakan panas dan sakit secara bersamaan, beruntung Kastara langsung pergi dari sana

Dengan sekuat tenaga ia berlari menuju kolam pemandian Kastara tadi, menceburkan dirinya disana, nasib baik semut-semut itu langsung mengapung, dengan sisa-sisa tenaganya ia membuang sisa-sisa semut api yang masih menempel dibeberapa bagian tubuhnya, yang dipantat sudah aman, begitu masuk kedalam air ia langsung membuka celananya tanpa sehelai benangpun dibawah sana, beruntung inti pusakanya aman tidak digigit semut-semut itu

"Oh.. sang agung.. maafkan aku yang telah lancang mengintipnya mandi, aku tidak berniat mesum, hanya mengaguminya saja, ciptaanmu satu itu sangat sempurna, izinkan aku menikmati keindahannya setiap hari ya?, hanya dari jauh.. aku ini ciptaanmu yang cukup tau diri, jadi tak perlu khawatir" Lunara langsung naik ke permukaan, berjalan menuju paviliun pelayan

"Kau kanapa Lunara? Kuperhatikan sejak tadi kau tidak berhenti menggaruk tubuhmu, dan ini apa-apaan ini? Kanapa kau basah kuyup begini?" Tanya Noni beruntun

"Aku digigit semut madam, nanti akan aku ceritakan bagaimana bisa binatang sialan ini menggigitiku, sekarang bisakah kau bantu aku meredakan rasa gatal dan rasa sakitnya, kulitku rasanya seperti terbakar" mana bisa Noni menolak tatapan memelas itu

"Yasudah ayo kita obati" Noni menggiring Lunara menuju kamar mereka, kini Lunara hanya menggunakan baju dan celana pendek agar Noni mudah mengobatinya

"Astaga Lunara.. bagaimana bisa ini terjadi? Oh sang agung.. dosa apa yang diperbuat gadis ini sehingga kau memberinya hukuman seperti ini?" Noni terkejut bukan main mendapati hampir seluruh tubuh Lunara terdapat ruam-ruam merah akibat gigitan semut itu, Lunara hanya bisa meringis pelan mendengar gerutuan-gerutuan wanita paruh baya itu

KastaLuna (kisah Bratadikara dan Jahanara dengan versi dan zaman yang berbeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang