Chapter 9 | Makan Malam (2)

8 1 0
                                    

Maryam kembali ke dapur menyiapkan hidangan untuk makan malam.

"Umi, kenapa Abang Ali terlihat khawatir ya?" Tanya Maryam kepada Umi Khadijah.

"Mungkin ada masalah di kantor nak." Jawab Umi Khadijah.

"Mungkin saja um, uhh alhamdulilah akhirnya selesai umi. Tinggal dihidangkan saja." Maryam merasa lega.
.
.
.
.
.
Tiba-tiba terdengar suara mobil dari luar. Anggota keluarga Ali akhirnya datang.

Ketika Ali membuka pintu ia sedikit kaget karena Aisha ikut serta bersama keluarganya. Ia menyambut Ayah Ibunya serta paman bibinya dan mempersilakan keluarganya masuk. Ketika Aisha hendak memasuki rumahnya, Ali menghentikan Aisha dengan memegang lengan mungil itu dengan erat dan menariknya keluar dari sana. Aisha pun merasa sedikit terseret.

"Kau menyakitiku.." Aisha menyentak tangannya lalu menatap Ali tajam.

"Apa yang kau lakukan disini?" Berang Ali. Ali kembali menyeret lengan Aisha ke dalam mobil.

Lagi-lagi Aisha menepisnya.

"Jangan sentuh aku!!!" Aisha meringis melihat pergelangan tangannya yang memerah.

Sebelum berbicara Ali menghela nafas dan menghembuskannya secara perlahan.
"Sekali ini saja turuti aku." Titahnya tak terbantah.

"Kau menyakitiku, Al." Tekan Aisha.

Ali tak menghiraukan, ia kembali mencengkeram lengan Aisha dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.

Kemudian Ali pun masuk ke dalam mobil.
Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin memulai percakapan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Hidup harus tetap berlanjut, Al." Aisha berusaha mengisi keheningan di antara mereka.

Ali menarik nafasnya dalam-dalam. Entahlah sulit sekali mengungkapkan perasaan yang mengganjal ini.

"Kau masih mencintaiku?" Tanya Ali, ada gurat gelisah di surainya.

Aisha hanya mampu menatap keluar kaca mobil.
Tak tahu harus berkata apa. Bagaimana pun semua sudah usai sejak bertahun-tahun yang lalu.

Ingatan Ali tak lepas dari apa yang menyebabkan perpisahan mereka. Lalu, takkala ingatannya sampai pada kenyataan Aisha lah yang tiba-tiba menghilang atau sengaja melenyapkan diri bak ditelan bumi? Kemarahan seketika menggelegak dalam dadanya.

Pelajaran yang dapat ia petik dari kejadian ini adalah masa lalu harus dilupakan, meskipun rasanya seperti menjinjing beban seberat gunung di atas kepala.

"Lupakan saja..." Aisha berucap seraya keluar dari mobil meninggalkan Ali, gadis yang pernah mengisi rongga hatinya itu hendak pergi tetapi Ali menghentikannya.

"Aisha, dengarkan aku."

"Apa lagi Ali." Aisha menatap Ali dengan tatapan tajam.

"Aisha tolong, aku mohon kali ini jangan membuat masalah, aku bisa melakukan apapun, bahkan aku bisa menyakitimu sekalipun." Pinta Ali sedikit mengancam dengan tatapan tajam.

"Oo hoo.. Apa kau mengancamku tuan Alister?." Ucapan Ali sama sekali tidak berhasil membuat Aisha merasa takut. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Ali "Percuma sayangku." Hembusan nafas Aisya membuat Ali merinding ia kembali merangkul lengan Aisya kasar.

"Jangan main-main, Ai." Ucap Ali menatap mata Aisha tajam yang berjarak sangat dekat, kemudian beranjak pergi meninggalkan Aisha begitu saja.

Aisha menghembuskan nafas kasar. "What, Lagi? Dia meninggalkan aku begitu saja? Baiklah tuan Alister, lihat saja apa yang akan aku lakukan." Aisha tersenyum licik.

CINTA YANG SESUNGGUHNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang