"AYO FIR, MAJU!!" Shofi dengan cepat menarik lenganku dan membawa aku ke tengah lapang untuk mendokumentasikan Galang, bersamaan dengan rekan-rekan OSIS yang juga sedang mendokumentasikan kegiatan ini.
"SHOFFF, GAMAU SHOF!!!" tapi terlambat. Shofi sudah terlanjur membawa ku ke depan banyak orang.
"Ayo Fir buka hp dan foto dia sekarang juga!" anehnya aku malah melaksanakan apa kata Shofi. Satu, dua kali jepret aku langsung mundur dan bergabung ke barisan kelasku. Malu, gugup, takut, semua jadi satu.
"Shof kamu apa-apaan sih? Kok narik lengan aku kencang dan keras banget sampai aku gak bisa ngelak," ucapku kepada Shofi yang sekarang sedang cengar-cengir.
Memang dia salah satu temanku yang mengetahui rahasia-rahasia kecil tentang aku termasuk rahasiaku menyukai Galang.
"Soalnya kejadian ini langka, Fir. Tahun depan juga udah gak bisa terulang lagi jadi aku fikir gak ada salahnya kamu maju buat fotoin dia. Tapi kamu senangkan?" Shofi lantas tersenyum sambil menyenggol lenganku.
Di goda seperti itu aku gak tahan untuk tersenyum juga "Tapi Shof, aku maluu," lantas aku memikirkan perkataan Shofi barusan, kejadian ini gak akan bisa keulang lagi. Tahun depan kita udah di sekolah impian masing-masing bukan disini lagi.
Nggak lama dari kejadian tadi aku berkata "Makasih ya Shof, kamu emang yang paling ngerti," dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Shofi.
Tapi tanpa sengaja aku melihat ada seorang perempuan yang sedari tadi berdiri diujung koridor, menatap tak berkedip kepada kapten yang sedang berdiri di depan lapangan bersama teman-temannya.
Aku melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki kepada perempuan tersebut. Tak selang beberapa menit, perempuan itu mengetahui bahwa aku memperhatikannya. Dan dengan cepat ia pergi menerobos koridor sekolah, berjalan dengan cepat, membelakangiku.
Entah, hatiku merasa ada yang janggal. Kenapa dia memperhatikan Galang secara diam-diam, di dalam koridor dan tidak bergabung bersama yang lain di tengah lapang?
Apakah dia orang yang selama ini Galang sebut sebut di kelas? Yang selama ini bikin Galang gak pernah menetap di kelas ketika istirahat? Yang bikin Galang gak seseru dan selawak minggu lalu? Galang juga jadi jarang bermain games bersama teman-teman kelasnya, dia malah sibuk chattingan entah dengan siapa, apakah dia pelakunya?
Pikiranku jadi kemana-mana hanya karena melihat perempuan itu. "Fir, kantin yuk!" Aca menghamburi lamunanku,
"Ayo, Ca" akhirnya aku membuang semua fikiran negatifku kepada perempuan tadi. Dan berjalan ke kantin bersama Aca.
"A mau ngembaliin topi, makasih ya A" Ujarku kepada Aa kantin. Aku memang langganan meminjam topi ke kantin, padahal topi yang dipinjamkan adalah topi baru yang harusnya diperjual belikan.
"Iya sama sama neng, minggu depan jangan lupa bawa topi sendiri, ya!" Jawab Aa kantin dengan candaan. Aku hanya cengar-cengir mendengarnya.
Aku lalu mengambil permen kaki kesukaanku, "Aku mau permen kaki 2 ya A"
Ketika hendak mengambil uang di saku rok, "Uangnya pake yang kemarin aja Neng, kan belum kembaliian 2000"
Aku mengangguk, "Oh oke A"
Tak lama Aca yang sibuk memilih jajanan datang ke arah kasir kantin sembari membawa jajanan yang telah Aca pilih, "A, ini jadi berapa?"
Dengan cepat Aa kantin menghitung jajanan Aca, "Jadi 6000 Neng."
Lalu Aca membayar dengan uang 7000, "Kembalinya permen kaki aja ya A" setelah itu kami berdua pergi ke kelas.
🌸 🌸 🌸 🌸

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Try To Be Shalihah
Teen FictionIni kisah tentang remaja perempuan yang bersusah payah untuk menjadi shalihah dan tetap istiqamah ditengah lingkungan pertemanan yang tidak baik baik saja