11. Emosional

1.2K 134 20
                                    

Mulai dari sini, point of view dari Alhaitham.
.
.
.
.
.

Emosional.

Rasanya udah lama gue gak marah, sejak kepergian Nenek hari itu. Karena marah gue juga, Ayah dan Ibu asuh gue juga gak pernah kembali dari penelitiannya.

Gue marah. Gue gak mau kehilangan seseorang yang berharga sekali lagi.

Banyak orang bilang, gue gak pernah punya empati, kasihan, gak bisa marah, sedih atau senang.

Gue gak tau caranya nunjukin emosi.

Emosi diartikan sebagai pola reaksi kompleks yang melibatkan pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan untuk menangani masalah atau peristiwa penting yang dialami individu.
— Google.

Kaveh sering marah-marah atau buat masalah dengan siapa pun dan apa pun yang buat dia kesal. Tapi gue gak pernah sekali pun bayangin, gimana hancurnya dia kalo tau semua yang seharusnya dia gak perlu tau.

Hari itu, gue pergi ke Desa Aaru buat cari informasi sendiri pas gue abis buka-buka berkas peneliti yang meninggal.

Salah satunya ada seorang pria yang wajahnya sangat familar. Jelas, beliau adalah ayah dari Kaveh. Dari sana, gue langsung cari informasi dulu sebelum Kaveh tau sendiri.

Gue yakin, setelah tau semua ini, pasti, dia merasa bersalah.

"...beliau ikut lomba ini karena putranya yang minta, dan dia kehilangan nyawanya saat lomba karena suatu bencana alam. Anehnya, dia bisa menyelamatkan orang lain. Jasadnya tidak pernah berhasil ditemukan"

Keterangan dari mantan kepala desa, kejadian itu sudah 20 tahun yang lalu. Saat Kaveh masih kecil lebih tepatnya, yah gak salah Kaveh punya trauma kalo gini ceritanya.

"Tolong tutup mulut saat ada pria yang mirip dengan orang itu. Ini perintah dari pihak Akademiya"

Gue pergi dari Desa Aaru setelah informasi yang gue tampung cukup.

Di rumah, gue rangkum semuanya dan mencari waktu tepat untuk menyampaikan semuanya ke Kaveh.

Intinya, ia dulu berasal dari keluarga yang bahagia. Ibunya seorang arsitek dan ayahnya peneliti, bakatnya ada sejak kecil. Dunia seni dan arsitektur. Saat itu ada lomba antar Darshan dan Kaveh merengek ingin ayahnya ikut serta dalam lomba.

Ayahnya setuju dan mengikuti lomba, tapi sayangnya, ayahnya gak pernah pulang sejak hari itu.

Ayahnya meninggal karena bencana alam di gurun. Ibunya Kaveh sempat setres berat sebelum akhirnya memilih meninggalkan Sumeru dan Kaveh yang masih kecil, hak asuhnya diambil pemerintah Sumeru dan dimasukkan ke dalam Panti Asuhan sampai ia cukup umur untuk hidup sendiri.

Gue harus modifikasi cerita ini agar Kaveh gak nyalahin dirinya atas kehancuran keluarganya. Ia lupa seluruh kejadian masa kecilnya karena ia trauma.

Kaveh gak boleh tau kejadian yang sebenarnya.

Dan sesuai dugaan.

Dia tertekan, yang dilakukannya setelah itu, seperti orang gila. Menangis dan merasa tidak berguna. Apalagi kalo dia tau cerita aslinya?

Gue diem liat dia nangis di ruang kerjanya. Gimana kalo dia tau, kematian ayah dan kehancuran keluarganya justru dari dirinya sendiri?

Semoga dia gak pernah tau.

Kembali ke masa sekarang, gue diem di depan meja makan. Ada sepiring nasu dan semangkuk sup ayam.

Dia tau gue benci sup tapi kenapa dia buatin gue sup?

Lavender Haze - Alhaitham x KavehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang