8. Pertemuan Tak Disengaja

26 4 3
                                    

Langit mendung bergulung dengan awan hitam pekat yang kini tengah mengeluarkan cairan beningnya, yang dengan suka rela menghempaskan diri berkali-kali, mengorbankan diri untuk semua makhluk yang membutuhkannya, begitu mulia sang hujan.

Lunara yang baru saja selesai memanen sayuran terpaksa berteduh pada saung kecil yang tidak jauh dari istana, posisi Lunara saat ini tepatnya berada diperkebunan sayur dan buahm belakang istana

"Yaampun lebat sekali.. untung saja tidak basah" Lunara membuka kerudungnya untuk menghalau tempias percikan air hujan yang memasuki saung yang tidak berdinding itu

Tak tak tak
Begitu mendengar langkah kaki mendekat ia langsung bergegas menarik kerudungnya yang ia gantung tadi, secepat kilat ia melilitkan kerudung itu pada kepalanya, tak masalah basah sedikit pikirnya, memang kerudung itu sudah basah sejak tadi

"Sedang apa sendirian disini?" Tanya sebuah suara bariton yang mulai mendekat kearahnya, tanpa membalikkan tubuhnya untuk melihat lawan bicaranya Lunara hanya menjawab

"Sedang berteduh tuan, aku baru saja selesai memanen sayuran itu" tunjuknya pada keranjang sayuran didepannya

Deg

"suara itu?, Jahanara.. ah tidak-tidak pasti hanya mirip saja"

"Ck tidak sopan!" Kastara mendudukkan tubuhnya pada salah satu bantalan duduk disana yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi Lunara, Ya pria itu Kastara, ia kehujanan saat berburu lalu berteduh ditempat yang sama dengan Lunara

Mendengar kalimat barusan sontak saja Lunara membalikkan tubuhnya menghadap Kastara

"Apa kata__" hampir saja kalimat kasar itu keluar dari mulut Lunara jika saja ia tidak melihat siapa sosok didepannya, jantungnya hampir terlepas saat menatap wajah pria itu, pria yang sama, yang ia lihat dipemandian tempo hari, mimpi apa dirinya semalam bertemu sosok idamannya ini, dalam hati Lunara berkali-kali mengucap syukur dan terimakasih pada sang agung

"Apa?" Tanya Kastara datar

"Ekhm.. tidak hehe kau sendiri sedang apa disini?" Melupakan amarahnya yang dikatai tidak sopan oleh Kastara tadi, kini ia malah mesem-mesem sendiri

"Berburu" jawab Kastara singkat

"Santai sekali sikap nya, apa dia tidak kenal aku? Ah mungkin ini pelayan yang baru itu, aku baru ingat gadis itu selalu memakai kerudung"

"wahh.. kau gemar berburu ya? Persis seperti ayah, dia sangat jarang dirumah karna sering pergi berburu, ah aku jadi merindukannya, kau mengingatkanku padanya" ujar Lunara antusias

"bahkan cara bicaramu pun sama persis, dan itu mengingatkanku padanya.."

Tak menunggu hujan reda Kastara kini menerobos hujan lebat itu, tanpa perduli ia akan basah kuyup

"Kenapa dia pergi? Apa aku salah bicara? Apa dia tidak menyukaiku?, oh sang agung.. apa yang aku lakukan? Harusnya aku diam saja, pasti dia risih karna aku begitu cerewet dan banyak bicara" hilang sudah harapan Lunara

Di sisi lain..

"Arghhh.. mengapa bayang-bayangmu belum bisa hilang juga sampai saat ini? Sudah ratusan tahun lamanya, bahkan saat aku sudah terlahir kembali dengan perwujudan sebagai manusia seutuhnya pun masih belum bisa melupakanmu, berapa lama lagi waktu yang harus aku habiskan? Aku lelah Jaha.. kau terlalu ku cintai untuk kulupakan, dan itu membuatku sakit" Kastara menelungkupkan kepalanya pada kedua tangannya diatas lutut

Tak terasa setetes air mata sang raja pun jatuh, sebesar itu memang rasa cintanya pada wanita bernama Jahanara itu

Tok tok tok

KastaLuna (kisah Bratadikara dan Jahanara dengan versi dan zaman yang berbeda)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang