Chapter 6 | Kebahagiaan Sesaat!

8 0 0
                                    

Malam yang gelap kini telah berganti pagi. Maryam yang telah terjaga sedari tadi kini tengah berkutat dengan kegiatan dapur, ia membuat sarapan untuk suami tercintanya.

Beberapa menit kemudian, Maryam selesai dengan kegiatannya, ia menata rapi makanan diatas meja dan tinggal menunggu Ali untuk turun.

Selang berapa lama terdengar derap langkah kaki menuruni anak tangga.

Maryam tersigap melihat penampilan suaminya yang sangat tampan dan rapi, jika dia seorang artis pasti sudah mempunyai banyak fans pikirnya.

Ali tersenyum manis sembari menghampiri sang istri.

"Mari makan, Abang!" Ajak Maryam.

Ali menggeser kursi untuk istrinya, lalu dirinya.

"Menu hari ini kesukaan Abang. Maryam juga sudah menyiapkan menu untuk makan siang nanti." ujarnya sambil memperlihatkan kotak makan 3 tingkat itu.

Drttt..drttt..drrtt
Dering handphone Ali bergetar, menandakan ada panggilan yang masuk.

"Sebentar Maryam!" Ali meranjak tak begitu jauh.

"Iya. Baiklah saya akan kesana sebentar lagi. Ok!" Ucapnya sembari menutup telepon.

Ali kembali menghampiri istrinya di meja makan.
"Sayang ada perubahan jadwal dari partner tender Abang, jadi harus rapat mendadak pagi ini." Jelas Ali pada Maryam.

"Tapi bang, sarapannya.." ucapan Maryam terpotong.

"Nanti Abang sarapan dikantor." Katanya buru-buru sembari mengecup kening sang istri.

"Assalamu'alaikum!!!" Ucap Ali.

"Wa'alaikumussalam" balas Maryam.

Ali pun melangkah keluar, deru mesin Mobilnya perlahan tak lagi terdengar.

Saat sedang membersihkan meja makan, Maryam melihat bekal untuk makan siang suaminya.

"Astaghfirullah bekal makan siang Abang tertinggal!" Maryam bergegas menuju Ali untuk memberikan bekal, namun mobilnya sudah pergi.

"Yah Abang sudah pergi, baiklah nanti biar Maryam saja yang mengantarnya ke kantor." Cercahnya.

Maryam akan memberinya kejutan pikirnya.
.
.
.
.
.
Days Dreamin

Pemuda berkaos santai dengan sneakers senada itu menahan handle pintu kafe. Menatap sekelilingnya, seakan menjelajahi isi seluruh ruangan. Kemudian masuk bersamaan dengan bunyi lonceng ambang pintu yang berdenting terdengar.

"Woi!! BRO!!! Yoo!!! Hazig!!" Teriak Zeroun melengking tanpa mempedulikan pelanggan lain melihat ke arah mereka.

Ya, pemuda itu adalah Hazig.
Ia melirik pada kumpulan suara yang mengganggu indranya.

Lantas melangkah pelan, mendekati meja berbentuk trapesium yang berada di pojok kanan jendela kafe dengan lima kursi bundar berbahan jati, tiga diantaranya sudah dipenuhi para inti PSYCHE DANDEV; Gulsen, Jjoxiel, Zeroun.

Lantas keempatnya bertos-tos ria, tak lupa diakhiri pelukan ala pria.

Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah rentetan dari peristiwa-peristiwa naas di masa lalu.

Mereka bukan lagi bocah ingusan yang suka perang.

GULSEN; si Kutub Utara, kini telah menjadi miliader muda dengan bisnis impor ekspor yang di gelutinya sejak beberapa tahun terakhir. Ia juga dikarunia seorang putri, yang sekarang memasuki usia 1,5 tahun. Sangat disayangkan, sang istri meregang nyawa saat melahirkan buah cinta mereka. Hingga saat ini julukan Duda Dingin sudah melekat pada dirinya.

CINTA YANG SESUNGGUHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang