Heri turun dari taksi online tepat di depan rumah Ardit. Amarahnya benar-benar sedang meluap saat itu, akibat dari dihancurkannya ritual yang tengah ia jalani. Ia datang kembali ke rumah Ardit untuk meluapkan amarahnya pada Hani, karena Hani merupakan salah satu anggota tim yang dipanggil oleh Aksan untuk membantu mengurus perkara aneh pada ketiga keluarga di rumah blok F. Ia berniat membuka pintu rumah Ardit dengan kunci cadangan, namun ternyata pintu rumah itu tidak terkunci sama sekali. Melihat hal tersebut, ia pun segera berlari masuk ke dalam rumah, tepatnya menuju kamar yang menjadi tempat disekapnya Hani.
Betapa kagetnya Heri saat melihat bahwa Hani sudah tidak ada lagi di sana, dan yang tersisa kini hanyalah tali serta lakban yang tadi digunakan untuk mengikat dan membungkam mulut Hani."Sialan!!!" umpat Heri.
Laki-laki itu segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan berusaha mengirim pesan pada Ardit. Ia mengetik pesan yang cukup panjang karena benar-benar sedang ingin meluapkan amarahnya.
HERI
Perempuan yang kite sembunyi tak ade kat rumah engkau! Ape die balik kat rumah blok F dan balik bersame dengan anggote timnye yang lain? Jawab aku secepatnye, Dit! Kalau memang die balik kat situ, nak sebaiknye aku tak muncul. Die jelas tahu kalau aku ni pelaku yang dah kirim tu teluh pade tige keluarge kat blok F tu. Balaslah cepat!Di blok F, Ziva saat ini sedang membaca isi pesan itu bersama Mika. Mika dan Ziva pun sepakat untuk membalas pesan itu sambil berpura-pura sebagai Ardit, agar Heri bisa segera muncul di hadapan mereka dan tidak memutuskan untuk melarikan diri.
"Bagusnya kita pancing dia dengan cara apa, Mik?" tanya Ziva.
"Karena dia membahas Hani, maka sebaiknya kita pancing dia dengan menyebut-nyebut nama Hani. Dia sepertinya takut muncul kalau seandainya Hani ada di sini. Jadi sebaiknya kita berupaya menggambarkan kepada dia bahwa Hani tidak ada di sini," jawab Mika.
"Ya, kamu benar. Sebaiknya kita pancing dia datang dengan cara menggambarkan bahwa Hani tidak ada di sini."
"Tapi sebelum kamu balas pesannya, lihat dulu contoh pesannya yang lain. Pastikan jangan sampai ada yang salah. Ardit memanggil Heri dengan panggilan apa?" tanya Mika.
"Bang. Tampaknya dia memanggil Heri dengan panggilan Bang atau Abang," jawab Ziva, yang baru saja memeriksa pesan lainnya antara Ardit dan Heri.
"Nah, kamu tulislah seperti bagaimana Ardit biasanya membalas. Pokoknya saat ini kamu sedang berperan sebagai Ardit, Ziv. Dalami peran itu dan buat Heri percaya bahwa Ardit yang membalas pesannya, bukan orang lain."
Ziva pun memahami tuntunan yang Mika berikan. Wanita itu tampak berpikir sejenak, lalu mulai menggerakkan jari-jarinya untuk menulis pesan balasan pada ponsel milik Ardit.
ARDIT
Aku tak tahu, Bang. Sumpah. Aku kat sini teros sejak tadi, kat blok F. Tapi tak ade aku nampak perempuan tadi tu. Mungkin die lari, Bang, tapi die tak berani lari balik kat sini sebab ade aku. Die mungkin merase terancam atau terintimidasi sebab die tahu kalau aku ni kawan Abang. Aku tak bise ke mane-mane, Bang, sebab ade Pak Aksan kat sini. Aku dah cube gagalkan kerje die orang tu, tapi tak dapat. Pak Aksan teros awasi semue hal nak buat orang-orang tu. Abang datanglah saje kat sini. Biar Abang dapat henti segale hal yang dibuat oleh orang-orang tu. Abang jelas lebih tahu daripade aku soalan henti kerje die orang. Datanglah saje kat sini, Bang.Setelah Ziva mengirim pesan itu, ia memberikan ponsel milik Ardit ke tangan Mika. Mika menerima ponsel tersebut dan membaca pesan yang Ziva kirimkan. Setelahnya, ia langsung menatap kembali ke arah Ziva usai membaca pesan yang dikirim kepada Heri.
"Kamu bisa Bahasa Melayu, Ziv? Sejak kapan?" tanya Mika.
"Sejak aku sering nonton sinetron Melur Untuk Firdaus atas saran dari Ibuku, Mik," jawab Ziva, sambil menahan tawa.
"Astaghfirullah, Ziv! Ngapain kamu nonton sinetron Ibu-ibu begitu? Kamu kurang kerjaan atau memang cari inspirasi sebelum membangun rumah tangga?" heran Mika.
Heri membaca pesan yang Ziva kirimkan atas nama Ardit. Hatinya sangat geram usai mendapat kabar seperti itu--yang dia sangka adalah kabar dari Ardit. Membaca pesan itu jelas membuat Heri semakin merasa marah, karena berpikir bahwa dirinya sangatlah diremehkan oleh orang-orang di dalam tim itu. Orang-orang dalam tim itu tampaknya benar-benar tidak pernah menyerah untuk mematahkan teluh tanah kubur yang ia kirimkan untuk tiga keluarga di blok F.
"Padahal mereka tidak tahu betapa busuknya kelakuan tiga kepala keluarga dari tiga keluarga yang aku kirimi teluh tanah kubur itu! Mereka membela yang salah, tapi tidak menyadarinya! Aku tidak boleh bersembunyi lagi. Aku harus muncul dan memberikan rasa takut untuk mereka semua, agar mereka segera berhenti berusaha mematahkan teluh itu. Lagi pula di sana juga ada Aksan. Berarti kalau aku datang untuk membatalkan usaha pematahan teluh yang sedang mereka lakukan, Aksan akan melihat aku dan mulai merasa takut padaku," gumam Heri, sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Pria itu segera beranjak dari rumah Ardit dan berjalan menuju ke blok F di perumahan itu. Ia merasa tak perlu lagi sembunyi, karena semuanya sudah terlanjur berjalan dan tidak boleh gagal. Ia sudah mengorbankan banyak hal, jadi dia tidak ingin ada salah satu dari tiga keluarga itu lolos dan bisa hidup dengan tenang.
"Oke, semuanya dengarkan aku baik-baik," pinta Mika. "Heri sudah tiba di perumahan ini. Aku dan Ziva sudah memancingnya untuk segera datang ke hadapan kami berdua. Kalian yang ada di dalam bersiaplah untuk meruqyah para korban. Selama kami berhadapan dengan Heri, proses meruqyah korban tidak boleh tidak selesai. Kalian harus selesaikan, agar teluh tanah kubur itu benar terpatahkan setelah usaha yang kami lakukan di luar sini. Ziva akan menghadapi Banaspati yang ada di atap rumah ketiga keluarga itu, sementara aku akan menghadapi Heri."
"Oke, Mika. Kami paham dengan instruksi itu. Beri kami tanda jika sudah tiba saatnya untuk meruqyah para korban," pinta Rasyid.
"Ya, dan tolong katakan pada Istriku untuk berhati-hati ketika menghadapi Banaspati yang ada di atap rumah ketiga keluarga ini. Katakan padanya kalau aku akan keluar membantunya setelah proses ruqyah para korban selesai kulakukan," ujar Raja.
"Aku bisa dengar yang kamu katakan, Sayang. Tapi sebaiknya kamu tetap di dalam sampai aku selesai berurusan dengan Banaspati itu. Kalau kamu keluar saat aku sedang menghadapinya, maka ada kemungkinan kalau kamu akan terkena serangan dariku," Ziva mencoba memberi pengertian pada Raja.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH TANAH KUBUR
Horor[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 4 Hidup Ziva dan Raja semakin sering terusik. Ada teror yang mereka dapatkan dari orang-orang tak dikenal, namun mereka yakin bahwa orang itu jelas berkaitan dengan masalah yang lalu. Di tengah-tengah datangnya t...