Chapter 13 Learn Tajwid

6 0 0
                                    

Hari ini jadwal aku bimbingan di Pak Agi. Baru beberapa pertemuan yang aku jalani, tentunya masih banyak rasa semangat dan excited untuk datang dan mengikuti bimbingan ini. Tapi entah untuk 1 bulan ke depan.

"Assalamualaikum," sapaku ketika masuk ke dalam ruangan paling pojok di rumah kecil ini.

"Waalaikumsalam," jawab dua orang perempuan di dalam ruangan. Lalu aku duduk di sebalah perempuan yang menggunakan hijab coklat. Aku tersenyum ke arahnya.

Satu, dua menit ruangan lenggang sejenak, lalu aku memberanikan diri membuka obrolan kepada perempuan disebelahku, "Kamu Dilla yang kemarin nanya perihal darimana aku tahu tempat ini bukan?"

Dia terlihat kebingungan lalu dia mengangguk. Menyuguhkan senyum, "Salam kenal ya!"

"Salam kenal juga!" Aku mengeluarkan buku dan Al-qur'anku, "Ohya, kalau boleh tau masuknya jam berapa? Kok belum dimulai?"

Dila melihat jam tangannya, "Sekarang sih seharusnya udah masuk, kayaknya Ustadzah Shellanya kena macet di jalan"

"Oh, oke." Lalu aku memperhatikan perempuan sebelah Dilla yang menggunakan hijab lebar berwarna maroon, kini Ia tengah sibuk dengan Al-Qur'annya.

"Eh hai, kenalin. Aku Zhafira. Panggil aja Fira." Kataku sembari menjulurkan tangan. Malu-malu dia menjulurkan tangan juga ke arahku "Halo Zhafira, Aku Aqila panggil aja Qila." Katanya. Aku mengangguk, tersenyum.

"Kalian udah lama les di Pak Agi?" Aku bertanya membuka obrolan. Karena di ruangan ini hanya ada kita bertiga, dan kalau diam-diaman rasanya awkward banget.

"Lumayan, dari kenaikan kelas sembilan." Jawab Dilla.

"Hmm, apa aja yang sudah dipelajari?" tanyaku antusias.

"Banyak sih, ada berhitung, hafalan juz amma, imla, sama tajwid" Ujarnya, dan tiba – tiba Bu Shela pun datang.

"Assalamualaikum, anak-anak maaf ya Ibu terlambat." Ujarnya. "Waalaikumsalam, Tidak apa-apa Bu" jawab kami serempak.

Kedatangan Bu Shela diikuti oleh laki-laki seumuran kami, yang entah siapa namanya.

Pembelajaran pun dimulai. Setelah berdoa, Bu Shela membuka bimbingan hari ini dengan latihan soal.

"Hari ini kita akan membahas soal berhitung, nanti kalau masih ada sisa waktu kita pergunakan untuk murojaah surat As-Syams. Sekarang coba buka bukunya halaman 49"

Ketika aku buka bukunya, ternyata soal berhitung yang diujikan disini adalah soal berhitung kelas 5 – 6 SD perihal skala, bruto – neto – tara, bangun ruang, dan segala macamnya. Bagiku ini tidak begitu sulit. Tidak begitu menantang. Aku bisa menyelesaikannya lebih cepat dari teman – teman yang lain. Namun ketika memasuki pelajaran membaca Qur'an dan menghafal Juz amma rasanya aku tertinggal jauh dari mereka.

"Yang sudah mengerjakan soal latihannya, boleh dibuka Al - Qur'annya dan hafalin As-Syams serta Al-Lail." Ujar Bu Shela memberi perintah, lantas aku lakukan perintah guru yang sering disebut ustadzah itu. Aku gak ikut memanggil beliau ustadzah, karena mulutku belum terbiasa dan murid-murid disini juga lebih banyak memanggil beliau 'Ibu' jadi saat ini aku lebih nyaman memanggil'Bu Shela'

Ketika aku membuka Al-Qur'an dan mulai menghafal dua surat yang beliau perintahkan, ada rasa khawatir kalau-kalau aku kurang dalam hal ini. "Wassyamsi wadhuhahaa, Walqamari idza talahaa, Wannahari idza jallahaa"

Sementara itu ketiga temanku satu-persatu mulai ikut membuka dan membaca kedua surat tersebut karena mereka telah selesai dengan soal berhitung sebelumnya. Tidak lebih dari 5 menit, temanku Aqila telah berhasil menghafal As-Syams dan Al-Lail dan mulai maju untuk diperiksa tahsin oleh guru kami.

"Us Qila mau maju" Ucap Aqila sembari mengangkat tangannya. Bu Shela mempersilahkan, lalu ia membaca dengan sangat merdu, suara itu sopan sekali masuk ke telingaku. Aku mendengarkan sampai selesai, tiba-tiba rasa insecure itu datang. Rasanya Aqila telah berhasil membaca As-Syams dan Al-Lail dengan sempurna makhrijul hurufnya, tidak cacat tajwidnya, dan pas panjang pendeknya.

"Bagus Qila, dipertahankan ya tahsinnya!" Bu Shela mengapresiasi hafalannya, dan aku sepakat dengan itu. Karena memang suara Qila bagus pun dia sudah hafal As-Syams.

Tidak lama dari setoran hafalan Qila, laki-laki yang entah aku belum tau siapa namanya itu ikut maju dan memperlihatkan hafalannya.

"Bismillahirrahmanirrahim, Wal-laili izaa yaghsyaa, Wan-nahaari izaa tajallaa, Wa maa kholaqoz – zakaro wal – ungsaaa"

Aku merasakan hal yang sama, dua orang yang baru saja maju itu memiliki kualitas hafalan yang menganggumkan, tahsin yang jelas, dan lagam yang merdu. Aku semakin tertantang untuk bisa seperti mereka. Namun disaat laki-laki tadi kembali ke bangkunya, Dilla pun maju dan mempersilahkan Bu Shela memperbaiki.

Sedang aku yang daritadi menghafal ulang kedua surat yang diperintahkan dengan sangat keras belum maju-maju, bahkan maju paling akhir.

"Ayo Zhaf, sekarang giliran kamu!" pinta Bu Shela, menyuruhku untuk segera maju. Takut-takut aku maju dan mulai menyetorkan hafalanku yang entah seperti apa bentuknya. Yaudah deh, percaya diri aja, Gumamku dalam hati.

"Alhamdulillah Zhaf, Gapapa, diperbaiki lagi panjang pendeknya ya. Ibu yakin kamu pasti bisa kayak yang lainnya." Ujar Bu Alda, entah ini apresiasi entah memang hasilnya mengecewakan yang mendengar.

"Baik Bu" Jawabku sembari tersenyum.

Walau begitu aku sangat menikmati belajar bersama Bu Shela dan teman-temanku disini, meski kita belum lama kenal. Tapi aku yakin aku bisa berjuang bersama mereka mewujudkan impianku.

🌸 🌸 🌸 🌸

Let's Try To Be ShalihahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang