15. Berbunga-bunga

31 3 1
                                    

"Jelaskan semuanya" Ucap Helena datar namun tegas

"Lunara.. dia Jahanara ku, wanita yang selama ini kucintai ibu, dia meninggalkanku selama bertahun-tahun dan hari ini sang agung mengembalikannya padaku" jawab Kastara nampak bahagia

"Apa maksudnya? lelucon apa ini Kastara?" Tanya Helena dengan suara meninggi

Sial! Kastara lupa bahwa yang tau tentang Jahanara hanyalah Javas seorang, bagaimana bisa ia keceplosan mengatakan itu semua, tentu saja ibunya itu kesal, karna kalimat Kastara barusan terdengar aneh dan tak masuk akal

"jadi aku menyukai gadis itu ibu" ucap Kastara cepat dalam satu tarikan nafas, Helena yang mendengar itu menaikan sebelah alisnya

"Sejak kapan?, bukankah gadis itu selalu menutupi wajahnya? Lalu apa yang menarik dari seekor kucing yang masih terbungkus karung? Kau bahkan hanya mendengar suaranya" Tanya nya sarkas

"Sikapnya, aku menyukainya karna dia gadis yang baik, cerdas, juga tangguh" jawab Kastara asal, fikirannya saat ini hanya ingin segera bertemu gadis itu

"Aku seperti bukan sedang berbicara pada seorang raja yang pintar dan bijaksana, aku malah seperti sedang berbicara dengan pengembala domba yang tidak mengerti cara merawat kuda"

"Sayang.. fikirannya sedang kacau, tanyakan nanti padanya saat makan malam, saat semuanya sudah tenang" Naraya menyela pembicaraan ibu dan anak itu yang membuat Kastara bersorak senang dalam hati, ayahnya ini selalu saya menyelamatkannya

"Tapi bagaimana dengan pendapat orang-orang? Aku yakin setelah ini semua orang akan bergunjing yang tidak-tidak, nama baik cendana akan hancur, bahkan bisa saja kekuasaan Kastara saat ini digulingkan oleh pihak yang sudah tak menghormatinya lagi, sadar tidak sadar tindakan Kastara tadi sangat mencoreng nama baik kerajaan, seperti raja yang tak tau adab dan tata krama!" Geram Helena dengan suara lantang

"Bahkan istriku ini sudah melanggar adab dan tata krama serta rasa hormatnya kepada suaminya, suaramu begitu lantang menentangku ibu suri" pelan namun menusuk, seketika Helena sadar ia sudah meninggikan suaranya kepada sang suami

"Maafkan aku suamiku, aku tidak berniat menentangmu, aku hanya terlalu kesal pada apa yang telah mereka lakukan, baiklah saat makan malam nanti kita akan bahas lagi masalah ini" Helena menggandeng lengan Naraya yang saat ini tengah mengulum senyum

Naraya merupakan sosok purnaraja yang tenang juga sabar dalam mengambil keputusan, tidak gegabah, tidak mudah terhasut, dan yang lebih pentingnya lagi dia sosok yang bijaksana, melihat sesuatu berdasarkan realita yang terjadi

Tak menyia-nyiakan kesempatannya Kastara berlalu menuju paviliun pelayan, saat berjalan menuju kesana ia tak sengaja melihat Noni yang baru saja keluar dari kamar tamu membawa sekeranjang seprai, selimut, dan juga sarung bantal

"Madam" Noni yang merasa terpanggil langsung mendatangi Kastara

"Salam yang mulia.. ada yang bisa aku bantu?"

"Tolong panggilkan Lunara, suruh datang ke kamarku, kamarku sedikit kotor, dia menggantikan Falguni selama beberapa hari kan?"

"Iya yang mulia, tapi jika kau tidak keberatan, aku juga bisa membersihkan kamarmu" goda Noni, ia tahu betul maksud raja nya ini

"Oh ayolah madam.. kau pasti tahu apa yang aku inginkan"

"Baik yang mulia, kalau begitu aku permisi, semoga keberkahan selalu dilimpahkan kepada cendana"

"Semoga" jawab Kastara sambil tersenyum, Noni yang melihat itu tampak melongo tak percaya, sebab inilah kali pertama ia melihat rajanya itu tersenyum, sedahsyat itu efek Lunara baginya

KastaLuna (kisah Bratadikara dan Jahanara dengan versi dan zaman yang berbeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang