8. Evaluasi

1.2K 136 42
                                    

Gue sekarang sama Cyno dan pisang gorengnya. Dia bawa satu pisang goreng panas dan bilang "Bukti kalo pisang goreng panas dimakan jadi hihang hoheng"

"Cukup...."

Dia makan pisang gorengnya terus bilang "Hihahng hohengeh"

Gue puk-puk punggungnya "Iya iya iya hihang hoheng iya"

"Pangah..!"

"Iya panas, lu goblok. Makanya tunggu dingin dulu"

"Egakh enwakh hah"

Orang-orang di sekitar warung angkringan di Desa Aaru ngeliat gue sama Cyno macem ngelihat gue pawangnya Cyno dan Cyno lagi atraksi. Malunya minta ampun.

Abis adegan hihang hoheng, gue makan nasgor di piring gue. Apapun makanannya, nagor tetap jadi pilihan. Author emang mau buat gue kena sariawan ya? 

Tapi dari pada sariawan, gue kepikiran omongan Haitham kemaren. Yah emang udah beberapa hari yang lalu, tapi rasanya kayak baru tadi pagi. Mana abis ngomong gitu, Haitham tingkahnya kayak gak ada apa-apa.

"No, menurut lu, gue harus apa ya?"

"Apa yang akan kau lakukan, wahai Kaveh temanku yang miskin nan gembel. Apakah kau ingin bertemu dengan Papamu di alam Baka?"

"Gue tau kalo gue bapakless, tapi jangan ngejek mulu anjing"

"Hahaha.. iya maaf, tapi lu ngapain ke sini? Ada proyek?"

"Healing"

"Sus banget kayak kue"

"Kue?"

"Iya, kue sus, renyah di luar tapi lembut di dalem. Unchh..~!!"

"Kata gue, mending lu ke rumah sakit"

"Kok kamu begitu ke aku? Aku gak sakit loch~"

"NYEBUT LO JAMBAN!!! UDAH GUE MALU!!"

Abis ngobrol ba bi bu sama Cyno, gue langsung keliling Desa Aaru. Niat gue cuma satu, cari petunjuk soal Papa.

Tapi orang-orang di sini, kebanyakan bungkam atau milih diem dan pura-pura gak kenal Papa. Bahkan ada yang ngaku orang baru.

Sampe gue ketemu nenek-nenek, karena beliau abis belanja banyak, jadi gue bantu bawain barang belanjanya pulang. Pas di rumahnya, nenek itu nawarin baklava. Gue mau nolak, tapi nenek itu maksa gue. Jadi gue makan aja sambil nunggu badai pasir reda, gue mau balik ke Sumeru karena udah gak nemu titik terang soal Papa.

"Nak, kamu mirip pria itu ya?"

"Eh? Mirip siapa nek?"

"Pria yang dulu ke desa ini, anak dari Akademiya juga. Dia punya perawakan mirip sama kamu"

"Mirip...? T-tolong jelaskan tentang beliau!"

Nenek itu duduk di sebelah gue terus mulai cerita "Pria muda itu sangat baik, dia juga yang membangun fasilitas kesehatan di desa kami, mengajarkan kami membuat obat-obatan, memberitahu kami tentang pentingnya menjaga kesehatan di iklim gurun, dan juga menolong banyak sekali anak-anak desa kami saat itu yang mengalami penyakit menular"

"...lalu?"

"Aahh... iya, hari itu, saat ada kompetisi Akademiya, pria itu ikut. Aku tidak tau kenapa, tapi dia sempat menulis surat, katanya surat itu untuk anaknya. Tapi belum juga menyelesaikan suratnya, pria itu meninggal saat pertandingan di padang pasir"

"...."

"Aku sempat menyimpan surat miliknya itu, lalu kuberikan ke putraku yang tinggal di desa lain. Setelah itu, surat itu selalu berpindah tangan"

Lavender Haze - Alhaitham x KavehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang