Gue gak pernah nyangka dapet kabar soal orang tua gue, rasanya kayak beneran gue punya orang tua? Iya sih, gue gak mungkin membelah diri kayak amoeba.
"Ini beneran orang tua gue?"
"Iya, gue nemuin datanya di berkas peneliti"
Haitham minum Americano dari gelasnya dan gue masih melongo liat dokumen tentang orang tua gue.
Ayah gue ternyata seorang peneliti Akademiya. Beliau dikenal sangat baik ke siapa pun, saking baiknya sampai tolongin banyak orang dan korbanin diri sendiri.
"Lu tau dimana makamnya?"
"Jasadnya gak berhasil ditemukan, mungkin udah hancur di gurun. Diliat dari situasi 20 tahun lalu, teknologi gak secanggih sekarang"
"...."
Gue senyum getir, dada gue sakit. Tapi gue baca lagi dokumen itu,
Di sana ditulis, Ayah meninggalkan banyak duka di teman-temannya. Apalagi yang ditolongnya hari itu, beliau sangat berjasa. Mengajarkan banyak hal di Desa Aaru dan membantu warga desa itu buat tetap survive di iklim gurun.
Tangan gue gemeteran, ujung-ujungnya gue malah nangis di kafe. Gak kuat.
"Gak kuat?"
"Tham, dimana lokasinya?"
"Lokasi apa?"
"Kejadian. Tempat ayah gue meninggal"
"Konyol, percuma. Lu cari ke gurun segitu luasnya juga gak bakal ketemu"
"Tapi cari dulu napa sih?! Bisa kok kalo mau! Teknologi Sumeru udah canggih sekarang kan? Bisa lah itu!"
"Gak ada"
"Pesimis banget lu"
"Faktanya emang gak ada"
"ADA! HARUS ADA!!"
Haitham sentil dahi gue dan bilang "Itu 20 tahun yang lalu, udah gak bisa ditemuin lagi"
"..."
"Yang bisa lu lakuin sekarang, tau fakta di balik kematiannya. Terus, ibu lu udah pindah ke Fontaine dan hidup bahagia bareng anak dan suami barunya"
"Hah?! Jadi ibu... buang gue ke panti?! Maksud lu gitu?"
"Iya"
Setelah itu, gue dan Haitham sama-sama diem beberapa hari. Mungkin dia kasih waktu buat gue nerima fakta gila ini ya? Sejak kapan Haitham tau? Dia gak mungkin selidiki masalah tanpa tau awalnya kan?
Gue balik ngurus proyek gue, kepala gue sakit. Gue gak bisa fokus. Rasanya gue udah gak peduli sama deadline. Gue gak peduli lagi sama hidup gue lagi.
Cklek
"Makan. Lu belum makan seharian"
"...."
Gue gak kasih jawaban.
Gue belum makan dua hari, minum susu dan kopi udah cukup.
"Lu dengerin gue gak?"
"Gak! Jawab gue, kapan lu tau masalah orang tua gue?! Gak mungkin kan baru-baru ini?!"
"Bukan urusan lu"
"Hah?? Mana ada! Jawab gue, gue berhak tau, sialan"
"Baru-baru ini"
"Gak mungkin, dua minggu lalu, ngapain lu ke Desa Aaru? Gak mungkin Sekretaris Akademiya healing ke gurun kan? Kecuali lu emang agak lain, ini gak bakal ada yang kaget"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavender Haze - Alhaitham x Kaveh
RandomNext Chapter from : My Roommate . . . . Orang di luar liat gue dan Haitham itu fine fine aja, hidup bareng gak ada masalah. Tapi nyatanya, "hidup itu gak semulus ekspetasi" itu bener adanya. Gue kira, dengan tinggal lagi bareng Haitham, semua sedik...