23. Rencana Lunara

21 4 1
                                    

Hmm.. melakukan aktifitas yang selir agung lakukan seperti biasanya, dan..."

"aku berniat menjual emas-emas dan beberapa perhiasan yang raja berikan saat menikahiku kemarin untuk membuka galery lukisan, toko kerajinan tangan oleh-oleh khas Cendana, ah satu lagi, toko kue jika memungkinkan, semoga saja tuan pemilik toko kosong itu mau menjualnya, dan jika pun tuan toko itu tak ingin menjualnya maka aku akan mencari lahan lain" karna tujuan hidupnya sudah berubah sejak menikah dengan Kastara, maka rencana masa tua nya juga akan mengalami perubahan nantinya

Mendengar itu Noni hanya melongo tak percaya
"apa kau yakin nak? kau harus bisa memasarkan daganganmu dengan sebaik mungkin karna perdagangan disini persaingannya sangat ketat"

"iya aku yakin madam, lagipula dulu aku sering menjual lukisan, kerajinan tangan, dan kue-kueku pada orang-orang, dan mereka selalu puas dengan hasilnya, aku akan membangun usahaku ini secara perlahan, dan aku berharap usahaku ini akan membuat perubahan besar untuk Cendana nantinya" senyum Lunara mengembang diakhir kalimat

"jika keyakinanmu seperti ini maka aku akan mendukungmu sepenuh hati Lunara, semoga usahamu ini berjalan lancar nantinya, tenang saja wanita renta ini akan senantiasa membantumu" ujar Noni bersemangat

selain untuk dirinya sendiri Lunara juga bertujuan membuka usaha ini untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi wanita-wanita yang membutuhkan, mengingat begitu banyak pelacuran, perbudakan, dan juga pengemis yang bertaburan dipasar-pasar, semakin memperkuat tekad Lunara untuk membuka tokonya

Keesokan harinya..

"malam ini aku akan tidur bersama Lunara" ujar Kastara singkat sambil menyelesaikan pekerjaannya yang ditunggui sang permaisuri, wanita cantik itu selalu menempelinya bagai cangkang seharian ini

"hm tak bisakah nanti saja yang mulia? aku masih ingin bersamamu, anggap saja ini bulan madu kita" Yasmin memohon dengan menampilkan raut sendunya berharap sang pujaan hati mengikuti kemauannya

"aku menikahi nya bersamaan dengan menikahimu jika kau lupa" sela Kastara dengan nada dingin dan raut datarnya

entah memang hanya perasaan Yasmin saja atau memang dia yang terlalu berlebihan, namun sejak menikah, Kastara menjadi lebih dingin dan tak sehangat biasanya padanya

"Maafkan aku yang mulia" wanita anggun dengan gaun tidur setipis piring hadiah detergent itu menghela nafas kasar saat Kastara langsung melengos pergi tanpa membalas, menatap nanar punggung tegap suaminya dengan perasaan terluka

"Bukakan pintunya" titahnya pada Bahar, kasim khusus yang diperintahkan untuk menjaga dan mengawal Lunara

Tak menunggu lama untuk menjalankan perintah sang raja, Bahar langsung mempersilahkan sang raja menemui hak nya, karna sebelumnya Lunara pun sudah mengizinkan setiap orang yang ingin menemuinya

Ceklek

Tampak disana seorang wanita tengah tertidur pulas dengan alat lukisnya yang masih berantakan, berceceran dilantai maupun nakas samping tempat tidur

"Ya sang pencipta.. terkasih.. apa ini? Mengapa kamarmu bagai kandang kuda yang belum dibersihkan tuan nya?" Kastara mendekati Lunara, membelai pelan pipi mulusnya yang begitu tenang dalam tidurnya, tampak tak terganggu sama sekali, mulut mungilnya sedikit terbuka tampak menggairahkan, membuat Kastara meneguk ludahnya berkali-kali

"Rambut acak-acakan, posisi tidur jauh dari kata anggun, mulut terbuka mendengkur bagai keledai, namun entah mengapa berdasarkan apa yang aku lihat, kau malah tampak sangat cantik dan menggoda, bahkan sampai saat ini kau masih perempuan tercantik dari yang tercantik istriku" Kastara menciumi seluruh permukaan wajah Lunara, membuat wanita yang tertidur itu menggeliat tak nyaman

"Engghh.." lenguhnya merubah posisi terlentangnya menjadi menghadap Kastara

"Cantik sekali tersayang.. selalu berhasil membuatku gemas"

"Yang mulia.." desahnya pelan, lalu setelah kesadarannya terkumpul Lunara langsung mendekat

Pria yang sama, pria yang setiap hari membuatnya terkagum-kagum akan ketampanan nya, siapa yang menyangka, bahwa raja yang digadang-gadangkan memiliki ketampanan diatas rata-rata yang disebut sebagai pria anti wanita kini malah menjadi suaminya dengan sikap yang berbanding terbalik dengan rumor yang beredar

Lebih beruntung lagi menikahi pria yang selama ini dikagumi setengah mati, ya.. walaupun hanya jadi selir, bersyukur sajalah

"Iya ini aku kesayanganku.. apakah tidurmu nyenyak?" tanya Kastara dengan nada suara yang begitu lembut, ikut berbaring disamping istrinya itu, kini keduanya saling berhadapan, dengan Kastara yang menopang kepalanya menggunakan satu tangannya, memandang lekat netra indah istrinya, membelai pipi mulus merona itu dengan jemari kasar nya

"Maafkan aku yang mulia, kamarku berantakan, ak__" kalimat Lunara terhenti saat Kastara dengan tiba-tiba menyambar bibirnya, mencecapnya penuh perasaan

Merasa tak mendapat balasan dari Lunara, Kastara menggigit pelan bibirnya hingga benda kenyal ranum itu terbuka

Kesempatan itu digunakan Kastara melesakkan lidah hangatnya mengobrak abrik seluruh penghuni yang ada didalamnya

tubuh Lunara meremang, merasakan denyutan dibawah sana, sengatan dari atas sini berhasil menghantarkan gelenyarnya sampai disana, tanpa disuruh lenguhan sensualitas itu keluar dengan sendirinya

Keduanya melepas pagutan mesra itu sambil terengah, mengambil pasokan udara disekitarnya dengan rakus

"Aku merindukanmu terkasih.. apa kau tidak merindukanku?" Kastara memainkan helaian rambut bergelombang milik Lunara, menggulung-gulung helaiannya menggunakan jari jempol dan telunjuk, kebiasaan Kastara yang baru

"Aku juga merindukanmu suamiku.. ah aku punya hadiah untuk pernikahanmu dengan permaisuri Yasmin" Lunara membenahi dirinya yang sedikit berantakan, berjalan menuju ruangan kecil kamarnya

Beberapa menit berlalu, kini Lunara kembali membawa sebuah lukisan pada kanvas besar, menyerahkannya pada Kastara

Melihat itu Kastara tertegun sejenak, bukan karna lukisan itu bukan, namun karna mengingat seseorang, seseorang yang belum pernah ia lihat tetapi berhasil membuatnya tertarik hanya karna sebuah lukisan

"Kau tidak menyukainya suamiku?" Tanya Lunara yang sudah duduk disampingnya

"Aku sangat menyukainya, ini indah, apa kau baik-baik saja? Uhm.. maksudku__"

Lunara mengulas senyuman manisnya
"Aku baik-baik saja yang mulia.. bukankah disetiap kerajaan seorang raja memang wajib memiliki istri lebih dari satu?" Sela Lunara, ia faham betul kalimat apa yang akan ditanyakan Kastara

"Tapi seharusnya itu tidak berlaku untukku terkasih.. aku tak ingin membagi hati, namun keadaan dan aturan-aturan sialan itu yang memukulku bahkan telak tanpa bisa dibantah sedikitpun" ujar Kastara menyendu

"Sudahlah suamiku.. lagipula aku tidak masalah jika harus berbagi, bukankah berbagi itu tindakan yang mulia? Anggap saja kasih sayang yang kau berikan padaku terlalu berlimpahan, jadi aku membaginya sedikit pada wanita lain yang juga membutuhkan" hibur Lunara menenangkan

"Aku bukan benda, aku tak ingin berada diposisi ini, aku terpaksa" lirih Kastara tampak putus asa

"Suamiku.. sudah ya, ini hari bahagia kita semua, apa kau ingin bermurung hati disaat mengunjungiku? Apa ini wujud kerinduanmu padaku?" Kastara langsung mendekap erat tubuh kecil Lunara

"terima kasih istriku.. terima kasih banyak, aku bersyukur memilikimu dihidupku" Kastara mengecup berkali-kali puncak kepala Lunara dengan sayang

"Oh sang agung.. ada apa denganku ini? Mengapa aku malah memikirkan pelukis misterius itu? Padahal saat ini jelas-jelas aku sedang bersama cintaku.. perasaan apalagi ini? konyol sekali! Oh ayolah.. itu hanya sebuah lukisan" pergolakan batin Kastara terus terjadi sejak kemarin, entah mengapa ia selalu mengingat pelukis itu, padahal saat ini permintaannya akan Jahanara nya kembali sudah dikabulkan sang pencipta, dan sekarang ia malah memikirkan wanita lain

Tandai typo nya yaa bund..
makasih lagi buat kelen yang masih setia baca sampe sejauh ini
semoga rezeki kelen selalu lancar Aamiin

KastaLuna (kisah Bratadikara dan Jahanara dengan versi dan zaman yang berbeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang