Chapter 14 Umi-Abi

6 1 0
                                    

Tidak terasa waktu menunjukan pukul 16.30 dan kami dipersilahkan untuk pulang. Seperti biasa aku memesan ojek online dan pulang kerumah. Dirumah aku hanya beberapa menit saja, untuk mandi, makan, dan sholat magrib, lalu berangkat lagi untuk mengaji di Al-Baraakah mushola sederhana di gang depan, masih satu perumahan dengan perumahan ku, hanya berbeda blok saja. Kali ini diajari oleh Abi Yazid.

"Assalamualaikuumm, Fiiiraaaa!" Teriak seseorang dari halaman rumah.

"Waalaikumsalam, iya sebentar," jawab Ibu.

"Firrrr, Salwa udah didepan tuhh!" Kata Ibu, menyuruhku untuk segera berangkat.

Aku yang sedari tadi mencari kaus kaki lantas reflek bertiak, "Iya Bu, bilang tunggu, Fira lagi nyari kaos kaki," setelah ketemu, aku segera memakainya.

"Udah ketemu belum fir?" tanya Ibuku

"Sudah bu, Fira berangkat. Assalamuaalaikum"

"Waalaikumsalam, hati-hati Nak." Aku berlalu setelah mengecup tangan Ibu.

Aku membenarkan ransel di bahuku, "Sal, maaf ya lama."

"Santaii, lagian masih jam segini kok. Abi kan biasanya juga datang agak telat Fir." Salwa, memberikan kunci motor kepadaku.

"Oke yuk, berangkat!" 

Di perjalanan aku membuka percakapan, "Eh kemarin sama Ustadz Umar ngapain aja Sal?"

Salwa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, terlihat berfikir sebentar, "Belajar tahsin kayak biasa sih Fir, sama disuruh hafalin surat Al-Qiyamah."

Aku melihat ke arah Salwa dari kaca spion, "Oh, terus yang masuk banyak gak?" 

"Lumayan, emang kamu kenapa gak masuk Fir kemarin?" Salwa memajukan kepalanya ke pundakku.

"Kecapean Sal, abis kerja kelompok jadinya gak ngaji dulu deh." Aku sedikit membesarkan suaranya.

"Hmm.. Ada yang nanyainnnn" Kata Salwa, dengan nada yang agak pelan.

"Apa?" Aku sedikit menoleh ke arah belakang, karena aku gak terlalu bisa mendengar Ketika di perjalanan.

Salwa menggeleng, "Enggaakkk." 

Aku melihatnya dari kaca spion "Ih kenapa sal!! Apa tadi kamu bilang apa?" Aku mulai penasaran.

"Gapapaa Firrrrr" Jawab Salwa yang ku balas dengan dengusan.

Ketika sampai di halaman masjid sudah terdengar teman-temanku yang sedang membaca doa mau belajar.

"Rabbi zidni ilma, warzuqni fahmaa"

Memaang sih mengaji untuk anak SMP-SMA ini hanya ada sekitar 14 orang kalau masuk semua itu juga, lebih sering hanya tujuh atau delapan orang, karena ketika sebagian masuk sebagiannya lagi sibuk mengerjakan tugas sekolah. Ketika yang mengerjakan tugas sekolah masuk, giliran yang sebagian tadi dirumah. Seringnya begitu.

Namun aku tetap menikmati bisa mengaji dimushola Al-Baraakah ini, ketemu guru guru yang ikhlas memberikan ilmunya, tema-teman yang semangat menghafal Qur'an, dan buku pelajaran yang bisa ku bawa pulang untuk dipelajari lebih dalam.

"Baca Al-Qalam gak ya hari ini, Zee?" Tanyaku kepada Zeeya, teman pengajianku di Al-Baraakah. Selain Salwa ada Aluna, Zeeya, dan Nadine.

"Tergantung, Umi Lail masuk enggak? Kalau masuk pasti baca sih," Jawab Zeeya

"Haduh, mana aku belum lancar dihalaman berikutnya. Semoga Umi gak masuk deh," ujarku lagi.

Selang beberapa lama ketika kami membaca Al-Qiyamah untuk nanti disetorkan sendiri-sendiri ke Abi Yazid tiba-tiba Umi Lail datang. Biasanya kita dipisah, laki-laki sama Abi Yazid, dan Umi Lail mengajar yang perempuannya.

Tapi kali ini tidak. Temanku yang laki-laki tetap mengaji bersama Umi Lail, sedang kami yang perempuan setoran Al-Qiyamah ke Abi Yazid.

"Ayo siapa yang mau setoran duluan?" tawar Abi. Yang diikuti oleh tengokan kanan kiri kepala kami, alias kami saling menunjuk satu sama lain.

"Kamu aja Din, kayaknya kemarin udah hafal banget tuh," seru Salwa yang menyuruh Nadine maju pertama.

"Enggak ah, aku kalau pertama suka gugup. Yang biasa pertamakan Fira, ayo Fir maju!" Aku menyenggol lengan Nadine, mengkode kalau aku belum hafal surat itu.

"Yah daripada lama Abi aja yang manggil deh, Ayo Zeeya maju!" Kata Abi, alhasil mau gak mau temanku yang satu ini pun maju. Tapi ternyata Zeeya memang sudah banyak hafalannya dan berkualitas semua. Proud of u Zee, gumamku.

Satu jam berlalu, jam menunjukkan pukul 19.30 setelah sholat isya berjama'ah kami melanjutkan ngaji dan mendengarkan sedikit pesan-pesan nasihat yang diberi Abi dan Umi

Abi yang sedari tadi duduk bersila di hadapan kita semua, kali ini berbicara dengan intonasi yang serius, "Kalau mau cita-citanya tercapai, sukses di dunia dan di akhirat coba berbakti kepada kedua orangtua, dan belajar untuk menaati perintah Allah, setelah itu minta ridha Allah lewat doa orang tua. Insya Allah akan dipermudah dalam segala urusan. Jadi anak muda jangan banyak melakukan kesia-siaan, mumpung masih muda ingatan masih tajam. Cobalah untuk menghafal Al-Qur'an karena dengan hafalan Qur'an itu bisa menjadi syafa'at untuk kita di akhirat juga untuk kedua orangtua kita." Abi Yazid selalu memberikan motivasi untuk anak-anak pengajiannya untuk belajar menghafal Al-Qur'an apalagi berbakti kepada kedua orangtua, itu adalah nasihat yang selalu diulang-ulang ketika kita hendak pulang dari pengajian. 

Tidak jarang nasihat – nasihat dari beliau aku jadikan quote di Instagram karena relate dengan kehidupan masa-masa remajaku.

🌸 🌸 🌸 🌸

Let's Try To Be ShalihahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang